ANGKANA [ End ]

By ablaptri_15

358K 17.9K 756

[Judul awal Young Marriage] DILARANG PLAGIAT❗ [ Sudah di revisi keseluruhan cerita ] Angkasa mencintai Seyna... More

ANGKANA 01•
ANGKANA 02•
ANGKANA 03•
ANGKANA 04•
ANGKANA 05•
ANGKANA 06•
ANGKANA 07•
ANGKANA 08•
ANGKANA 09•
ANGKANA 10•
ANGKANA 11•
ANGKANA 12•
ANGKANA 13•
ANGKANA 14•
ANGKANA CAST•
ANGKANA 15•
ANGKANA 16•
ANGKANA 17•
ANGKANA 18•
ANGKANA 19•
ANGKANA 20•
ANGKANA 21•
ANGKANA 22•
ANGKANA 23•
ANGKANA 24•
ANGKANA 26•
ANGKANA 27•
ANGKANA 28•
ANGKANA 29•
ANGKANA 30•
ANGKANA 31•
ANGKANA 32•
ANGKANA 33•
ANGKANA 34•
ANGKANA 35•
ANGKANA 36•
ANGKANA 37•
ANGKANA 38•
ANGKANA 39•
ANGKANA 40•
ANGKANA 41•
ANGKANA 42•
ANGKANA 43•
ANGKANA 44•
ANGKANA 45•
ANGKANA 46•
ANGKANA - ENDING

ANGKANA 25•

6.8K 332 5
By ablaptri_15

Jangan gampang percaya sama pujian, ingat banyak nyamuk mati karna tepuk tangan.

•••

Sebulan lebih 2 hari setelah pernikahan terasa begitu melelahkan untuk Seyna yang dulu apa-apa di siapkan oleh ART di rumah keluarganya. Rasa lelah, lemas, pusing dan sedikit mual pun Seyna rasakan saat ini.

Dengan tubuh yang rebahan di atas kasur dan juga tubuh yang di selimuti oleh selimut yang sedikit tebal, Seyna mencoba tidur kembali, tadi ia sudah selesai sarapan bersama Angkasa, tapi tak lama ia izin kembali ke kamar untuk istirahat karena mengeluh capek.

Angkasa memakluminya, jadi ia yang membereskan bekas makan mereka berdua, ia juga membereskan Apartemen yang sedikit berantakan, setelah selesai ia merebahkan dirinya di atas sofa seraya menonton film.

Cowok yang kini hanya mengenakan kaos oblong dan juga celana jeans pendek itu berpikiran bahwa Seyna hanya ingin beristirahat, karena gadisnya itu berkata bahwa ia capek, dan tidak berkata bahwa ia pusing, lemas dan sebagainya.

Tapi, sejam setelah Angkasa membiarkan Seyna beristirahat di kamar, tiba-tiba pintu kamar Seyna di buka secara kasar, lalu di susul oleh Seyna yang berlari kecil ke arah wastafel, itu membuat Angkasa panik bukan main.

Angkasa bergegas bangkit dan menghampiri Seyna yang kini tengah berusaha memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya yang mendesak untuk keluar.

"Lo kenapa, Na?" Angkasa dengan sigap memegang rambut Seyna, menyatukannya agar tidak membuat risih Seyna, sebelah tangannya juga mengurut leher gadis itu.

Seyna menggeleng lemas, ia berusaha mengeluarkan muntahan yang mendesak, tapi hanya cairan bening yang ia muntahkan.

"Mual." lirih Seyna, matanya berkunang-kunang, kepalanya terasa berat dan perutnya terasa sangat mual.

Tak tega melihat Seyna yang sangat pucat, Angkasa pun memeluk Seyna dari belakang, ia mengelus lembut perut sang istri.

"Cuci dulu mulutnya." titah Angkasa dengan lembut.

Seyna memajukan wajahnya, dan Angkasa membantu membuka keran lalu menyodorkan ia dengan bantuan tangannya.

Angkasa memiringkan wajahnya, menatap wajah Seyna. "Udah bersih?" tanya Angkasa.

Dengan lemah Seyna mengangguk sebagai jawaban, ia sudah tidak ada tenaga untuk membuka suara.

"Yaudah, ayo ke kamar lagi." ajak Angkasa, dengan sigap ia menggendong Seyna ala bridalstyle.

Seyna tak menolak, ia mengalungkan lengannya pada leher Angkasa, menyandarkan wajahnya pada dada bidang sang suami.

Angkasa tersenyum hangat melihat respon Seyna, ia berjalan perlahan menuju kamar Seyna. Setelah di kamar, ia dengan hati-hati meletakan tubuh Seyna ke atas kasur.

"Lo istirahat lagi gih," suruh Angkasa, ia menarik selimut agar menutupi tubuh mungil istrinya. "Gua temenin sampai lo tidur." katanya yang langsung duduk di samping tubuh Seyna.

Tak membantah, Seyna langsung memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Dan, Angkasa yang melihat dahi Seyna yang berkerut jadi tidak tega, pasti Seyna saat ini merasa sangat pusing.

