.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
lagi-lagi aku harus pergi dari sini, aku harus segera memberitahu Lisa jika besok aku harus pergi lagi.
setelah usai membantu mama untuk mengemas barang seperlunya, malam hari nya aku kerumah Lisa dengan sepedaku untuk memberitahu kabar ini.
Lisa pun keluar dari rumahnya setelah aku panggil beberapa kali.
"apa?" ia bertanya.
"naik" ucapku singkat
Lisa pun naik ke sepedaku dan aku mengayuh benda ini ketempat biasa aku dan Lisa menghabiskan waktu.
"kenapa lu?" Tanya Lisa setelah aku membeli minuman untuk kami berdua.
aku duduk tepat di depan Lisa tentu saja di meja yang selalu kami hinggapin setiap ke tempat ini.
aku menggela napasku.
"gua besok mau ke luar kota lagi, bener-bener besok"
"dadakan banget"
"gua juga kaget, baru tadi siang dikasi tau kalo gua harus kesana"
"okay, take care, safe flight"
"hah?" aku mengerutkan dahiku heran dan bingung dengan respon Lisa.
Lisa hanya terdiam.
apa dia marah karena aku pergi lagi ?
ada apa dengan anak ini ?
Dan sekarang dia memasang wajah dinginnya.
jujur, hatiku sendiri merasakan benci untuk meninggalkan kota ini walau hanya beberapa hari saja, semakin lama aku juga tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku membutuhkan Lisa disisiku, jadi aku paham betul bagaimana perasaannya saat ini, ketika mendapat kabar seperti ini, walau Lisa berusaha mengeluarkan kata-kata penyemangat untukku agar aku tetap mendukung pekerjaan ayahku tapi aku juga paham, Lisa juga pasti memiliki sisi lain yang menginginkan aku tetap disini.
sementara itu, seketika terfikirkan olehku pembahasan gila agar mengalihkan perhatian Lisa.
"pernah denger mitos tentang mimpi basahnya cowo ga ?" aku mulai memecah keheningan.
Lisa hanya menggeleng sambil masih tetap diam.
"katanya, kalo cowo mimpi basahnya mimpiin cewe yang dia suka atau dia kenal, berarti cewe itu jodohnya dia"
"gila lu percaya hoax" ia akhirnya membuka mulut.
"hari dimana gua baru balik dari luar kota dan kita ciuman, malemnya gua mimpi basah, sama lu"
Lisa menoleh kearahku cepat, matanya terbelalak kaget.
"hah ? udah gila lu ya ? siapa yang suruh mimpiin gua ?" Dia mulai berisik lagi.
"heh, orang mimpi basah mana bisa milih cewenya mau sama siapa anjir"
Lisa terdiam namun masih dengan wajahnya yang kaget.
"seenggaknya gua tenang deh lu mau pindah keberapa kota, kan lu jodoh gua, berarti tetep bakal ketemu"
Plak!!
Lisa menutup mulutnya cepat.
dan sekarang aku yang menoleh kearahnya dengan mata terbelalak kaget.
"apa lu bilang?"
Lisa tidak menjawabku dan malah masuk kedalam supermarket dengan cepat.
aku hanya terkekeh melihat tingkahnya.
sebenarnya, semakin aku dan Lisa dekat, semakin aku memiliki rasa sayang yang dalam kepadanya, semakin aku sulit untuk meninggalkannya mengingat bahwa aku akan pergi dari Kota ini.
aku harus membicarakan tentang ini pada Lisa sebelum aku benar-benar pindah nanti.
tak lama kemudian gadis itu kembali duduk di kursinya dengan membawa 4 mangkuk pudding.
"biasa aja kali ngemilnya" celetukku.
"bilang aja mau minta" ia menjawabku.
aku hanya terkekeh.
"sekarang kan hari jumat, kata mama gua, gua balik hari senin jadi masih keburu buat gua dateng ke prom night" ujarku.
"iya atau engga, pokoknya lu jadi partner gua di prom night, pokoknya gua maksa" Jawabnya sambil melahap pudding puddingnya.
aku tidak akan membuat rencana Lisa semulus itu.
"tapi gatau ya, kata papa gua soalnya gua bakal sekalian survei sekolahan disana buat gua masuk sekolah, bisa jadi paling lama gua baliknya hari kamis" kuputuskan untuk mengarang cerita agar Lisa terkecoh.
"ah anjir, ga ikut prom night aja lah gua"
"emang kalo seandainya ga ada gua, lu ga bakal ngajak partner buat prom night ?"
"gatau sih, biasanya ada aja pasti yang ngajak gua soalnya bukan gua yang ngajak orang"
"jadi ini pertama kali lu ngajak orang?"
Lisa hanya mengangguk.
"dan lu harus mau" lanjutnya.
aku tersenyum miring.
"gini deh, nanti gua bakal kabarin lu kok jadwal gua pulang hari apa, oke?"
