Pagi ini, Anin baru saja selesai mandi dan berganti baju. walaupun hari ini hari minggu tapi ia tetap mandi lebih pagi seperti biasanya jika ia akan pergi bekerja. Gadis itu bersenandung kecil kala ia turun kebawah untuk sarapan pagi bersama dengan keluarganya.
"Selamat pagi Bunda, selamat pagi ayah" Sapa Anin kepada ayah bunda sembari tersenyum manis.
"Pagi juga, Nin. Sebelum kamu duduk kamu bangunin Kai sama Jaemin dulu gih" titah bunda sembari meletakkan secangkir kopi untuk ayah.
Ahh iya, hampir saja Anin lupa kalau Kai menginap disini. Duh ini kenapa malah Anin jadi deg degan gini sih hanya karena disuruh membangunkan Kai? Entahlah, Anin juga tidak paham dengan suasana hatinya yang akhir-akhir ini menjadi mudah sekali merasa senang hanya karena hal-hal kecil yang menyangkut Kai.
"Hehe, bunda aja ya bun yang bangunin Pak Kai. Anin malu" Jawab Anin.
Padahal selama menjadi sekretaris Kai, Anin sudah seringkali melihat Kai yang baru bangun tidur karena setiap pagi ia harus kerumah Kai. Tapi kan posisinya berbeda, setiap Anin sampai di rumah Kai pasti Kai sudah bangun jadi Anin tidak harus sampai membangunkannya. Kalau ini, duhh membayangkan bagaimana tampannya wajah Kai dan suara berat Kai saat bangun tidur saja sudah membuat Anin merinding.
"Kok bunda sih? Ya kamu lah, Nin. Kamu kan pacarnya" Kali ini, ayah menimpali.
"Anin malu yah"
"Malu? Malu kenapa? Toh nanti kalau kamu jadi istrinya juga bakal tiap hari ngadepin ginian"
Hampir saja Anin tersedak ludahnya sendiri karena mendengar perkataan ayah yang terlampau jujur. Ya Anin tau juga, kalau Anin nantinya berjodoh dengan Kai dan menjadi istri Kai kegiatan seperti ini pasti akan menjadi rutinitasnya. Hanya saja kalau untuk sekarang Anin belum siap, dia masih terlalu gugup.
Mungkin orang lain akan menganggap Anin aneh. Dan ya, Anin akui dirinya memang aneh bahkan sampai dia tidak paham kenapa dia bisa menjadi seperti ini.
"Udah ah, Nin gak usah banyak ngelak. Sana sana kamu bangunin nak Kai. Biar kita bisa sarapan bersama-sama"
Anin akhirnya menurut perkataan bunda nya. Percuma saja dia bersikeras tidak mau membangunkan Kai karena pasti bunda akan terus memaksanya.
Anin lalu berjalan menuju kamar Jaemin. Saat sudah didepan kamar Jaemin, ia langsung saja membuka pintu kamar adiknya itu karena kebiasaan Jaemin kalau tidur tidak pernah mengunci pintu kamar.
Senyum manis mengembang di bibir Anin kala ia melihat adiknya tidur dengan pria yang ia sayangi. Posisi tidur Kai dan Jaemin terlihat lucu bagi Anin. Mereka berdua sama-sama tidur nyenyak dengan posisi telentang dan selimut yang sudah berserak kebawah.
Anin berjalan kearah Kai yang tidur di sisi kiri Jaemin. Gadis itu lalu menepuk pelan pundak Kai untuk membangunkan Kai.
"Pak, Pak Kai bangun yuk udah pagi"
Sekali, masih tidak ada jawaban dari Kai. Pria itu hanya menggeliat lalu kembali terlelap.
Anin kembali menepuk pundak Kai. "Pak Kai, bangun Pak udah jam tujuh pagi"
Kai menggeliat lalu membuka matanya, pria itu mengerjap-ngerjapkan matanya selama beberapa detik baru menatap Anin. Anin kini sudah tersenyum manis dan menahan tawanya melihat wajah Kai yang sangat imut saat baru bangun tidur.
"Akhirnya bangun juga Bapak hehe. Good morning Pak Kai"
Kai tersenyum melihat Anin. Bagi Kai, pagi ini benar-benar pagi yang sangat spesial untuknya karena ketika ia membuka matanya, ada Anin yang membangunkannya dan tersenyum disampingnya.
