"Ko, truth or dare" tanya Mas Bas.
"Gue ajuin syarat dulu. Kalau gue pilih dare jangan nyuruh gue ngelakuin hal-hal yang enggak-enggak ke Jaja" kata Niko sambil melirik ke arah ku.
"Eh gila, gue masih bermoral kali Ko" kata Mas Bastian.
"Bermoral pala lu! Tadi aja nanya yang enggak-enggak ke Mas Rian" Kata Niko.
Mas Bas dan Mas Rian tertawa saat mendengar jawaban dari Niko.
"Ayok ko, truth or dare" tanya Mas Rian.
"Dare" jawab Niko.
"Posting foto sambil ngerokok" kata Mas Bas sambil tertawa.
"Eh sialan. Masa depan gue terancam Bang!" Kata Niko sambil berteriak ke arah Mas Bas.
Kami semua langsung tertawa. Udah tau kan, kalau orang tua Niko ini ga tau kalau anak sematawayang mereka ini ngerokok?
"Mana sini Hp lo" kata Mas Bas sambil mengarahkan tangannya ke depan Niko.
"Bentar dulu" kata Niko sambil menahan tangan Mas Bas.
"Eh jangan pake laporan dulu sama Mbak Tiwi Ko" kata Mas Bas yang malah ikut-ikutan manggil Bundanya Niko dengan panggilan Mbak.
"Iya bawel ah kaya ibu-ibu belanja di tukang sayur" kata Niko.
Niko langsung memberikan Hpnya ketangan Mas Bas.
"Ayok cepet nyalain rokok" kata Mas Bas yang sudah bersiap mengambil foto Niko.
Setelah mengambil beberapa gambar, Mas Bas langsung memposting foto Niko di sosial media milik Niko. Ga berapa lama, komentar Tante Tiwi masuk ke akun instagram Niko.
'Aa pulang dari Anyer langsung ketemu Bunda ya!'
Kami semua langsung tertawa, Niko buru-buru membalas komentar Tante Tiwi dengan alasan lagi main truth or dare sama Mas Bas dan Mas Rian.
"Puter lagi ya" kata Mas Bas dan malangnya ujung botol kembali berhenti di hadapannya.
"Truth or dare?" Tanya Niko.
"Truth" jawab Mas Bas.
"Hal paling bucin yang pernah lo lakuin ke cewe, diluar Mbak Lita ya Bang" tanya Niko.
"Pernah bawain tas cewe waktu jalan di Mall. Mana tasnya warna pink terang lagi. Sial!" jawab Mas Bas dan membuat kami kembali tertawa.
"Tuh kan. Giliran sekarang dimintain tolong buat pegangis tas bentar alasannya banyak banget" kata Mbak Lita sambil menatap galak ke arah Mas Bas.
Mas Bas lsngsung buru-buru memeluk Mbak Lita.
"Eh ada lagi, tapi ga jadi gue lakuin sih kalo yang ini" kata Mas Bas.
"Apa apa?" Tanya Niko dengan semangat.
"Dulu sempet mau tato nama cewe di sini" kata Mas Bas sambil menunjuk bagian dadanya.
"Tapi ga jadi, soalnya Mamah ga kasih izin" kata Mas Bas lagi.
"Aah gue tau cerita itu" kata Mas Rian sambil tertawa.
"Untung ga jadi ya Bas. Repot kalau jadi kudu apus tato tuh" lanjut Mas Rian.
"Buka baju kamu! Aku mau periksa!" Kata Mbak Lita sambil berusaha menarik baju Mas Bas.
"Sayang, jangan disini. Yuk ke kamar aja yuk atau mau coba di mobil?" kata Mas Bas sambil berdiri dan berusaha menarik lengan Mbak Lita.
Alhasil Mas Bas dapet lemparan bantal dari Yaya dan kami semua kembali tertawa. Astaga kenapa sih mereka iniii. Mas Bas kembali duduk, lalu langsung memutar kembali botol dan berhenti di hadapan Mas Arian.
"Truth" kata Mas Arian tanpa harus ditanya.
"Mulai ngeuh naksir Yaya waktu umur Yaya berapa tahun?" Tanya Mas Bas.
"Yaya kelas 3 SMP" Jawab Mas Rian.
"Yaampun Ya, lo dari dulu udah diincer sama Om-om" kata Niko sambil tertawa.
