Aku tersenyum ketika kamu melihatku,walau aku tau kamu menatapku dengan kebencianmu
"Sekar,"
Ini sudah ketiga kalinya Javas mengetuk pintu kamar mereka tapi tak ada satupun sahutan yang keluar dari dalam sana.
Kebiasaan Sekar yang baru dia tau, pasti ngunci kamar kalau dia sedang mandi ataupun ganti baju.
Katanya malu, takut dirinya tiba-tiba masuk ketika dia sedang mandi atau ganti baju.
Tap.
Javas menempelkan telinganya pada dinding pintu itu. Tapi nihil, Hanya sunyi yang terdengar.
"Sekar, aku boleh masuk ?"
Javas sekali lagi mencoba berbicara, tapi lagi-lagi tak ada sahutan.
1 detik
2 detik
Javas mencoba bersabar untuk tidak menyentuh kenop pintu itu dan masuk kedalam, Javas masih tahu diri kalau Sekar pasti benci jika dia melakukan itu, tapi sepertinya Javas mulai tidak sabar. Lihat! Tangannya sekarang sudah menyentuh gagang pintunya dan bersiap membuka pintu itu, dia hampir saja membukanya ketika ada tangan lain yang sudah memutar gagang pintu itu dari dalam.
Wanita cantik dengan polesan make up yang natural serta rambut hitam yang dikuncir cepol atas terlihat sederhana namun bisa memikat jiwa yang sekarang sedang berdiri sambil melihat bingung penuh tanya kearah pria didepan pintu kamarnya.
"Ada apa?" tanyanya yang tidak lain adalah Sekar.
*
"Javas ?"
"Hah ? Oh... Iya.. Iya kenapa ?"
Aku tersadar dari lamunan menatapnya yang juga sedang menatapku.
Aku gugup tiba-tiba
Tenang Javas tenang!
"Ada apa ?"
Aku mau kita sarapan bersama, Sekar
Itulah yang ingin aku katakan tapi mengapa mulutku malah diam seperti orang bisu begini.
Yailah Javas kenapa jadi lebay begini si lu!
"Aku... Kamu mau berangkat kuliah ?" tanyaku yang malah melenceng jauh.
"Iya"
"Saya antar" tawarku.
Tapi percayalah, itu bukan tawaran sebenarnya tapi pemaksaan yang coba dilakukan.
"Enggak usah, aku sudah pesan taksi"
Sudah kuduga dia akan menolak, tapi kali ini aku akan bersikeras, Aku tidak mau mengalah dulu.
"Buat apa pesen taksi? Ada saya yang bisa nganter kamu, Ayo!" Ajakku dan langsung bergegas agar aku tidak mendengar penolakannya lagi.
"Ngak usah, mas Javas... Ngak per..."
Kudengar dia berjalan mengejarku sambil berbicara tentang keberatannya, tapi masabodo. Aku akan tetap akan mengantarnya.
Kali ini harus maksa!
Pengen tau ada apa di kampusnya sampe kayaknya takut banget kalo dia nganterin
*
Javas lagi kenapa si?
Apa dia kebentur tembok saat bangun tidur?
Kenapa jadi maksa begini mau nganterin kuliah
Ngak bisa! Aku gak mau dia mengantarku, aku harus jawab apa jika teman-temanku melihat aku turun dari mobil pria ini dan... Dan bagaimana kalau nanti dosen muda itu bertemu aku dan Javas dikampus, bisa gawat! Semua rahasiaku bisa terbongkar, Ngak bisa, Itu gak boleh terjadi!
"Mas Javas dengarin dulu"
Terpaksa, Aku terpaksa menarik tangannya agar menghadapku lalu melepasnya begitu matanya menatapku dengan tatapan kaget.
"Dengerin aku, aku udah pesen taksi jadi Mas Javas ngak perlu nganterin aku" jelasku dengan terburu, demi tuhan kenapa aku jadi gugup begini sih.
"Tapi..."
"Ngak usah mas Javas, gak perlu nganter Aku" potongku.
Kulihat perubahan wajahnya.
Apasi kok mukanya jadi sedih gitu
"Kenapa ?" tanyanya begitu datar menatap mataku.
"Aku... Aku udah pesan taksi, kan gak enak kalo harus dibatalin" jawabku berkilah.
Biarin deh bohong, daripada di hakimi masa
Aku lihat tatapan Javas begitu dingin, aku seperti dikuliti ketika dia menatapku, aku takut.