Ahh jika sudah seperti ini rasanya Kai ingin sekali segera menikahi Anin.
Kau yang semula masih telentang di kasur lalu merubah posisinya menjadi duduk.
"Good morning juga, Nin. Morning kiss nya mana?"
Bisa-bisanya baru bangun tidur langsung menagih morning kiss. Kenapa Anin merasa semakin lama Kai semakin agresif sih?
"Morning kiss apaan sih Pak? Gak mudeng saya, udah ah Bapak sekarang cuci muka dulu terus kita sarapan bareng" Jelas Anin hanya berpura-pura mengatakan jika dia tidak paham dengan apa itu morning kiss. Anin hanya tidak mau jika ia menuruti permintaan Kai, nantinya malah Jaemin tiba-tiba bangun dan melihat apa yang mereka berdua lakukan.
Anin lalu beranjak untuk keluar dari kamar Jaemin. Ya, sebelum dia mendengar kata-kata manis dan berpotensi membuat jantung Anin marathon di pagi hari lebih baik Anin turun kebawah dan menyiapkan sarapan bersama bunda.
Kai menarik tangan Anin dan membuat Anin hampir terjatuh andai saja Kai tidak menahan Anin dan membuat Anin duduk di pangkuannya.
"Gak usah pura-pura gak tau kamu, Nin. Saya tau kamu pasti paham sama apa yang saya maksud tadi" Desak Kai sembari menatap Anin dengan tatapan yang sendu.
Duhh sebenarnya Kai itu tau atau enggak sih kalau kelemahan Anin itu adalah saat dirinya menatap Anin dengan tatapan seperti sekarang ini?
"P-pak nanti Jaemin liat gimana?" Bisik Anin dengan bibir melengkung kebawah.
Kai menoleh kearah Jaemin yang masih tidur pulas lalu kembali menatap Anin. "Jaemin masih nyenyak gitu, Nin. Ayolah Nin jarang-jarang loh ini"
Anin menunduk lalu mengigit bibir bawahnya. Gadis itu kini benar-benar bingung apa yang harus ia lakukan.
"Saya janji, cuma kecup aja" Pinta Kai lagi.
Tolong, sebenarnya Kai habis mimpi apa sih semalam? Kok bisa-bisanya dia sampai seperti ini?
Belum sempat Anin menjawab perkataan Kai, Kai malah lebih dulu menarik tengkuk wajah Anin dan mengikis jarak diantara mereka. Tapi sayangnya, saat bibir mereka baru akan bertemu Jaemin tiba-tiba bangun dan menggagalkan semuanya.
"Buset masih pagi ini tolong. Bang kondisikan bang ada gue ini"
Anin sontak langsung menjauhkan tubuhnya dari Kai dan berdiri disamping ranjang. Sementara Kai kini malah terkekeh melihat Anin yang gelagapan.
"Sorry Jaem, abisnya kakak kamu gemesin sih"
"Kalau begitu saya tunggu dibawah Pak. Na, lo juga cuci muka gih terus turun kebawah dan sarapan"
Tanpa menunggu jawaban dari Kai dan Jaemin Anin lalu keluar dari kamar Jaemin dengan pipi yang bersemu merah dan jantungnya yang berdegup kencang.
"Jaem, kok saya jadi pengen cepet-cepet nikahin kakak kamu ya" kata Kai saat Anin sudah keluar dari kamar Jaemin.
Jaemin masih di posisi tiduran menjawab. "Ya kalau Abang udah yakin mah langsung aja gak usah nunggu apa-apa lagi. Kan lebih cepat lebih baik"
Benar juga yang dikatakan Jaemin lebih cepat memang lebih baik. Tapi terlepas dari itu semua Kai juga masih perlu persiapan dalam segala hal termasuk dalam hal restu dari orangtuanya.
"Saya juga maunya gitu, cuma saya kan harus dapat restu dari orangtua saya juga"
"Ya Abang ngomong baik-baik, pasti bisa bang. Semuanya bakal ada jalan kalau ada kemauan"
Masalahnya sekarang, hubungan Kai dengan orangtuanya tidak se harmonis hubungan Anin dan orangtuanya.
