"Ke."
"Ya?"
"Pasang kuping lo tajam-tajam ya." pintanya serius.
"Gue gak budek!" serunya dengan keras.
"KITA PACARAN YA KE? LO JADI PACAR GUE, GUE JADI MAS PACAR LO."
"Maksudnya gimana? Lo nawarin? Kalo gitu gue ogah."
"KE SERIUS!"
"Yaudah minggir dulu, gaenak banget ngedenger lo teriak-teriakan gitu."
Ghatan menepikan motornya, lalu ia memutarkan tubuhnya, memandang Keana lekat.
Alih-alih meminta Ghatan memberhentikan kendaraannya sejenak agar fokus, justru saat ini ia yang dibuat gagal fokus. Bagaimana tidak, Ghatan memperhatikan Kea lamat-lamat. Tidak bicara dan juga tidak ada pergerakan, membuat dirinya salah tingkah.
Keana berdehem menetralkan jantungnya yang tiba-tiba berdegup kencang.
"Than?" Panggilnya pada Ghatan yang berada didepannya, dengan jarak yang bisa dibilang sangat dekat.
Ghatan tidak menjawab, yang sedari tadi menatap Kea dalam kini berganti dengan wajah yang penuh tanya kearahnya. Lagi-lagi Keana tidak bisa berkutik dengan ulahnya Ghatan. Mengapa bisa laki-laki konyol yang sering menjahilinya sekarang memiliki pesona yang kuat.
"Heh gak usah sok natap gitu lo! Malu diliatin orang." akhirnya Keana dapat menghentikan aksinya Ghatan.
"Tadi lo serius?" sambungnya.
"Ngelawak gue, udah bisa kaya Sule belum?" ucapnya dengan tampang datar.
Keana berdecak. "Kalo perasaan gue belum sepenuhnya buat lo, gimana?"
"Gue bikin biar sepenuhnya buat gue, gue yakin perasaan lo atau gue bakal makin besar sendirinya. Asal lo nya mau ngebuka hati."
"Kenapa mau sama gue? Gue jauh dari kriteria cewek cantik yang kebanyakan orang pengen."
"Kenapa gini sih nanya nya? Dengerin gue," Ghatan memegang kedua bahu Kea. "Ya gua sayang sama lo gak ada alasan Ke, kalo cuma suka sama mamah lo juga gue suka tapi sayangnya sama lo sih."
"Hih sembarangan!" Kea memukul tangan Ghatan dengan keras.
"Bercanda sayang,"
"Sayang-sayang pala lo."
"Jadi gimana? Cepet dikit dong!"
"Yaudah."
"Yaudah apaan sih."
"YAUDAH PACARAN SAMA LO THAN! GAUSAH MULAI DEH."
Senyum lebar terbit dibibir merah jambu Ghatan. Jujur, ia senang mendengar jawaban Kea walau gadis itu mengucapkan dengan kesal.
"Masa terpaksa gitu?"
"ENGGAK! LO NYA NGESELIN, UDAH DEH AYO PULANG."
Sungguh malam minggu yang indah, baik untuk Ghatan maupun Keana.
Kemarin-kemarin memang Keana belum memiliki rasa pada Ghatan, justru ia selalu dibuat kesal oleh tingkah pria itu. Tapi dengan mengalirnya waktu, kesal itu berubah menjadi setitik demi setitik rasa.
Mungkin saat ini belum sepenuhnya perasaanya untuk Ghatan, tapi untuk kedepannya kita pasrahkan saja.
Mereka berdua sudah sampai dirumah Keana, Ghatan tidak hanya menurunkan Kea dihalaman rumahnya. Tetapi ia juga harus bertanggung jawab mengantarkan gadisnya sampai ke tangan orang tuanya.
"Ngapain? Udah sana langsung pulang aja,"
"Mau sekalian pamit sama mamah." Kea pasrah saat Ghatan mendahului jalannya.
"Assalamualaikum." Salam Ghatan sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam." Jawab mamah Kea sambil membuka pintu.
"Mah ini anaknya Ghatan pulangin ya, bahkan jam sepuluh aja masih lama. Kea nya cepet-cepet minta pulang sih mah."
"Iya-iya, kan besok minggu masih bisa main sama Kea, Than. Kea ajak Ghatan nya masuk dulu." ucapnya sambil melirik Keana.
"Gausah mah, Ghatan mau langsung pulang aja gaenak juga udah malem."
Ghatan salim untuk pamit, lalu ia menyodorkan sebelah tangan kanan nya didepan wajah Keana. Keana tampak keheranan, ia hanya menarik alisnya.
Ghatan yang geram pun langsung saja ia ambil telapak tangan kanan Kea lalu ia tempelkan diwajah gadis itu.
"Gue pulang Ke, bersih-bersih dulu baru tidur." Keana hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Setelah kepergian Ghatan, ia tersenyum membayangkan semua perlakuan Ghatan terhadap dirinya.