"Pesan taksi kan bisa dibatalin" jawabnya.
Ya tapi aku gak mau!
"Aku bisa kena denda, aku sudah pesan dan taksinya sebentar lagi sampai" aku kembali ngeles layaknya bajay.
"Saya bisa bayar dendanya, kalau itu yang jadi masalah kamu" jawabnya lagi, masih dengan tatapan yang sama.
Aku diam. Melihat kearah lain, tak berani menatapnya.
Aduh gimana nih?!
harus alasan apa lagi!
Kenapa sih nih cowok ngeyel banget dibilanginnya!
Kudengar dia menghelah nafas kasar, sepertinya dia menahan kesal.
"Saya gak tau apa ini cuma akal-akalan kamu atau apa supaya saya gak bisa nganter kamu, tapi apapun itu saya gak peduli. Saya akan tetap nganter kamu atau kamu gak usah kuliah kalau begitu, karena saya gak akan ngebiarin kamu pergi sendiri!" jawabnya tegas.
Mampus deh loh Sekar
*
Kekesalanku semakin bertambah, Pria ini yang sialnya berstatus suamiku adalah pria yang sangat Egois catat! E.G.O.I.S. gak berubah dari sejak lamaran, dia tetep jadi orang pemaksa.
Demi tuhan gue sebel!
Setengah jam yang lalu, setelah perkataannya yang menyebalkan itu sekarang aku dan Javas berada di dalam mobil, kalau tidak macet setengah jam lagi kita pasti sudah sampai di kampusku.
Pikiranku selalu berputar akan hal-hal yang buruk mungkin saja terjadi, aku belum siap sama sekali kalau semua orang tau dengan status baruku yang bukan lagi wanita single. Entah apa yang akan mereka pikirkan tentangku
Apa dia hamil duluan ?
Kenapa dia nikah diam-diam ?
Siapa pria itu ?
Apa dia simpanan om-om ?
Begitu banyak pikiran negatif orang yang mungkin saja akan timbul jika aku dan Pria nyebelin ini berada di lokasi yang sama dan terlebih lagi jikalau sampai aku bertemu Lusi atau Anto, atau Wisnu yang mungkin saja kenal dengan Javas, aku harus jawab apa.
YaAllah, aku belum siap di bully!
"Sekar"
Aku tidak mau menjawabnya, aku kesal banget setiap kali dia manggil namaku.
"Sekar,"
Aku melihat keluar jendela tak ingin menatapnya.
"Kalau aku gak maksa kamu, kamu pasti gak akan mau aku antar, maaf kalau aku egois"
Alhamdullilah sadar!
"Aku udah minta maaf loh" ujarnya lagi.
Bodo. Bodo. Bodoooooooooooo!
"Yaudah kalo kamu masih marah gapapa, aku maafin kok"
Lah kok ?!
Kenapa jadi dia yang maafin, Kan harusnya aku kan yang bilang gitu ?!
Aku meliriknya sinis dan kulihat dia tersenyum, senyum miring, senyum jahat.
Sumpah ya ini cowok nyebelin banget!
"Apa? Udah gak marah ?" tanyanya seperti meledek.
"Siapa yang marah ?!" jawabku asal.
"Siapa ?" tanyanya.
"Gak tau!"
Kudengar dia terkikik geli, ternyata selain egois Javas juga nyebelin.
"Entar aku jemput ya, kamu pulang jam berapa ?"
Tuh Kana! ada aja kelakuannya, tadi maksa mau nganterin, yakin deh gue sebentar lagi pasti nih orang maksa buat jemput.
"Enggak, Mas Javas nih gak kerja apa ya ?"
kayaknya Javas udah di PHK, karena dia liat dari tadi Javas cuma santai-santai sambil maksa-maksa buat nganterin dia dan biasanya kan pagi-pagi pasti Javas sudah pergi kerja, tapi sekarang malah disini.
"Enggak, projekku baru mulai besok dikerjainnya jadi aku bisa santai sekarang"
"Oh"
"Jadi berarti nanti aku jemput ya?"
"Emang aku boleh nolak?"
"Ya enggak"
Nyebelin!
Javas tersenyum lebar sementara Sekar menatap penuh kebencian.
Mobil terus berjalan, Javas fokus menyetir sementara Sekar kembali diam menatap keluar jendela sepanjang perjalanan menuju kampusnya.
Kalau dia bisa loncat dari mobil ini, dia pasti udah lakuin dari tadi
Sumpah Javas nyebelin banget sih!