"Masalahnya, hubungan orangtua saya sama saya gak sedekat dan seharmonis kamu sama ayah dan bunda"
Mendengar perkataan Kai, Jaemin langsung merubah posisinya menjadi duduk dan fokus dengan pembicaraan mereka sekarang.
"Maksudnya bang?"
"Ya gitu, saya punya trauma dengan orangtua saya. Dan itu terjadi karena masa kecil saya yang penuh dengan penyiksaan dari mereka"
Jaemin tertegun. Pantas saja jika ia melihat Kai bertemu dengan ayah bunda nya, Kai benar-benar merasa senang dan nyaman. Ternyata alasannya karena ini.
Jaemin menepuk pundak Kai lalu berkata. "Ada kak Anin disamping lo, bang. Gue yakin abang pasti bisa hilangin trauma abang itu. Kalaupun nantinya abang gak dapat restu dari orangtua abang, Jaemin mau kok jadi pendamping dari pihak keluarga bang Kai"
Kai tertawa melihat Jaemin yang kini terlihat sangat serius.
"Kamu ada-ada aja, saya bakal usahakan semuanya dulu. Doain aja semoga semuanya diperlancar"
"Hehe pasti bang. Nanti kalau abang beneran jadi kakak ipar Jaemin, bolehlah game konsol abang Jaemin pinjam"
Kai terkekeh. "Aman itu, bahkan kalau perlu saya beliin yang baru buat kamu"
"Woiss thank you kakak ipar!"
Tidak lama kemudian, obrolan Kai dan Jaemin harus terhenti karena panggilan Anin dari dapur.
"PAK KAI, JAEMIN SEBENARNYA MAU SARAPAN GAK SIH? KITA UDAH KELAMAAN NUNGGU TAU!"
"Waduh macan udah ngamuk tuh, ayo bang kita buruan kesana sebelum dia kembali kesini dan nyeret kita"
"Haha ngeri juga, yaudah iya ayo"
Setelah selesai sarapan, Anin lalu mulai melakukan rutinitas nya di hari Minggu yaitu pergi ke pasar. Karena hari ini tidak banyak yang harus di beli, jadi hanya Anin sendiri yang pergi. Selain itu juga bunda harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang lain jadi mau tidak mau Anin harus pergi ke pasar sendiri.
"Mau kepasar, Nin?" Tanya ayah yang kini tengah duduk di teras bersama Kai.
"Iya yah, Anin berangkat dulu ya. Takut kesiangan makin panas nanti"
"Kamu sendirian aja? Bunda mana?"
"Bunda lagi nyuci baju, yah. Jadi Anin sendirian lagian ini gak banyak kok yang harus dibeli"
"Jangan sendirian dong, kan ada calon suaminya masa sendirian sih" Ayah lalu menoleh kearah Kai. "Gak apa-apa kan nak kalau kamu anterin Anin kepasar?"
"Gak apa-apa kok, yah. Dengan senang hati malah" Kai lalu beranjak dari tempat duduknya. "Ayo, Nin"
Anin mengangguk lalu berpamitan kepada ayah. Sepertinya hari Minggu ini benar-benar hari libur yang berbeda untuk Anin dan Kai. Karena mulai dari bangun tidur, Anin yang membangunkan Kai, saat sarapan Anin yang menyiapkan sarapan Kai, dan seperti sekarang ini saat mereka akan pergi ke pasar pun Anin pergi bersama Kai. Mungkin nantinya jika mereka berjodoh dan menjadi suami istri, gambaran mereka berumah tangga akan seperti ini.
"Kamu kenapa sih, Nin? Senyum-senyum terus?" Tanya Kai karena sedari tadi ia perhatikan, senyuman tidak luntur di di bibir Anin.
"Saya seneng banget, karena hari Minggu ini saya merasa seperti menjadi istri Pak Kai" entah apa yang membuat Anin menjadi mengatakan hal seperti ini, tapi Anin tulus mengatakan hal ini kepada Kai.
Kai tersenyum sangat manis lalu mengusap rambut Anin. Setelahnya, pria itu lalu menggenggam tangan Anin dan dikecupnya sekilas.
"Saya juga seneng, karena saya juga merasa seperti menjadi suami buat kamu"
Keduanya tersenyum manis sekarang, untung saja kini mereka tengah berhenti karena lampu merah. Jika tidak, maka sudah bisa dipastikan mereka dalam bahaya karena kini saling menatap sembari tersenyum.
