Seandainya waktu bisa kuulang, mungkin aku akan memilih untuk tidak mengenalmu. Karena kini aku tahu tanpamu itu sangatlah berat.
•••
SELAMAT MEMBACA
•••
"Kak Alta se-kampus sama gue?"
Kira-kira satu pertanyaan itulah yang berulang kali terputar di otak Zora dari ia pulang setelah pertemuannya dengan Trisha sampai langit telah berubah gelap di atas sana.
Dua kali Zora merasa dirinya melihat keberadaan Alta di hari yang sama. Namun, bukannya Alta di Bali karena memenuhi janjinya pada sang ayah? Atau jangan-jangan Alta sudah kembali ke Jakarta tanpa ia tahu?
Arrgghh!
Otak Zora terlalu pusing memikirkan segala konspirasi keberadaan Alta yang terasa nyata sekaligus transparan. Dipukulnya pelan kepalanya, sadarlah Zora, sadarlah Zora. Apa yang lo harapin seandainya Alta beneran kembali? Hubungan kalian membaik seperti dulu? Haha, ia tidak yakin soal itu.
Zora menghembuskan nafas lelah, lebih baik sekarang ia menyiapkan diri untuk tidur. Besok Zora memiliki rencana pergi ke suatu tempat. Jadi ia tidak boleh begadang.
•••
Cahaya matahari telah menggantikan bulan, disaat kebanyakan orang memilih rebahan ketika tidak ada kegiatan, Zora justru lain daripada yang lain. Zora memilih untuk keluar rumah dan menghirup udara segar di dekat danau yang dahulunya pernah menjadi saksi bisu antara dua insan yang saling mencintai.
Pikirannya tiba-tiba kembali mengenang kenangan mereka dulu, saat zaman SMA. Insiden tabrakan dengan Alta, cinta segitiga antara Arza, Ara, dan dirinya sendiri, juga perubahan drastis yang ia alami yang sampai sekarang membuatnya merasa bersalah. Semua bagai kaset rusak yang terus terputar dalam ingatannya.
Tanpa Zora sadari sinar mentari semakin menyengat dari atas langit, menyorotnya tajam yang membuatnya mengerjabkan mata, "Jam berapa sekarang?" gumamnya dengan refleks melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Hahh jam 10? Gue ada kelas sejam lagi," gumamnya sambil menepuk pelan dahinya.
Zora pun langsung berdiri dengan sigap lalu dengan cepat berjalan menuju pinggir jalan untuk mencari transportasi yang bisa membawanya pulang.
Setibanya di pinggir jalan, Zora mulai meraba saku celananya namun handphone yang ia cari tidak ada, "Terus gue pulangnya gimana dong," kata Zora mulai panik karena terkejar waktu kuliah.
Ia duduk di trotoar jalan, kakinya mulai lemas karena terlalu lama berdiri. Jalan raya cukup jauh dari sini, bahkan Zora lupa membawa uang. Bodoh kau Zora. Kata zora mulai merutuki dirinya.
Saat Zora mulai pasrah dan hendak berjalan menuju ke jalan raya yang jauh di depan sana, tiba-tiba saja sebuah motor berhenti di depannya
Tukang ojek?
"Neng Zora, 'kan?" tanya tukang ojek itu.
Zora hanya menganggukkan kepalanya dua kali, ia masih kaget.
Darimana dia tau nama gue?
"Ayok neng, saya antar," kata tukang ojek itu pada Zora lalu memberikan sebuah helm padanya.
Mau tak mau Zora naik keatas motor matic itu setelah memakai helm yang diberikan padanya tadi karena Zora tidak ada pilihan lain meskipun kini ia penuh kecurigaan.
Motor yang ditumpangi Zora mulai melaju hingga membelah jalan raya, dan selama itu pula keheningan terjadi. Zora hanya diam dan sibuk dengan pikirannya, ia hendak bertanya namun ia mengurungkan niatnya.
"Bapak tau darimana nama saya?" tanya Zora langsung ketika ia sudah tiba di depan rumahnya.
"Tadi ada cowok neng yang bilang ke saya suruh nganterin pulang cewek cantik pakai kaos pink lagi duduk di trotoar namanya Zora ke jalan ***. Gitu neng," jelas tukang ojek itu.