"Iya deh yang lagi kasmaran senyum-senyum terus, yuk masuk udah malem."
"Apasih mamah."
Keana membaringkan tubuhnya diatas kasur.
Karena besok hari minggu, jadi ia manfaatkan untuk bergadang.
Ghatan : jangan tidur malem
Sebelum menonton film, ia membalas pesam teman-temannya terlebih dahulu kecuali pesan dari Ghatan ia abaikan. Setelah itu ia mulai dengan aktifitasnya.
Ditengah-tengah film hampir larut malam, terdapat panggilan masuk dari Ghatan. Merasa terganggu ia menolak panggilannya.
Sudah ditolak namun Ghatan tak berhenti menelfon nya.
"OH IYA! BODOH BANGET GUE!"
"Chatnya gak gue bales, ngapain gue matiin telfonnya. Ketauan dong."
Karena Ghatan terus menelfonnya akhirnya Keana mengangkat panggilan dari Ghatan.
"Tadi gue bilang apa Ke? Jangan tidur malem, bukannya main petak umpet gini sama gue."
"Ngapain belum tidur?"
"Udah malem!"
"Gue laporin mamah lo nih." ucap Ghatan berbobot dari seberang telfon.
"Kea? Woi!"
"Udah ngomelnya?"
"Belum!"
Keana memutarkan bola matanya. "Yaudah cepetan, gue dengerin."
"Lagi ngapain sih tengah malem gini?"
"Nonton film Than."
"Yaudah Video Call aja, angkat! ."
"Hmm."
Setelah mengubah panggilan menjadi Video Call, Ghatan tidak Keana gubris ia fokus dengan film nya.
"Ke lama banget si, gak selesai-selesai filmnya."
"Kan tadi gue bilang lo tidur aja."
"Gamau."
"Yaudah diem."
"Masa dari tadi gue dikacangin sama lo."
"Berisik, bentar lagi udahan!"
***
Pukul sepuluh pagi Ghatan sudah nangkring dirumah Keana, ia sedang minum kopi yang disediakam oleh mamah Kea.
"Itu anak kalo hari minggu emang males anaknya, kamu bangunin aja Than."
"Siaaap mah."
Ghatan membuka pintu kamar Kea ternyata tidak dikunci, maka ia bisa masuk dengan mudah.
"WOI PERAWAN BUK ELI." Ghatan menarik rambut Kea agar gadis itu bangun.
"Bangun! Bukannya masakin buat calon imam, tidur aja tidur kerjaannya."
Keana membuka matanya, ia malas saat dihadapannya sudah ada Ghatan.
"Ettt jangan tidur lagi." ucap Ghatan sambil menarik hidung Kea tanpa dilepas.
"Awasin tangan lo, gue gabisa napas."
"Makanya bangun, entar dimarahin buk eli tau rasa."
"Apasih buk eli tetangga gue, ngapain ngomelin gue." jawab Keana dengan sebal.
Saat ini mereka sudah berada diruang tamu dengan posisi Keana berbaring disofa dan Ghatan duduk dibawah tepat didepan Keana. Keana tidak mandi, ia hanya mencuci muka dan gosok gigi saja.
"Than mau kripiknya."
"Belum mandi, gak usah makan."
"Itu deh minum aja minum siniin."
" Heh Than."
Keana geram ucapannya tidak ditanggapi, "BISA GUE AMBIL SENDIRI SEGALON KALO PERLU." ucapnya dengan menghentakkan kaki.
Keana datang dengan membawa botol ukuran besar disebelah tangannya. Lalu kembali merebahkan dirinya ditempat semula.
Ia memperhatikan Ghatan yang sedang memainkan ponsel. Ghatan sedang membuka sosmed dan membalas pesan dari temannya, tidak sengaja Keana melihat roomchat Ghatan yang isinya hampir wanita semua.
"Sayaaang Keaaa." Ia menghadap kebelakang dan terkejut Keana memperhatikannya dengan serius.
"Liat apaan? Gitu banget." kata Ghatan.
"Suka-suka gue mau liat apaan." jawab Keana sambil memutarkan tubuhnya memunggungi Ghatan.
"Ke."
"Ke laper deh."
"Mamah lo abis masak kan? Ayo ke makan"
"Ke denger gue gak?!"
"Enggak." jawab Keana dengan cepat.
"Hih kenapa sih nenek lampir."
"Siapa nenek lampir?" jawab Kea sambil duduk menyender disofa.
"Buk eli."
Ghatan berdiri dan menarik tangan Keana. "Udah cepet ambil makan. Sepiring aja, makan berdua."
Haloooooooo
Sumpah sih ini udah lama bgt ga up
Yg masih baca Keana coba cung☝️
Voment gesss!!!!
Mau baca komenan kalian akuu, harus komen banyak" wkwk