Stay A Little Longer (COMPLET...

By raishadvn

9.2K 786 5.8K

Rishi punya satu tujuan di dunia ini: mengejar Rhea, mendapatkan cinta Rhea, dan menikah dengan Rhea. Rhea, g... More

Cast
01. Meet The Villain
02. Kakak Terbaik
03. Penyihir dan Penjahat
04. Bertemu
05. Berhasil tapi Gagal
06. Mujhse Shaadi Karogi?
07. Patah Hati-nya Penjahat
08. Lampu Hijau
09. Cinta Jalur Nepotisme
10. Tantangan: Hari Kedua
11. Bioskop
12. Rahasia Rhea?
13. Kosong
14. Dua-dua
15. Mencari yang Dicari
17. Belanja
18. Mia Pengganggu
19. Pesta
20. Rhea Menghilang
21. Tanpa Rhea
22. Katrina yang Membingungkan
23. Pulang
24. Musuh Lama?
25. Selingkuh?
26. Permintaan
27. Berubah
28. Janji?
29. Pelukan ini?
30. Hantu Stree
31. Gara-gara Beauty
32. Kabur-kaburan Lagi
33. Cincin
34. Tidak Artinya Tidak
35. Takdir atau Kebetulan?
36. Jangan Pergi, Radha...
37. Isyarat Mimpi
38. Aneh, tapi Percaya
39. Mulai Terbongkar
40. Tertembak
41. Rishi: "Kenapa, Rhea?"
42. Kebenarannya
43. Mengambil Janji
44. Kisah Masa Lalu
45. Patah Hati
46. Setuju?
47. Efek Samping Kebenaran
48. Pernikahan Dadakan
49. Arzoo yang Nakal
50. Ditinggal
51. Ngidam?
52. Kehilangan
53. Berhasil Kabur
54. Keguguran?
55. Kebahagiaan yang Terenggut
56. Kompetisi Selingkuh
57. Terulang Kembali
58. Bibi itu ....
59. Sebenarnya Cinta (end)
SPIN-OFF

16. Penyihir

210 15 97
By raishadvn

Rhea dan Rishi tiba lagi di rumah Rhea. Hampir semalaman mereka berkeliling, baik Arzoo maupun Radha tidak ada yang ketemu.

Lelah. Ya, Rhea lelah. Ditambah kondisinya yang kurang sehat dan tidak mau diobati dokter.

"Rhea, tidak usah terlalu khawatir, Radha pasti akan ketemu. Tenang, ya," hibur Rishi.

"Bagaimana aku bisa tenang? Rishi, adik-adikku hilang, bagaimana jika mereka kenapa-napa? Kau tahulah dunia luar tidak aman, bagaimana kalau ada penjahat? Atau penculik? Atau ... ya, pokoknya diganggu orang jahat."

"Rhea, tenang, sekarang kau istirahat, ya. Sudah hampir pagi. Lihat, wajahmu saja pucat begitu," lanjutnya.

"Tapi Radha dan Ar---"

"Sssttt ...." Rishi menempelkan telunjuknya di bibir Rhea.

"Kau istirahat saja, aku akan mencari mereka lagi setelah ini. Kau percaya padaku, 'kan?" tutur Rishi sambil menatap lekat-lekat kedua mata Rhea, begitupun Rhea yang terdiam menatap Rishi.

Rhea mengangguk pelan, "Aku percaya padamu," ujarnya diiringi senyuman tipis.

"Terima kasih. Sekarang masuklah dan pergi istirahat. Ingat, tidak usah khawatir. Akan kutemukan Radha." Rishi beranjak pergi dari hadapan Rhea.

Rhea menatap kepergian Rishi dengan rasa bersalah. Ya, dia merasa dia wanita paling jahat yang ada di dunia ini. Memang benar status Rishi adalah penjahat, tapi dia jauh dari kesan jahat—untuk Rhea. Semua yang Rishi lakukan begitu tulus. Bahkan di tengah malam begini, mau-maunya Rishi direpotkan Rhea untuk mencari adik-adiknya. Padahal, Rishi bisa saja menolak, karena posisi Rishi mencintai Rhea, bukan Arzoo ataupun Radha.