"Pak.."
"Hmm.."
"Sampai kapan mau tatap tatapan gini? Lampunya udah hijau tuh"
Kai terkekeh lalu mencubit pipi Anin. "Bawel banget sih sayangku"
Deg
Anin tidak salah dengar, kan? Kai barusan menyebut 'sayang' waaahh rasanya sekarang Anin ingin sekali terbang ke langit saking bapernya. Ini adalah kali pertama ia mendengar Kai menyebutnya sayang seperti itu. Apalagi dengan suaranya yang berat-berat lembut, aahh rasanya Anin akan terus tersenyum sampai kram.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di tempat tujuan yaitu pasar yang tidak jauh dari tempat tinggal Anin. Awalnya, Anin mengatakan bahwa tidak apa-apa jika Kai menunggunya di mobil karena Anin khawatir jika nanti Kai malah tidak akan tahan melihat suasana pasar.
Tapi, Kai meyakinkan kepada Anin bahwa semuanya akan baik-baik saja dan tidak akan terjadi apa-apa. Kai juga tidak mau kalau Anin harus berkeliling pasar sendirian, Kai takut nantinya Anin akan diganggu oleh preman pasar.
"Pak Kai kalau beneran mau ikut saya, ada syaratnya"
Lagi-lagi Kai mengangguk mengiyakan apa yang Anin katakan.
"Pertama, Bapak gak boleh jauh-jauh dari saya. Terus kedua, Bapak harus terus megang tangan saya terus yang terpenting kalau Bapak udah ngerasa gak nyaman bilang ke saya biar nanti kita langsung pulang"
Kai meletakkan tangannya di pelipis dan hormat seperti tentara. "Siap bos!"
Setelahnya, Anin dan Kai lalu turun dari mobil dan segera membeli semua kebutuhan yang harus Anin beli di pasar. Dan ya, seperti yang disepakati tadi Kai sama sekali tidak melepaskan genggaman tangannya di tangan Anin barang sedetikpun.
Anin dan Kai berkeliling membeli sayuran, daging ayam, ikan, dan lain-lainnya. Sebenarnya Kai sudah sangat lelah berjalan berkeliling seperti ini tapi jika ia melihat antusiasnya Anin kala menawar atau membeli sesuatu disini seketika rasa lelahnya hilang entah kemana. Jujur, jika seperti ini Anin benar-benar terlihat seperti seorang ibu-ibu muda. Selain lelah, beberapa kali Kai juga sebenarnya merasakan takut dan tubuhnya terasa bergetar kala ia melihat banyak sekali kotoran di pasar. Tapi untungnya Kai kini bisa mengendalikan rasa takutnya karena ia bersama dengan Anin.
Kini, setelah mereka dari kios daging Anin dan Kai tengah berada di kios sayur-sayuran.
"Bu, beli bayam nya dua ikat ya"
"Bayam aja mbak? Gak brokolinya sekalian? Brokoli juga bagus loh buat ibu hamil seperti mbak"
Anin dan Kai sama-sama tertegun mendengar perkataan penjual sayuran didepan mereka ini. Tunggu tunggu, jadi sekarang ibu-ibu penjual ini mengira Anin tengah hamil?
Bagaimana bisa? Padahal jika dilihat-lihat penampilan Anin sama sekali tidak seperti ibu-ibu yang tengah hamil. Malah ia seperti anak-anak SMA yang baru lulus sekolah.
Baru saja Anin ingin menyanggah apa yang dikatakan ibu-ibu penjual sayur, Kai malah lebih dulu menimpali dengan jawaban yang sontak membuat Anin menatap Kai tidak percaya.
"Boleh Bu, iya ini istri saya lagi hamil muda. Tolong pilihkan yang paling bagus ya Bu buat anak dan istri saya"
Anin kini sudah mengalihkan pandangannya kepada Kai. Gadis itu menatap Kai dengan tatapan yang seolah berbicara 'maksud bapak apa?'
Kai yang paham sedikit mendekatkan tubuhnya untuk berbisik kepada Anin. "Sekali-sekali kita berdrama seperti ini, Nin. Biar nanti kalau pas kita udah sah dan jadi suami istri gak kaget lagi kalau ada yang ngomong gini"
Wahhh ini sebenarnya Kai bisa mendapatkan ide dan pikiran seperti itu dari siapa sih? Bisa-bisanya dia berkata seperti itu dengan santainya.