Lisa menoleh kearahku dan menatapku sinis.
"Deal!!" Ia berseru dan langsung membuat senyun lebar yang amat ceria di wajahnya.
bisa saja dia membuat raut ngambek yang menipuku.
aku menggelengkan kepalaku melihat tingkah lucunya dan--
Chu!!
aku mengecup bibirnya sekilas.
Lisa yang tersontak langsung menutup mulutnya dan entah bagaimana dan apa yang ia pikirkan, gadis aneh dihadapanku ini malah tertawa terbahak-bahak.
"heh ko ketawa si" aku keheranan tapi Lisa masih tertawa, entah apa yang ia tertawakan.
aku hanya menatapnya dan menggeleng tak habis fikir, ada-ada saja tingkahnya.
"gua cuma kaget aja, terus jadi ngerasa awkward gitu, yang biasanya kita suka berantem, ribut, elu kaya badut kocak banget terus tiba-tiba lu cium gua begitu" jelas Lisa yang masih terkekeh.
ada benarnya juga dia.
aku jadi ikut terkekeh membayangkannya.
"lagian sebelumnya juga kita udah pernah ciuman, versi serius" balasku sambil mengunyah makanan ringan milikku.
"tapi itu kan bisa dibilang gasengaja"
"ya elu duluan yang nyosor"
"elu juga nyosor balik ya anjir"
"iyalah, dicium cewe masa gua nolak"
"kurang ajar" Lisa mulai mengangkat tangannya alih-alih bersiap memukulku.
"et liat liat disitu" ujarku, membuat Lisa berhenti dan menoleh pada sesuatu yang aku tunjuk.
"hah?" Lisa kebingungan.
aku bergegas mengambil minuman dan jaketku, menuju sepedaku dan kabur dari Lisa yang berhasil aku kelabui.
Lisa yang sadar akan tindakanku akhirnya ikut berlari dan mengejarku.
"Lee Taeyong awasss lu, kalo sampe jatoh gua ketawain" Ia berteriak sambil berlsri dibelakangku dan aku tetap menggoes sepedaku sambil terbahak.
Satu hal lagi yang membuat aku menyukai perempuan seperti Lisa, dia adalah perempuan tidak pernah jaim bahkan sedikit tidak tahu malu dan itu selalu membuat aku terhibur, dan semakin berfikir bahwa hidupku akan lengkap bersamanya.
singkatnya, akhirnya aku kembali membonceng Lisa dan membawanya pulang setelah ia beberapa kali memukuliku dengan kesal, aku hanya tertawa meledeknya begitu juga dia pada yang terkekeh pada akhirnya.
beberapa saat kemudian aku dan Lisa sudah berada didepan rumah Lisa, Lisa turun dari sepedaku.
"besok hati-hati ya" ucapnya.
"iya jelek, nanti gua kabarin ko"
"haruslah, lu masi punya utang prom night sama gua"
"najis kejam banget jadi cewe"
"gak deng, bercanda gua ilah baperan lu"
"heleh, gayakin gua lu cuma bercanda"
"dih yauda kalo ga percaya"
"pokoknya gua usahain ga sempet dateng, eh maksudnya gua usahain bisa dateng" aku terkekeh.
"anjir tega banget sumpah"
aku tertawa mendengar ucapan Lisa yang putus asa.
"yaudah gapapa kalo emang gabisa, tapi lu harus kasih tau gua, jan kaya kemaren ga ada kabar sama sekali"
"iya ilah, gua tau lu cepet kangen sama gua"
"elu yang cepet kangen ama gua yang ada"
Lisa mulai tampak putus asa dan tak bersemangat untuk mengajakku di prom night sekola sebagai partnernya, ia benar-benar memasang wajah murung.
aku jadi tidak tega padanya karena sudah aku bohongi walau untuk sementara.
"yauda sana pulang, nanti telat berangkat" ujarnya.
aku hanya mengangguk dan malah turun dari sepedaku.
"dih, gua masuk ni ya" gadis dihadapanku terlihat bingung.
aku segera memeluknya erat.
Maaf ya Lisa aku sudah berbohong padamu untuk berkata tidak bisa menjadi partner prom night mu nanti.
aku tau pasti prom night kali ini cukup menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh Lisa.
Lisa membalas pelukanku dengan erat, dia menenggelamkan wajahnya di dadaku seakan-akan ia berkata, ia tidak mau jauh dariku, andaikan aku sanggup bicara, aku juga akan berkata bahwa aku tidak sanggup jauh dari Lisa.
aku dan Lisa terdiam sejenak sambil melepaskan pelukan.
ia menarik nafas panjang.
"yaudah gih, gua mau masuk" ujar Lisa pelan.
"iya iya jelek" aku kembali menaiki sepedaku.
"nanti gua chat aja ya" ujarku lagi dan hanya di jawab anggukan oleh Lisa.
"Dahh Tiy, take care"
ia melambaikan tangannya dan aku kembali kerumahku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.