Memang benar, mungkin ini seperti cara Rishi menarik perhatian Rhea; membuat Rhea terkesan, tetapi pria itu juga kelihatan khawatir sama sepertinya. Dan kalaupun hanya untuk mengesankan Rhea, Rhea pikir ini sudah terlalu repot. Apalagi dengan posisi Rishi yang tidak diberi kepastian apa pun olehnya.

"Rishi, maafkan aku. Aku tidak mau kau menyesal nantinya, kau berhak mendapat orang lain yang lebih baik dariku," gumam Rhea, tangannya melambai membalas lambaian tangan Rishi—dengan senyum manis yang ia persembahkan untuk Rishi.

"Maafkan aku, Rishi," gumamnya sekali lagi, bersama dengan rasa bersalah yang begitu besar.

***

"Ayo, Rishi. Ambil ini," Rhea langsung menyerahkan kunci motornya pada Rishi.

Begitu mendapat telfon dari paman Singhania--ayah Rohan-- bahwa Rohan juga tidak pulang semalaman, Rhea langsung memberitahu Rishi dan akan mencari keduanya lagi saat ini. Ya, ini hampir pagi, matahari sudah mengintip malu-malu di ufuk timur sana.

Akan tetapi sebelum mencari lagi, Rishi ingin menelfon Jai dan Sonu, karena kedua temannya itu juga entah hilang kemana.

Saat tersambung, teleponnya langsung diangkat dari seberang sana.

"Halo, penjahat kelas atas, katakan di mana kau sembunyikan kakakku?! Kalian bersekongkol, kan? Sekarang jangan mengelak, katakan di mana kakakkku?!"

Rishi menatap Rhea seolah memberitahu kebingungannya akan si pengangkat telepon. Ia lalu mengeraskan panggilannya.

"Siapa kau? Kekasih Sonu yang mana lagi?"

"Kekasih Sonu katamu?! Aku ARZOO, AARZOO! Sudah, jangan lagi buat alasan, di mana kakakku?!"

Rishi dan Rhea saling pandang. Arzoo? Apa sekarang Arzoo adalah kekasih Sonu?

"Arzoo, kau berselingkuh dengan Sonu? Astaga, Arzoo, masih banyak pemuda, kenapa memilih Son---"

"Diam kau! Katakan saja di mana kakaku, atau pasukan penjahatmu ini akan kujual ke pasar buah!"

"Tap---"

Tutt.

Sambungan dimatikan sepihak.

Rishi ternganga, jadi hilangnya Jai dan Sonu karena diculik Arzoo? Lucu sekali, penjahat diculik. Dan pasar buah, Rishi tidak habis pikir dengan jalan pikiran adik Rhea itu.

Tak lama ponselnya bergetar lagi. Pelakunya pun masih sama, penculik itu, Arzoo.

"Kami ada di rumah Jai, rumahmu."

***

Terlihat rumah Jai yang pintunya terbuka sedikit. Tanpa izin, Rhea langsung masuk dan mendapati 2 penjahat itu---Jai dan Sonu---dalam keadaan saling diikat, lalu Arzoo yang berdiri sambil berkacak pinggang di hadapan mereka. Di sisi lain, orang yang dicarinya dari tadi---Radha---tengah tertidur menyandar di pundak kanan Katrina, dan Rohan di pundak kiri Katrina.

"Arzoo," panggil Rhea.

Arzoo menoleh, sejurus kemudian berlari dan memeluk Rhea, seolah tidak bertemu bertahun-tahun lamanya.

"Kakak, kau baik-baik saja, kan? Penjahat itu tidak menyakitimu?" tanya Arzoo penuh kekhawatiran.

Rhea hanya menggeleng sebagai balasan.

Mendengar keramaian, Katrina, Rohan, dan Radha bangun lalu menghampiri Rhea.

Pertama Arzoo, Arzoo menceritakan keberadaannya di rumah Jai sejak sore hari untuk mengerjakan tugas. Lalu Radha, yang sudah baikan dengan Rohan pulang bersama dari rumah Alishka. Kemudian Katrina yang bannya kempes dan kebetulan bertemu Sonu di jalan, minta diantar ke rumah Rhea.