Yaya langsung memeluk kembali suaminya.
"Ko truth or dare?" Tanya mas Bas saay botol berhenti dihadapan Niko.
"Dare" jawab Niko.
"Minta jatah untuk off hari senin ke boss lo" kata Mas Rian sambil tertawa.
Niko langsung berdiri dan masuk kedalam villa. Aku dan yang lain hanya tertawa sambil menunggu Niko kembali.
"Gila Mas, anak ini emang susah banget buat dikorek-korek." Kata Mas Bas.
"Dia lebih milih dare terus di banding truth" lanjut Mas Bas lagi.
Niko kembali dan langsung tertawa.
"Gue di suruh buat libur selamanya, sialan" katanya sambil kembali tertawa.
Niko langsung memutar kembali botol diatas meja, kali ini kembali giliran Mas Rian.
"Truth" kata Mas Rian.
"Kapan terakhir kali kontakan sama Tasya?" Tanya Mas Bas dan Yaya langsung menatap galak ke arah suaminya
"Lupa gue, udah lama banget" jawab Mas Rian sambil mengeluarkan Hpnya.
"Loh kamu masih save nomer hp Tasya?" Tanya Yaya.
"Loh kamu juga masih sahabatan sama Niko" kata Mas Rian sambil tertawa dan mengusap rambut Yaya.
"Wah Bang, gue mulai masuk ke ranah rumah tangga orang lain nih" kata Niko dengan ekspresi takut yang sangat di buat-buat.
Kami semua kembali tertawa.
"Bas, truth or dare?" Tanya Mas Rian saat melihat botol mengarah ke Mas Bas.
"Truth lah" jawab Mas Bas.
"Pernah naksir cewe yg umurnya jauh di bawah lo gak?" Tanya Niko.
Mas Arian langsung berusaha menahan tawa.
"Jawab Bastian sayang" kata Mas Rian.
Mas Bas beberapa kali melirik ke arah Mbak Lita.
"Pernah" jawab Mas Bas sambil menunduk.
"Kalian tau gak? 1 bulan sebelum kita Nikah, dia masih sempet-sempetnya modisin anak SMA." Kata Mbak Lita sambil memukul Mas Bas memakai bantal.
"Astaga, ini kakak beradik dua-duanya pedofil begini" kata Niko yang langsung mendapatkan lemparan bantal dari Mas Bas dan Mas Rian.
"Mbak, ko masih mau nikah sama yang begini? Kalau gue udah gue tendang jauh-jauh" kata Niko sambil tertawa.
"Tanya deh sama Mas Rian, gimana itu adeknya nangis-nangis sampe ga mau makan" jawaban dari Mbak Lita kembali membuat kami tertawa.
"Mas giliran lo" kata Mas Bas yang sudah memutar botol.
"Truth" jawab Mas Rian.
"Kalau ga nikah sama Aliya, lo bakal nikah sama siapa Mas?" Tanya Mas Bas.
"Gue udah tau kalau jodoh gue Yaya, jadi ya bakal gue tungguin terus sampe Yaya mau nikah ama gue" jawab Mas Rian.
"Pret" kata Mas Bas yang malah membuat kita kembali tertawa.
Mas Bas kembali memutar botol dan kali ini menunjuk ke arah Niko.
"Dare" kata Niko.
"Gue yang pilih, truth pokonya" kata Mas Bas.
"Eh mana ada. Aturan dari mana?" Tanya Niko.
"Aturan dari gue" kata Mas Bas.
"Mantan lo berapa biji?" Tanya Mas Bas.
"Gue ga pilih dare ya bang" jawab Niko.
"Ayok anak bungsu harus nurut sama Abang dan Masnya" kata Mas Bas lagi.
"Dih lagi begini aja lo mau bawa-bawa umur!" Kata Niko sambil tertawa.
"Jawab Niko Mahameru" kata Mas Bas sambil tertawa.
"Gunung kali ah!" Kata Niko.
"Eh nama lo bukannya itu ya?" Tanya Mas Bas.
Niko hanya menatap malas ke arah Mas Bas.
"Mantan gue cuman satu" jawab Niko.
"Boong banget! Tampang playboy kaya begini masa kalah sama Viki Prasetio?" Pertanyaan dari Mas Bas malah membuat kita semua kembali tertawa.
"Sumpah Bang, ngapain gue boong" kata Niko sambil memandang ke arah Mas Bas.
