Selamat membaca
•••
"Jadi gimana tadi?" tanya Gabe saat Aiby sudah memberikan kembali ponselnya. Gadis berkucir satu itu mendengkus keras.
"Katanya iya besok janji temu. Tempatnya udah gue Shareloc di kafe gue"
Gabe membulatkan matanya terkejut. Bisa-bisanya Aiby memilih tempat dan tidak mendiskusikan terlebih dahulu kepadanya. Rasanya Gebe menyesal sendiri karena sudah bertindak gegabah untuk membiarkan Aiby menelpon bos wedding party yang akan mengurusi pernikahan kakaknya.
"Kenapa gak bilang dulu?" tanya Gabe. Aiby mengangkat satu alisnya tinggi-tinggi kemudian terkekeh pelan.
"Kayaknya kak Anna cantik deh. Dari suaranya aja keliatan, pasti anggun banget. Kok bisa ya dulu mau pacaran sama lo?" tanya Aiby sambil mengamati wajah kesal abangnya.
"Ya maulah. Dia kan mana bisa nolak pesona gue" ucap Gabe dengan tatapan angkuhnya.
Aiby tergelak kemudian meraih ponsel dan mengaktifkan seluruh sosial medianya.
"Nanti gue ikut deh biar gue tanyain langsung ke orangnya"
Gabe melotot, tidak terima.
"Gak. Lo gak usah ikut, nanti malah hancur ngerusak suasana!"
Aiby mencurut kesal.
"Kok gitu sih gue kan cuman mau kenalan sama mantan lo aja. Sekalian kasih nasehat jangan sampai jatuh ke jurang yang sama"
"Sialan"
Aiby tergelak. Gadis itu berjalan menuju balkon setelah mengambil earphone dan memasangnya ke telinga.
"Lo gak kuliah?"
Aiby menoleh. Suara Gabe yang kelewat berat dan nyaring tersebut benar-benar menerobos earphone yang ia pakai.
"Gak, hari ini libur"
Gabe menganggukkan kepala.
"Dokter Riana mau ketemu lo lagi, katanya senin besok bisa gak?" ucap Gabe membuat pergerakan Aiby yang menuju balkon terhenti.
"Mau ngapain? Gue udah sembuh kok. Masa lalu kayaknya gak penting di ingat deh, gue nyerah aja"
Gabe bangkit kemudian berjalan mendekati adik sepupu kesayangannya.
"Bukan cuman berkaitan sama masa lalu By, tapi sama kondisi psikis lo juga. Gue gak mau lo kayak dua minggu waktu di bandung itu. Lo pasti ngerti kan maksud gue?" Gabe menghembuskan nafas berat. Menatap Aiby dengan mata berbinar sendu, membuat gadis itu sendiri tidak tega melihatnya.
"Maaf bang, gue pasti keseringan nyusahin lo ya?" tanya Aiby berjalan memeluk Gabe dengan erat. Manik mata gadis itu berkaca-kaca. Terlihat jelas kesedihan beruntun dan keputusasaan yang tersembunyi.
"Sama sekali enggak. Gue seneng kalau lo bergantung sama gue. Setidaknya lo gak pernah nyakitin diri sendiri atau kacau seperti sebelumnya" ucap Gabe mengelus rambut coklat keemasan milik Aiby.
Aiby menganggukkan kepala.
"Kalau semuanya tetap berjalan dan gak bisa ingat gak papa?" tanya Aiby. Gadis itu mendongkak, bersandar pada dada bidang Gabe dan menatap dalam.
Gabe tersenyum tipis. Rasanya melihat dan kembali mengingatkan Aiby tentang kondisinya adalah suatu hal yang salah. Namun semua harus begini. Nyatanya Aiby belum bisa menjadi manusia normal seperti pada umumnya. Bayang-bayang masa lalu turut hadir, masuk berselang-seling membuat memorie gadis itu kian memudar.
"Gue gak minta lo ingat yang udah lewat. Bahkan kalau bisa pengobatan sama dokter Riana gak perlu di lanjutin. Gue juga gak rela lo ingat apa yang akan buat lo tersiksa sendiri!" ucap Gabe mengelus punggung Aiby.
"Makasih bang. Lo udah mau temenin gue di saat yang paling berat sekalipun"
Gabe mengangguk. Memeluk Aiby tak kalah erat. Biar saja, kali ini ia ingin egois. Jika Aiby tidak bisa mengingat masa lalunya setidaknya di kehidupan yang sekarang dia terlepas dari beban dan bebas dari masalah.
Ya, itu sedikit keinginan Gabe yang akan ia wujudkan untuk adik kecil kesayangannya.