Dengan lembut Angkasa mengelus rambut Seyna, menatap wajah Seyna yang perlahan mulai tenang yang menandakan gadis itu mulai tertidur.

Cup!

Angkasa mengecup kening Seyna sebelum ia bangkit untuk keluar dari dalam kamar, tak lupa untuk menutup kembali pintu kamar. Lalu, Angkasa berjalan kembali ke ruang tengah, duduk di tempat semula, lalu mengambil ponsel yang berada di atas meja.

Ia menelepon Vina, ia ingin bertanya pada sang Mamah, apa yang harus ia lakukan untuk merawat Seyna. Pada dering ke 2, Vina langsung mengangkat telepon dari sang putra.

"Hallo, kenapa sayang?" seru Vina dari sebrang sana dengan lembut.

"Mamah, Seyna sakit." Adunya, nada bicaranya terdengat sangat khawatir.

"Hah? Sakit apa? Kok bisa?" Vina tak kalah panik mendengarnya.

"Aku gak tau, tadi habis sarapan Seyna izin istirahat katanya capek, Angkasa kira dia emang lagi kecapean aja, tapi gak lama dia lari dari kamar ke arah wastafel terus dia muntah tapi cuman cairan bening yang keluar." jelas Angkasa.

Sejenak tidak ada jawaban dari Vina, itu membuat Angkasa mengernyit bingung, kenapa Mamahnya jadi terdiam.

"Mah?" panggil Angkasa.

"Kayaknya Seyna hamil." balas Vina pada akhirnya.

Kini justru Angkasa yang terdiam, jantungnya berdegup kencang, ia lupa soal kehamilan, jujur ia ada perasaan senang, tapi juga ada perasaan takut. Ia takut Seyna tak menyukai prasangka ini.

"Coba kamu beli tespek sekarang, takutnya beneran Seyna hamil. Kalau positif kamu langsung bawa Seyna ke rumah sakit. Tapi kalau negatif coba kamu bikinin bubur, kompres keningnya, sama beliin obat pusing sama mual, takutnya Seyna sakit biasa." tukas Vina menjelaskan apa saja yang harus Angkasa lakukan saat ini.

Dengan reflek Angkasa mengangguk, tapi setelah ia sadar ini adalah panggilan telepon, ia langsung menjawab. "Iya, Mah."

"Yaudah sana cepetan ke apotek." suruh Vina terdengar tidak sabaran, sepertinya ia juga penasaran apakah menantunya sedang hamil atau tidak.

"Oke, makasih Mah." ujar Angkasa lalu mematikan panggilan telepon mereka.

•••

Angkasa telah kembali dari apotek sejak 10 menit yang lalu, ia memandangi kantung plastik yang ia letakan di atas meja ruang tengah, ia sudah membeli apa yang Vina suruh yaitu tespek dan obat pusing juga mual.

Sebenernya Angkasa memperkirakan Seyna akan bangun beberapa jam ke depan, tapi nyatanya kini pintu kamar terbuka, Seyna terlihat berusaha berjalan dengan sempoyongan.

"Diem! Diem disitu!" Angkasa bergegas menghampiri Seyna, kembali menggendongnya lalu mendudukan tubuh gadis itu ke atas sofa.

"Masih lemes banget?" tanya Angkasa dengan lembut.

Seyna mengangguk, kemudian ia tak segan untuk menyandarkan tubuhnya pada tubuh Angkasa, dan Angkasa pun tanpa ragu memeluk tubuh Seyna yang berada di sampingnya, membiarkan wajah Seyna bersandar pada bahunya.

Angkasa juga mengelus lembut perut Seyna yang katanya terasa mual, dan Seyna pun nampak tak menolak. "Tadi gua nelpon Mamah, ngasih tau kalau misalnya lo sakit." seru Angkasa.

Seyna mendongka, menatap Angkasa memberi kode agar cowok itu melanjutkan ucapannya.

"Mamah bilang, takutnya lo hamil." ujar Angkasa sedikit ragu. Apa lagi melihat respon Seyna yang diam tak menjawab.

Gadis yang masih mengenakan piyama itu menoleh ke arah meja, ia melihat tanda apotek pada kantung plastik itu.

"Lo beli tespek?" Tak ada nada kesal, sinis, ketus atau nada tak suka. Seyna berbicara seperti biasanya.

Dengan kaku Angkasa mengangguk, apa lagi melihat Seyna yang kini menatapnya dengan tatapan tidak dapat di artikan.

"Bantu gua ke kamar mandi." pinta Seyna, ia menegakkan tubuhnya, membuka kantung itu, lalu mengambil tespek dari dalamnya.

Tanpa bicara Angkasa langsung menggendong Seyna seperti tadi, ia membawa istrinya itu ke kamar mandi. Ia menurunkan Seyna secara perlahan di dalam kamar mandi.

"Gua tunggu di depan." kata Angkasa lalu ia keluar dari dalam kamar mandi, menutup pintu, membiarkan Seyna menggunakan tespek itu.

Sial! gerutu Angkasa dalam hati, ia kini benar-benar gugup.