"Ini mbak bayam sama brokolinya. Duh kalian serasi banget ya, mbak nya cantik dan mas nya ganteng. Saya yakin nih nanti pasti anak kalian bakal ganteng kalau laki-laki dan cantik kalau perempuan"
Ya jelaslah, kalau laki-laki pasti akan ganteng dan perempuan pasti akan cantik. Mana mungkin bisa terbalik? Ibu-ibu penjual sayur ini ada-ada saja.
"Haha bisa aja Bu, jadi semuanya berapa Bu?" Tanya Kai karena Anin kini masih tertegun.
"Semuanya dua puluh ribu, mas"
Kai lalu memberikan uang berwarna biru kepada penjualnya. "Kembaliannya ambil aja, Bu"
"Terimakasih mas, mbak. Semoga lancar sampai hari persalinan"
Kai tersenyum lalu kembali menggenggam tangan Anin dan berjalan bersama. Karena tidak ada yang harus dibeli lagi, kini mereka berjalan menuju mobil untuk segera pulang kerumah.
"Kamu kenapa sih, Nin daritadi diem aja?" Tanya Kai saat mereka sudah didalam mobil.
Anin bersedekap lalu menjawab. "Gimana saya gak diem aja, saya deg degan tau! Gara-gara Bapak yang tadi ngomong kalau saya lagi hamil muda!"
Kai yang kini tengah menyemprotkan hand sanitizer di tangannya tertawa mendengar jawaban dari Anin--oh jangan lupakan kalau Kai juga menertawakan raut wajah Anin yang sangat menggemaskan.
"Ya emang kenapa? Lagian kan nantinya kamu juga bakal hamil anak-anak saya"
Anin yang semula menghadap ke depan kini sedikit mencondongkan tubuhnya menjadi berhadapan dengan Kai. "Pak saya mau nanya deh"
"Nanya aja sayang, mau nanya apa"
Lagi, kenapa disaat seperti ini Kai masih sempat-sempatnya menggombal sih?!
Anin memejamkan matanya beberapa detik lalu berkata. "Bapak sebenarnya kalau lagi ngegombal gitu deg degan gak sih, pak? Kok bisa lancar banget ngomongnya?
Akhirnya, pertanyaan yang sejak kemarin Anin tahan tahan keluar juga.
"Kamu maunya gimana? Saya deg degan atau enggak?"
Wahh sepertinya kini sikap menyebalkan dan julid nya Kai sedang kambuh.
"Pak, saya serius!"
"Saya juga serius, Nin. Sabar ya, sebentar lagi saya bakalan seriusin kamu"
"Pak Kai!"
"Nin, kamu kalau lagi diluar pekerjaan bisa gak sih jangan manggil saya pakai sebutan pak? Saya itu calon suami kamu, Nin bukan bapak kamu"
"Bodoamat, kesel saya"
"Jangan kesel kesel dong, kasian anak kita" Jawab Kai yang kini mengusap perut rata Anin.
Mata Anin seketika membulat saking tidak percaya nya dengan apa yang Kai lakukan.
"Pak Kai! Ngapain sih?!"
"Saya ngomong sama anak saya, Nin"
Wahh ternyata Kai juga bisa menghalu juga.
"Jangan ngehalu deh pak. Udah ah ayok jalan"
"Ohh jadi kamu mau yang gak sebatas ngehalu? Boleh-boleh, nanti ya kalau udah nikah kita bikin anak yang banyak biar saya bisa puas ngobrol sama anak saya yang ada di dalam perut kamu"
"Kai..."
"Hehe i love you Anin" Kai mengecup pipi Anin dan tersenyum tanpa dosa.
Gimana sama part ini gais? Sinetron banget ga sih wkwkwk. Karena ini detik-detik terakhir, jadi update nya agak selow yaa hahahaha.
Seperti biasa, aku mau ngasih liat gimana outfit Anin dan Kai di chapter ini.
Ini Kai waktu nemenin Anin ke pasar
Dan ini outfit Anin waktu berbelanja di pasar sampai dikira lagi hamil wkwkw.
Wokedee itu ajaaaa semoga syukaaa 💙
Salam sayang dari beruangnya pak kai 🐻🐻🐻