Setelah saling menjelaskan, semuanya saling pandang dengan diam. Gara-gara kesalahpahaman itu, malam ini terlewat hampir tanpa tidur.

"Sudahlah, Kak, Radha, ayo pulang." Ucap Arzoo yang tidak betah diam-diaman lebih lama lagi.

"Aku akan mengantar Radha," sahut Rohan.

"Aku Arzoo," Jai tak mau kalah.

"Jangan tanyakan, sudah pasti Rhea bersamaku," tambah Rishi.

Sekarang semua mata tertuju pada Sonu dan Katrina.

"Aku akan mengantar Katrina." Sonu sedikit gugup karena ditatap begitu.

Jai tertawa sambil menghampiri Sonu, "Hati-hati Mia cemburu," bisiknya tepat di telinga Sonu.

Tak lama Arzoo yang menepuk pundak Sonu, "Pacar ke berapa?" bisiknya.

"Katrina, hati-hati, Sonu itu ......" Rishi sengaja menggantung kalimatnya.

"Merayu semua yang bergerak," sambung Radha.

"Pacarnya berserakan di mana-mana," Jai menambahkan.

Sonu hanya bisa garuk-garuk tak gatal sambil tersenyum malu pada Katrina. Sampai semua orang di ruangan itu habis, barulah Sonu yang terlanjur malu keluar.

"Mmm ... Katrina," panggil Sonu.

"Iya?"

"Lupakan ucapan mereka, itu semua tidak benar," ucapnya masih dengan senyuman kaku.

"Tidak masalah, benar atau tidak, memangnya kenapa? Aku tidak bisa melarangmu," balas Katrina.

Sonu hanya mengangguk samar lalu memakai sepatunya.

"Oh, ya, boleh aku bertanya?" ucap Sonu.

"Tanyakan saja."

"Kau ... sudah punya kekasih?" Sonu bertanya dengan hati-hati.

Katrina tersenyum dan menggeleng, "Tidak."

"Aku tidak percaya, kau sangat cantik, mana mungkin tidak punya pacar?"

Lagi-lagi Katrina tersenyum, "Tepat sekali. Karena itulah, aku tidak punya seorang kekasih. Pemuda zaman sekarang, mereka hanya melihat kecantikan fisik saja. Ya, aku tahu semua orang ingin melihat cintanya yang paling cantik. Jadi, pandanglah orang yang kau cintai sebagai yang tercantik, bukan yang tercantik, sebagai cintamu."

Perkataan Katrina seperti sebuah tamparan untuk Sonu. Dia yang selama ini selalu mendekati para gadis, lalu meninggalkannya dengan mudah jika sudah bertemu gadis lain yang lebih cantik. Entah berapa gadis saja yang dipatahkan hatinya. Tidak pernah Sonu hitung karena ia sendiri tidak ingat jumlah pastinya.

"Hei, tidak usah melamun."

Sonu terkejut, lamunannya tentang para gadis buyar seketika.

***

Ketiga kakak beradik, Rhea, Radha, dan Arzoo telah tiba di rumah mereka. Lalu para pria yang mengantar mereka pun langsung pulang.

Melihat pintu terbuka membuat Rhea sedikit terkejut. Dia mengunci pintu sebelum pergi, dan kenapa terbuka sekarang?

Rhea bergegas masuk, dan mendapati beberapa buah tas belanja tergeletak di meja ruang tamu, dengan sesosok wanita duduk membelakanginya.

Wanita itupun berbalik, menampilkan senyumannya sambil berjalan ke arah Rhea.

"Bibi Neetu? Kapan Bibi pulang?" tanya Rhea.

"Baru saja tadi. Dari mana kalian?" Bibi Neetu balik bertanya.

"Tidak ada, hanya beberapa urusan penting," jawab Rhea. "Oh, ya, Bibi sudah sembuh?" lanjutnya.

"Ya, seperti yang kau lihat. Ini semua karenamu. Ambil ini, bibi membelinya spesial untukmu." Bibi Neetu memberikan sebuah tas belanja pada Rhea yang entah berisi apa.

Rhea terdiam beberapa saat, baru menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

"Untuk kalian berdua, tidak ada oleh-oleh," kata bibi Neetu.