"Ini sih pasti lu bucin sampe bego ya Ko?" Pertanyaan dari Mas Bas malah membuat Niko terdiam.
Mas Arian memperhatikan Niko dengan tenang.
"Kenapa putus Ko?" Tanya Mas Rian.
Niko hanya diam, sesekali dia menundukan kepalanya.
"Arian, Mamah pinjem kunci mobil dong. Mau ambil tas yang ketinggalan di mobil" tiba-tiba Mamah Ina sudah berada di dekat kami.
"Di deket tv mah kuncinya. Sebentar ya Rian ambilin dulu" kata Mas Rian sambil bangkit dari duduknya.
"Mas sama gue aja" kata Niko yang tiba-tiba sudah berdiri dan berjalan ke dalam villa.
Mas Bas, Mas Rian, Yaya dan Lita memandang bingung ke arah ku. Aku hanya mengangkat bahuku dan sesekali memandang ke arah Niko yang sudah mulai menjauh.
**********************************************************************
Siang ini kami sedang bersiap-siap untuk kembali ke Bandung. Niko, Mas Rian dan Mas Bas sedang mempersiapkan mobil mereka sambil memasukan barang-barang bawaan kami.
Aku memperhatikan Niko yang wajahnya sedikit pucat. Lingkaran hitam dibawah matanya sangat terlihat jelas. Sesekali Niko menguap dan memukul-mukul pipinya.
Aku berjalan mendekat ke arah Niko dan memberikan kopi dingin ke arahnya.
"Eh tau aja" kata Niko sambil menerima botol kopi dari tangan ku.
"Nanti gue aja yang nyetir" kata ku sambil memperhatikan wajah Niko.
"Ga usah, gue aja" kata Niko sambil meminum kopi yang aku bawa tadi.
"Gue ga mau mati konyol gara-gara lo nyetir sambil ngantuk ya Niko" kata ku sambil menatap galak ke arah Niko.
Niko memalingkan wajahnya dan berdehem beberapa kali.
"Benerkan lo bisa nyetir?" Tanya Niko.
"Gue bisa nyetir dari SMA Niko, itu beberapa minggu lalu lo sendiri liat kan gue nyetir mobio sendiri dan aman-aman aja. Walaupun SIMnya nembak tapi gue serius bisa nyetir" kata ku sambil berusaha menahan kesal.
Sebenarnya Niko tahu aku bisa mengendarai mobil dengan baik. Bahkan dulu sebelum diantar jemput sama Niko, aku sering pergi kemana-mana dengan nyetir sendiri.
Tapi semenjak bersahabat dengan Niko, dia udah ga pernah ngizinin aku atau bahkan Yaya buat nyetir mobil sendiri. Jadi dia dengan sukarelal menjemput aku dan Yaya.
"Barang lo udah kan? Ga ada yang ketinggalan?" Tanya Niko.
"Udah" jawab ku.
"Ko, udah beres kan?" Tanya Mas Rian sambil mendekat ke arah Niko.
"Udah Mas" jawab Niko.
"Lo ga tidur dari semalem Ko?" Tanya Mas Rian.
"Ga bisa tidur gue" jawab Niko sambil kembali meminum kopi.
"Kenapa sih lo? Gara-gara ditanya soal mantan sampe ga bisa tidur begini!" Kata ku yang mulai gemas sama tingkah laku Niko.
Mas Rian dan aku hanya memperhatikan Niko. Tapi si manusia berbulu ini malah pergi kedalam villa
"Udah ga usah di bahas lagi ya Za" kata Mas Arian sambil menepuk bahu ku.
Aku hanya mengangguk dan berjalan ke dalam villa.
"Ja, mau ini ga?" Kata Yaya sambil menyerahkan minuman dingin ke arah ku.
"Makasih Ya" kata ku sambil mendekat ke arah Mbak Lita yang sedang memakan kue coklat di sebelah Mas Bas.
"Mau Ja?" Tanya Mbak Lita.
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Yuk pulang, semuanya udah beres" kata Mas Rian sambil mendekat ke arah Yaya.
"Nyantai aja ya nyetirnya. Kayanya Niko agak kurang tidur" kata Mas Rian sambil menatap ke arah Niko.
"Aku yang nyetir ko Mas" kata ku.
"Ga usah Ja, gue masih bisa nyetir" kata Niko yang keukeuh ga mau aku setirin.