📍📍📍
Aiby berjalan keluar dari Flat Gabe. Gadis itu sudah berulang kali mendapat penawaran untuk diantar pulang oleh kakak sepupunya itu, namun dengan kepala yang amat keras Aiby menolak dan hal tersebut membuat Gabe menyerah dan memilih mengalah.
Menghadapi Aiby memang selalu membutuhkan banyak stok kesabaran terutama saat gadis itu dalam mode jail. Maka dengan sekuat tenaga Gabe hanya akan pasrah sambil sesekali mengumpat.
Senyum Aiby semakin cerah saat di depan Flat- lebih tepatnya taman Flat gadis itu melihat penjual gulali. Dengan langkah riang semangat 45 Aiby berjalan mendekat.
"Bang gulalinya dong! Lima ya bang," ucap Aiby pada penjual gulali tersebut.
Abang gulali itu menatap heran. Lima benaran? Ini gak akan diabetes kan karena memakan gula terlalu berlebihan.
"Kok banyak banget neng, nanti kalau diabetes gimana?" tanya Abang tersebut khawatir. Aiby langsung tergelak. Segitunya takutnya jika pembeli terkena penyakit. Aiby lantas menggelengkan kepala pelan.
"Tenang bang sejak kecil saya sudah di suntik campak biar kalau besar penyakit langsung tercampakkan" ucap Aiby membuat penjual gulali tersebut ikut tertawa. Merasa lucu dengan pembeli yang satu ini.
"Oke neng, tunggu sebentar" ucap Abang penjual gulali tersebut. Aiby menganggukkan kepala, lantas ikut bergabung dengan remaja bersweeter maroon yang duduk bermain ponsel di kursi taman sambil bermain ponsel.
"Hai" sapa Aiby riang, kemudian tanpa permisi duduk di samping remaja tersebut. Sebenarnya jika di bandingkan dengan Aiby mungkin saja remaja tersebut terlihat lebih dewasa.
Gadis remaja itu menyeritkan keningnya. Manik gelapnya mengamati Aiby dari atas hingga ujung kaki. Merasa di nilai Aiby mencurut kesal. Ia merasa sedang di remehkan.
"Kok ngeliatin gitu, gue kecantikan ya?" tanya Aiby dengan percaya dirinya.
Gadis remaja itu lagi lagi menatap bingung. Ia merasa familier dengan wajah Aiby hanya saja otaknya yang tergolong pelupa itu cukup sulit untuk kembali mengoorek lebih dalam.
"Kakak kok kayak familiar gitu ya? Kita seumuran atau aku lebih tua?" tanya Gadis tersebut.
Aiby tersenyum merekah, kemudian mengulurkan tangan dan disambut ragu oleh gadis remaja itu.
"Aiby Alison Gar, mungkin kamu pernah liat konten youtube aku atau live instagram" ucap Aiby sudah merubah cara berbicaranya. Aiby memang sopan dan itu berlaku hanya kepada siapa saja yang bersikap baik terlebih dahulu padanya maka ia akan mengikuti.
"Owh Astaga, aku baru ingat. Iya aku ngikutin instagram kakak terus juga beberapa kali liat konten make up kakak. Serius bagus banget kak, Alami. Dan ternyata kakak cantiknya gak main-main"
Mendapatkan respon yang di luar dugaan Aiby langsung tersipu. Gadis itu tersenyum lebar, merasa mempunyai teman baru.
"Aku Gita kak. Agita Alyandra, panggil gita aja" ucap gadis itu ramah. Aiby langsung menganggukkan kepala cepat.
"Neng, ini gulalinya" abang Gulali berjalan mendekat kemudian menyerahkan lima gulali yang mengembang ditangannya.
Aiby langsung menganggukkan kepala, menerima kelima gulali tersebut. Gita yang berada di sampingnya menatap tak percaya. Lima? Ini serius memakan gula sebanyak itu?
"Ini uangnya pak, kembaliannya ambil aja anggap ongkir karena udah diantarin ke sini!" ucap Aiby sambil meyerahkan selembaran uang lima puluh ribu. Abang gulali tersebut langsung berbinar kemudian mengambil uang yang Aiby ulurkan.
Selepas kepergian abang gulali itu Aiby langsung tersenyum lebar menatap Gita. Gadis itu mengulurkan dua gulali untuk gadis remaja tersebut.
"Buat aku kak?" tanya Gita Ragu. Aiby mengangguk cepat.
"Iya buat salam perkenalan kita. Lain kali kamu bisa datang ke kafe aku!"
Gita langsung menerima dengan mata yang berbinar lebar.
"Kafe? Owh iya aku ingat, aku sering kok suruh kakak aku belikan makanan di sana. Kakak hebat!" puji Gita sambil memakan gulali pemberian Aiby.