Sebenarnya ia tak begitu berharap Seyna akan hamil cepat, apa lagi mereka yang masih sekolah, ia takut Seyna tak mau homeschooling jika benar gadis itu hamil.

Butuh waktu yang tidak terlalu lama untuk menunggu hasil tespek itu. Tapi Angkasa sudah merasa pegal menunggu di depan pintu kamar mandi selama 10 menit.

"Na, udah belom?" Angkasa mengetuk pelan pintu kamar mandi.

Seyna tak menjawab dari dalam, ia justru langsung membuka pintu dengan lengan kanan yang menggenggam erat benda panjang itu.

"Na?" seru Angkasa. Ia penasaran dengan hasilnya.

Seyna menghela nafas pelan sebelum akhirnya ia mengangkat lengan kanannya, memperlihatkan pada Angkasa tespek yang kini bergaris satu. Itu negatif.

Ada perasaan aneh saat menerima kenyataan bawa Seyna tidak hamil, tapi memang ia bisa apa? Toh, mereka hanya melakukan itu satu kali, dan itu pun tidak tau saat itu ia keluar di dalam atau di luar.

Jadi dengan berat ia tersenyum pada Seyna. "Lo sakit berarti, Na." ungkap Angkasa, ia dengan lembut membantu Seyna berjalan keluar dari kamar.

Dengan lembut Angkasa pun kembali menggendong Seyna. "Mau ke kamar lagi apa mau nonton?" tanya Angkasa sebekum ia melangkah.

"Nonton aja, gua capek tidur aja." balas Seyna yang langsung di laksanakan oleh Angkasa.

Setelah kembali mendudukan tubuh Seyna, Angkasa tak langsung duduk di samping Seyna, ia memilih berjongkok di hadapan gadisnya itu.

"Jangan terlalu di pikirin, ya, Na." pinta Angkasa, ia melihat wajah Seyna yang sedikit muram, ia takut istrinya terlalu memikirkan hal itu.

"Seharusnya gua yang ngomong kayak gitu sama lo, Sa. Lo keliatan kecewa." Ya, Seyna tau Angkasa sedikit merasa kecewa, ia memerhatikan wajah suaminya itu sejak ia membuka pintu kamar mandi hingga menunjukan hasilnya.

Karena sudah ketauan oleh Seyna, jadi dengan terpaksa Angkasa tersenyum manis walau sedikit di paksakan. "Gua gak kecewa kok, Na. Lagian kita masih muda, kita masih sekolah, gua gak masalah kalo lo gak langsung hamil." ungkap Angkasa yang tidak sepenuhnya berbohong.

"Emang," Seyna menatap intens Angkasa. "Lo gak bisa berharap lebih, toh kita nikah karena takut gua hamil, tapi kenyataan berkata lain, kan? Gua gak langsung hamil, apa lagi dengan kita yang hanya sekali berhubungan itu gak ngebuat gua memiliki kesempatan besar untuk hamil." lontar Seyna.

Entah mengapa mendengar Seyna mengucapkan itu membuat hati Angkasa sedikit merasa terluka, gak tau karena apa, yang pasti Angkasa tak menyukai ucapan Seyna.

Dengan sedikit rusuh, Angkasa bangkit, ia mengulurkan lengannya. "Sini tespeknya biar gua buang." pinta Angkasa, ia tak mau memperpanjang masalah.

Seyna menatap bingung wajah kesal Angkasa. "Lo kenapa?" tanya Seyna bingung, seraya menyodorkan tespek yang memang sedari tadi masih ia pegang.

"Gapapa." Angkasa mengambil tespek dari tangan Seyna, lalu ia beranjak menuju dapur. "Lo rebahin badan lo di sofa, gua mau bikinin lo bubur, lo harus minum obat." suruh Angkasa tanpa menoleh sedikit pun.

Seyna menatap punggung Angkasa yang menjauh dari pandangannya, ia merasa Angkasa sedikit melontarkan nada ketus dalam ucapannya tadi. Apa dia ada salah bicara?

Apa lagi ia melihat Angkasa yang mencengkram erat tespek itu sebelum cowok itu membuangnya.

•••

Harap dimaklumi jika terdapat typo.

Jangan lupa vote dan komen..

Keseluruhan cerita aku benar benar revisi, jadi maaf jika ada komentar yang tidak sesuai dengan naskah.

Semoga kalian suka dengan alur baru ini.

Thank you buat yang udah baca, see you next part!

Continue Reading

You'll Also Like

290K 10.4K 52
⚠️Call me Febri, not author⚠️ "Kalau lo nikah sama gue, gue jamin hidup Lo makmur sentosa!" "Dih! Najis! Lagian hidup gue udah makmur sentosa tanpa h...
black out By durihitam

General Fiction

15K 269 41
kisah seorang remaja bernama ivan yang tidak menyangka jika dirinya itu menikah selepas lulus SMA. semua itu terjadi ketika pada saat acara prom nig...
394K 37.7K 38
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
1.5M 4.7K 23
21+ Ria, seorang ibu tunggal, berjuang mengasuh bayinya dan menghadapi trauma masa lalu. Alex, adik iparnya, jatuh hati padanya, tetapi Sheila, adik...