"Tidak masalah, aku juga tidak butuh oleh-oleh darimu," balas Radha sambil beranjak masuk diikuti Arzoo dan kemudian Rhea.

"Kakak ...." Radha setengah berbisik menarik Rhea masuk ke kamarnya sebelum Rhea tiba di dapur.

"Ada apa?"

Radha menggeleng, begitupun dengan Arzoo. Sebaliknya, mereka celingak-celinguk memperhatikan keadaan sekitar, lalu mendekat pada Rhea.

"Penyihir itu pasti punya kejutan untukmu, mana mungkin dia mau memberi sesuatu tanpa ada imbalan." Bisik Radha.

"Betul, Kak. Dan katamu kemarin, dia dirampok sampai terluka, kan? Masa iya lukanya sudah sembuh? Tidak, Kak, dia pasti berbohong," lanjut Arzoo.

"Pengobatan di Singapura sangat canggih, tidak sampai 2 hari semua lukaku sembuh!" sahut seseorang dari luar dengan sedikit berteriak.

Arzoo dan Radha spontan melotot, tapi itu tidak berlangsung lama. Bukan Radha dan Arzoo namanya jika tidak berani melawan, apalagi pada bibi Neetu.

"Ya, tentu saja. Sihir selalu bekerja cepat, dan penyihir hanya diobati sesamanya," balas Radha dengan suara sengaja dikeraskan juga.

BRAKK!

Entah apa yang bibi Neetu lakukan. Radha dan Arzoo tersenyum penuh kemenangan, lain dengan Rhea yang pusing atas pertengkaran tak berujung ini.

***

Rishi sangat bersemangat dengan tugas kali ini. Tugas berupa membagi-bagikan beberapa bahan makanan pokok pada rakyat yang membutuhkan.

Setiap tahun, Tuan Singh merayakan ulang tahunnya dengan mengadakan pesta. Pria paruh baya itu akan membagikan amal pada orang-orang yang membutuhkan, bahkan mempersilakan siapa saja yang mau untuk datang ke pestanya. Tidak perlu membawa hadiah, justru yang mau datang akan diberi hadiah oleh Tuan Singh.

Itulah sebabnya, Tuan Singh sangat dihormati oleh orang-orang, khususnya dari kalangan kelas menengah ke bawah yang seringkali mendapat bantuan dari Tuan Singh.

Tugas yang Tuan Singh berikan ini membuat Rishi senang karena ia mendapat imbalan Rhea boleh datang. Itu sebabnya, bibir Rishi terus mengukir senyum sambil melakukan pekerjaannya menaikkan karung-karung berisi beras ke mobil bak.

Sepuluh meter dari Rishi, Sonu dan Jai berdiri berdekatan mengawasi sahabatnya itu.

"Lihat dia, Jai, dia senyum-senyum terus seperti manusia paling bahagia di seluruh alam penjahat," nyinyir Sonu.

"Iya, apa kata orang-orang saat melihatnya, ya?" respons Jai.

"Sudah jelas orang-orang akan berhenti takut pada penjahat itu," timpal Sonu lagi.

"Apa dia sangat-sangat bahagia sampai senyum terus begitu?" tanya Jai.

"Tidak juga. Maksudku, jatuh cinta itu biasa saja. Buktinya, aku jatuh cinta dan patah hati setiap hari."

"Itu memang kau-nya saja yang tidak niat mencintai, tapi Rishi ... sepertinya dia sangat serius dengan perasaannya."

"Hey, kalian berdua! Daripada menggosipi aku, akan lebih berfaedah jika kalian bantu aku menaruh karung-karung beras ini," ucap Rishi setengah berteriak pada kedua temannya itu, seolah tahu dirinya sekarang ini jadi bahan gosip.

"Rishi, kami hanya mau bilang, gigimu pasti akan kotor jika kau tidak berhenti senyum!" seru Sonu.

"Lalu apa gunanya sikat gigi diciptakan?" balas Rishi.

Jai terkikik; Sonu diam seketika.

"Dasar penjahat aneh," gerutu Sonu sambil beranjak ke arah tumpukan karung berisi gandum.