"Gak sehebat itu sih. Tapi gak papa kalau kamu anggapnya begitu" kekeh Aiby. Gita juga langsung tertawa, merasa nyaman bertemu dengan salah satu youtuber favoritenya.
"Kamu masih sekolah?" tanya Aiby yang langsung di jawab anggukan oleh Gita.
"Kelas sepuluh kak, bentar lagi kelas sebelas" jawab gadis itu. Aiby mengangguk, ia baru ingat sebentar lagi kenaikan semester. Jika ia tidak semakin gencar mendekati Bintang bisa saja ia akan mengulang materi semester ini di semester selanjutnya. Aiby harus menyusun rencana agar si kulkas dingin itu bisa cuma-cuma memberikan nilai pas tanpa remidi atau pengulangan materi.
"Kakak kuliah atau kerja?" tanya Gita. Yang langsung membuat lamunan Aiby buyar.
"Dua-duanya sih. Tapi lebih fokus ke kuliah"
Gita menganggukkan kepala. Tidak heran karena konten youtube Aiby pun di tonton banyak orang dan di instagran juga di ikuti oleh ribuan orang. Bahkan gadis itu tidak jarang mendapat job endors barang.
Ting.
Ponsel Gita berbunyi. Gadis itu segera meraih ponselnya dan membuka notice pesan tersebut.
"Kakak udah mau pulang atau masih nanti?" tanya Gita yang sudah memakan habis satu gulalinya. Dan masih tersisa satu lagi di tangannya.
"Kenapa? Mau pulang ya?"
Gita menganggukkan kepala.
"Kakak sekalian iku aja gimana? Kakak aku pasti mau kok antarin kakak sampai rumah" tawar Gita. Gadis itu merasa tidak enak jika meninggalkan Aiby sendiri setelah di traktir gulali dan di ajak mengobrol.
"Kakak kamu ganteng gak?" tanya Aiby dengan tidak tau dirinya. Pertanyaan retoris dari Aiby tersebut membuat Gita langsung tertawa keras. Ternyata Aiby selucu ini pantas saja konten Youtube nya tidak pernah sepi.
"Nanti kakak liat sendiri. Ganteng kalau menurut orang-orang tapi kalau menurut aku mukanya gampar-able!" jawab Gita dengan wajah menggebu-gebu. Menceritakan kakak pertamanya memang selalu menyenangkan apalagi jika berkaitan dengan kejelekan kakaknya tersebut. Gita akan menjadi adik durhaka nomor satu.
"Yaudah deh, gak rugi juga" ucap Aiby dengan senyum merekah. Gita ikut berbinar kemudian membereskan beberapa buku sekolah dan memasukkan ponsel ke dalam tas.
"Yuk kak, bentar lagi abang aku datang nih. Dia orangnya gak suka nunggu lama"
Aiby menganggukkan kepala. Langsung mengikuti langkah gadis remaja yang baru saja di kenalnya itu.
"Kakak kamu kerja atau apa?" tanya Aiby saat keduanya sudah berdiri di pinggir jalan.
"Kerja sama jadi dosen juga kak. Siapa tau kakak berminat sama abang aku. Nanti pasti aku bantu" ucap Gita dengan kerlingan jailnya. Aiby langsung tergelak. Ternyata mempunyai teman yang masih sekolah bisa seseru ini.
"Kak, itu kayaknya mobil abang aku deh. Yuk kesana sebelum aku kena semprot. Mulutnya kadang suka nyinyir"
Aiby terkekeh pelan, ikut merasa penasaran dengan abang gadis remaja tersebut.
"Kanapa lama banget sih? Katanya kerja kelompok doang, kok pulangnya sampai sore gini. Habis dari mana kamu?"
Aiby menyeritkan kening. Merasa sangat familiar dengan suara tersebut.
Aiby yang berjalan sedikit jauh dari Gita hanya menatap semakin penasaran. Apagi abangnya tersebut tidak menyambut atau sekedar keluar dari mobil. Sungguh, sangat tidak berperasaan.
"Astaga bang, jangan marah-marah gitu dong. Malu nih sama kakak yang baru aja aku kenal" Gerutu Gita pada sang kakak.
"Siapa? Tumbenan sok kenal gitu?"
Gita hanya mendengkus kesal. Kemudian melambai pada Aiby agar mendekat.
Aiby melangkah ragu. Ia merasa jika suara tersebut adalah suara dosen killernya. Sedari tadi ia hanya memikirkan itu sembari memakan gulali yang tersisa setengah ditangannya.
"Ini namanya kak Aiby, kak Aiby ini abang yang aku ceritain. Namanya Bintang"
📍📍📍
Hope you enjoy this part guys😘😘