"Kenapa sih ko? Di setirin ama cewe ga bikin harga diri lo jadi turun kok" kata ku yang mulai kesal karna Niko ga mau nurut.
Untungnya di dalam villa hanya tinggal kani berenam. Karna keluarga Yaya dan Mas Rian sedang berfoto-foto di belakang villa.
"Ehem. Yaudah lo istirahat dulu ko. Tidur dulu sejam dua jam. Nanti baru lo yang nyetir." Kata Mas Rian berusaha menengahi aku dan Niko.
"Gue ga akan bikin lo mati ko Ja." Kata Niko.
"Ih, gue tuh mau lo istirahat Niko!" Kata ku sambil sedikit berteriak ke arah Niko.
Mata ku sudah terasa panas. Aku mencoba menenangkan diri dengan cara mengatur nafas. Yaya sudah berdiri disamping ku sambil mengusap punggung ku.
"Yaudah terserah" kata Niko sambil berjalan keluar dari villa.
"Ja jangan emosi gini. Gue malah makin takut kalau lo nyetir dengan emosi lo yang lagi kaya gini" kata Yaya.
Aku mencoba menetralkan kembali suara ku.
"Gue ga apa-apa ko Ya. Cuman kesel aja si Niko bandel banget. Susah diomongin. Padahal cuman disuruh tidur" kata ku sambil berusaha tertawa.
***********************************************************************
"Ja, lo cape ga? Kalau cape gantian" kata Niko yang sedang duduk di samping ku.
"Tidur Niko, gue lagi ga mau berantem sama lo" kata ku sambil tetap fokus mengendarai mobil Niko.
"Siapa yang ngajak berantem sih Ja? Gue cuman nawrin bantuan sama lo" kata Niko.
Aku masih ga mau melirik ke arahnya, jadi tatapan ku masih mengarah ke arah jalan.
"Lo disuruh tidur, yang tinggal merem aja susah banget sih" kata ku.
"Gue ga bisa tidur Ja" kata Niko yang menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil.
"Merem makanya! Jangan sambil main Hp mulu" kata ku sambil menarik paksa Hp Niko dan menaruhnya di dasbor mobil.
Aku menjalankan mobil Niko sedikit lebih cepat. Rasanya ada perasaan ga nyaman saat melihat Niko sampai seperti ini hanya gara-gara pembahasan mantan semalam.
Sebenarnya Niko ini kenapa? Ada masalah apa dengan mantannya? Si manusia bulu ini masih ga bisa move on? Atau emang mereka masih saling cinta tapi ga bisa bareng? Jadinya Niko segalau ini.
Ah sial, kenapa jadi gini sih Diza?! Coba kalau dari awal lo ga punya perasaan apapun sama Niko. Semuanya ga akan seribet ini. Lo ga akan pusing-pusing mikirin Niko sampe begini Za!
Tiba-tiba saat sedang sibuk dengan pikiran ku sendiri, ada motor yang memotong jalan dan ternyata langsung menabrak mobil yang berada di arah yang berlawanan dengan kami.
Aku buru-buru menghentikan mobil Niko dengan mendadak. Niko yang sepertinya sudah mulai tertidur langsung terperanjat karna hentakan rem yang cukup keras.
Jantung ku langsung berdebar kencang saat melihat mobil yang sedang ku kendarai hampir saja menabrak pengendara motor yang terdorong cukup kencang dari arah yang berlawanan.
"Ja" aku melirik Niko yang langsung melepaskan sabuk pengamannya.
"Apa kata gue! Harusnya tadi lo nurut!" Kata Niko sambil berteriak.
"Gue ga nabrak Ko. Mobil lo juga ga kenapa-kenapa" kata ku dengan suara bergetar karna cukup kaget dengan bentakan Niko tadi.
Aku langsung melepaskan sabuk pengaman dan membuka pintu. Orang-orang sudah banyak berkumpul disekitar kami. Banyak motor dan mobil yang berhenti hanya untuk sekedar melihat ke arah kami.
Pengendara motor tadi untungnya masih sadar dan ga mengalami banyak luka. Warga sekitar membantunya untuk duduk di depan pertokoan yang ada di dekat kami.
Akhirnya Niko pun mengendarai mobilnya untuk parkir di tempat yang jauh lebih aman. Karna posisi mobil Niko tadi menghalangi jalan dan akhirnya membuat kemacetan disana.