"Bapak inget mukanya? Namanya siapa, Pak?" tanya Zora bertubi-tubi.
"Inget mukanya neng. Namanya Al—" Si tukang ojek menjeda kalimatnya. Tentu hal tersebut membuat Zora penasaran.
"Al?" tanya Zora memastikan.
"A-Allahuakbar saya masih harus nganterin orang, Neng. Saya permisi dulu yaa," ujar tukang ojek itu agak panik.
"Eh, bentar ya pak, saya naik ambil uang dulu buat bayar," kata Zora.
"Eh gak usah neng. Tadi udah dibayar, malah lebih neng bayarannya. Gak enak atuh."
"Tapi-"
Perkataan Zora belum sempat terucap namun telah dihentikan oleh bapak itu, "Saya permisi dulu ya, Neng."
Zora hanya diam dan tampak lesu, pikirannya semakin bertambah. Serius tadi bapaknya mau ngucap Allahuakbar? Bukan mau nerusin nama orang yang bantu gue? Al?
Zora mengangkat bahu kemudian berjalan cepat masuk ke rumah, ia ingin sekali mengistirahatkan otak dan tubuhnya yang kelelahan. Namun hal tersebut harus tertunda sebab ia harus berangkat kuliah sebentar lagi.
Baru selangkah Zora memasuki rumah, sang kakak sudah berdiri dengan tangan bersedekap beberapa langkah di depannya. Siapa lagi kalau bukan Abrisam.
"Dari mana?"
"Kenapa baru pulang?"
"Kenapa hpnya gak dibawa?"
"Lupa bentar lagi ada jam kuliah?"
Zora hanya tertunduk diam dibuatnya, ia takut memberikan jawaban sebenarnya pada Sam. Tapi Zora sangat tidak bisa membohongi sam.
"Tadi ke danau dan Zora lupa bawa HP," kata Zora pelan seperti bisikan, namun masih bisa di dengar jelas oleh Sam.
"Ke danau? Ngapain?" tanya Sam.
"Menjernihkan pikiran, Kak."
"Jangan bilang ini gara-gara si Alta itu? Ha?!" tanya Sam lagi menyelidik.
Zora tidak menjawabnya namun gerak tubuhnya yang semakin menunduk membuat Sam yakin bahwa tebakannya memang benar. Sam sangat kenal dengan gerak tubuh sang adik, tanpa Zora bilang pun Sam sudah tahu jawabannya.
Sam yang melihat Zora tertunduk lesu hanya bisa memeluk Zora untuk menyalurkan kekuatannya.
"Kamu bisa Zo, kamu bisa lupain Alta. Dia udah ninggalin kamu, seharusnya kamu gak usah sedih lagi gara-gara dia apalagi mengingatnya terus menerus," bisik Sam lembut yang membuat Zora semakin terdiam.
"Sana mandi terus siap-siap kuliah. Jangan banyak pikiran, apalagi mikirin dia terus," kata Sam tidak sudi menyebut nama Alta.
Zora mengangguk pelan lalu berjalan ke kamarnya dengan pandangan menunduk, sesampainya ia disana Zora langsung mengambil pakaian di lemari lalu menuju kamar mandi.
Di bawah guyuran shower Zora memikirkan perkataan Sam padanya. Yang kakaknya katakan semua benar. Ia memang seharusnya mulai melupakan Alta, tapi sekali lagi hati tidak bisa dibohongi, 'kan? Hati Zora sepertinya masih memilih Alta sebagai pemiliknya.
Jujur saja Zora tak sanggup untuk melupakan Alta, sosok mantan yang pernah singgah di hatinya. Namun, mengingat keadaan sekarang yang mana dunia seakan tak merestui mereka bersatu, membuat Zora harus memikirkan semua kembali.
A L T A Z O R A 2
-To be continue-
Part ini ditulis oleh Ariana
A Story By Team : Sirius Loeve
Our Member :
callmeRIES
arichan08_
incess_alay
lenifitrianii
putriaisyah028
frostxangel
©SiriusLoeveProject
Terimakasih
Vote, comment, and share guys
See you in next chapter