"Memang sudah gila Rishi, bisa-bisanya dia senyum-senyum terus seperti orang gila." Sambil mengangkat karung-karung itu, Sonu terus mendumel.

"Temanmu itu memang sudah gila, Sonu. Lihat saja, sebentar lagi dia pasti akan memberontak pada Tuan seperti halnya Rakesh setelah jatuh cinta," celetuk seseorang tiba-tiba.

"Hey, hey, apa maksudmu berkata begitu?" Sonu tak terima.

Pria itu hanya mengedikkan pundak sambil tersenyum sok polos. "Hanya mengatakan kebenaran. Memang begitu akhirnya saat seorang penjahat jatuh cinta, kan? Mereka pasti kemudian menentang bosnya. Itu sudah terbukti di mana-mana. Para gadis adalah sumber kehancuran."

"Tutup mulutmu! Dasar penyihir! Enak sekali bicaramu, ya?! Rishi-ku bukan orang yang begitu! Dia tidak akan melupakan Tuan dan segala kebaikannya. Lagi pula, apa kau tahu? Tuan sendiri yang merestui Rishi, kenapa jadi kau yang repot? Kau iri?" Sonu semakin tak terima seseorang menjelekkan sahabatnya.

"Kita lihat saja, pasti perkataanku yang benar," kata pria itu setengah berbisik.

"Sialan kau, Suresh!"

Bugh!

Sonu memukul wajah pria bernama Suresh itu hingga jatuh tersungkur. Meski jelas kesakitan dengan pukulan Sonu, Suresh mengusap sudut bibirnya yang berdarah sambil tertawa kecil.

"Lihat, kau marah-marah, berarti itu memang benar," kekehnya lagi.

"Tutup mulutmu, Bajingan!" Sonu memukuli Suresh berulang kali hingga pria itu ambruk dengan sudut bibir dan hidung yang berdarah.

"SONU ...!"

Rishi dan Jai yang sadar terjadi pertengkaran, bergegas menghampiri keduanya dan melerai mereka. Sebelum semua berakhir fatal tentu saja.

"Kau ini kenapa? Kenapa malah bertengkar dengan Suresh?" tanya Jai seraya menyeret Sonu, menjauhkan dari Suresh yang sudah babak belur.

"Dia!" tunjuk Sonu pada Suresh, "Bajingan itu mengejek Rishi, katanya Rishi akan berkhianat dan lainnya setelah jatuh cinta. Padahal dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Rishi."

"Sudahlah, Sonu, kau tidak usah terbawa emosi. Kau seperti tidak tahu saja, Suresh memang selalu ingin menyaingi Rishi, kan? Dia selalu memancing emosi kita dengan tingkahnya itu, tetapi kita tidak boleh terbawa emosi. Lihat, dia merasa menang meski babak belur begitu," bisik Jai.

"Aku sudah muak melihat tingkahnya itu, Jai. Rasa-rasanya jika dia bukan teman kita, sudah pasti akan kulenyapkan," geram Sonu, menatap Suresh yang tengah diberi obat oleh Rishi.

"Sudahlah, memang niatnya mau menghancurkan kita. Tapi, kita harus lebih pintar agar tidak terkecoh. Sudahlah, lupakan saja. Lebih baik selesaikan pekerjaanmu dan kita undang Kakak Ipar." Jai menepuk-nepuk punggung Sonu. Sonu pun akhirnya mau kembali bekerja.

***

Foto bersama-----Jai Arzoo ketinggalan😁

---

Publish: 22 Agustus 2020
Revisi: 19 Juni 2022

Continue Reading

You'll Also Like

21.9K 1.2K 13
Cinta itu mendebarkan. Kita semua pernah mengalaminya bukan? Semua orang punya cerita dan ini tentang cinta. Di sekolah, Dunia Kerja, dan Dunia Khaya...
13K 1.4K 12
Badan gue gendut! Udah sih intinya itu aja. Ileen seorang UI designer yang bekerja di suatu perusahaan bertemu dengan mantan crushnya saat sekolah du...
1.5M 7.6K 13
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
49K 3.3K 124
Kumpulan cerita pendek. [All stories written by myself. Apabila ada plagiat atau penjiplakan, please tell me lewat personal message :)] p.s • My Cerp...