Aku berjalan mendekat ke arah warung untuk membeli minuman. Setelah selesai aku kembali menghampiri pengendara motor yang masih terduduk lemah di dekat Niko.
"Minum dulu Pak" kata ku sambil menyerahkan botol minuman ke arah beliau.
"Makasih ya Mbak" kata beliau.
"Perkenalkan saya Diza Pak" kata ku sambil mengulurkan tangan.
"Saya Mamat" jawab beliau.
Aku hanya tersenyum sambil menganggukan kepala.
"Kalau Mbak Diza ga berhenti mendadak, saya ga tau deh masih hidup apa enggak. Makasih ya Mbak" kata Pak Mamat sambil memandang ke arah ku.
"Bapak ga kenapa-kenapa? Mau saya bawa ke rumah sakit Pak?" Tanya ku sambil memperhatikan luka yang ada di tangan beliau.
Niko sejak tadi hanya diam dan berusaha mengatur nafasnya. Aku tahu Niko marah. Sangat marah. Karna tadi adalah bentakan pertama Niko untuk ku.
"Ga usah Mbak. Saya ga kenapa-kenapa. Tadi untuknya mobilnya cuman nabrak motor saya. Jadi saya ga kenapa-kenapa" jawab beliau.
Tiba-tiba beberapa warga mendekat ke arah kami.
"Mobil yang nabraknya kabur Pak" kata salah satu warga.
"Yaudah ga apa-apa Pak. Saya juga salah tadi." Jawab Pak Rahmat.
"Bapak mau kami antar ke rumah atau kemana Pak?" Tanya Niko.
"Ga perlu Mas. Saya tadi sudah telpn anak saya untuk jemput disini" jawab Pak Mamat.
"Kalau Masnya sama Mbak Diza mau melanjutkan perjalanan silah kan. Terimakasih sudah mau membantu saya" kata Pak Mamat sambil tersenyum tulus.
Niko berdiri dari duduknya, tiba-tiba dia mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke arah Pak Mamat.
"Pak, buat bantu benerin motor Bapak. Emang ga banyak Pak, tapi mudah-mudahan bisa sedikit membantu" kata Niko.
"Loh ga usah Pak. Ini Mbaknya beneran ga nabrak saya ko. Itu murni karna kesalahan saya" kata Pak Mamat.
"Ga apa-apa pak, saya juga murni pengen bantu bapak" jawab Niko.
"Yasudah terimakasih ya Mas Mbak. Terimakasih sudah mau menolong dan membantu saya" kata Pak Mamat.
"Kalau gitu kami pamit ya Pak" kata ku sambil ikut berdiri disamping Niko.
Niko langsung berjalan mendekat ke arah mobil. Saat aku berjalan mendekat ke pintu kemudi, Niko menahan lengan ku dan menyuruh ku untuk duduk di kursi penumpang saja.
"Gue yang nyetir" kata Niko tanpa melihat ke arah ku.
"Ko lo bahkan belum tidur" kata ku.
"Gue yang nyetir Ardiza" kata Niko.
"Ko tapi tadi gue ga nabrak, bahkan mobil lo ga kenapa-kenapa" kata ku berusaha membela diri.
Niko menarik ku sedikit kasar dan memaksaku untuk duduk di kursi samping kemudi. Lalu dia menutup pintu disamping ku dengan kencang.
Setelah berjalan memutari mobilnya, Niko langsung masuk kedalam mobil dengan wajah yang masih mengerikan.
"Yaudah kalau lo ga percaya mobil lo ga kenapa-kenapa, kita cari bengkel terdekat buat cek semua kondisi mobil lo. Kalau ada yang baret atau apapun, gue bakal ganti semuanya" kata ku sambil duduk menghadap Niko.
Niko tiba-tiba memukul stir mobil dengan cukup kencang dan langsung menghadap ke arah ku.
"Kalau lo mengartikan kemarahan gue ini karna gue takut mobil gue kenapa-kenapa, lo bener-bener buat gue marah Ardiza!" Kata Niko.
***********************************************************************
Hai hai hai
Aku update 2 part yaa hari ini
Tapi untuk beberapa hari kedepan,
Aku izin untuk ga update.
Karna ada urusan yang harus ku selesaikan dulu.
Terimakasih ya tetep mau baca cerita ku
Smoga kita semua sehat dan dilindungi selalu
🤗🥰