Farel & Reina
Berdua denganmu, pasti lebih baik~~~🎶
Happy Reading🌻
•
•
•
°ZONA NYAMAN°
Hari terus berganti, pagi — siang — sore — malam, seperti itulah sirkus hari, penuh nikmat dalam proses itu yang sangat wajib untuk disyukuri.
Musim hujan kini sudah berganti dengan teriknya matahari yang begitu menyilaukan mata, namun semua itu bukan untuk dikeluhi, selama kita bersyukur dan ikhlas menjalani semua proses dalam hidup maka semangat dalam diri akan mengikuti. Itu pasti.
Ingat! Kunci hidup tenang adalah mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan. Entah cobaan hidup yang membuat lelah — amun itu semua termasuk nikmat, ada hikmah didalamnya. Oleh karena itu, bersabarlah! Sebab sabar sudah pasti berbuah manis.
Kawasan ini — hamparan kebun yang berwarna hijau itu membuat seorang gadis merasa terpukau. Bukan hanya tentang keindahan warna hijaunya, yang membuat dia terpukau adalah sesuatu yang berwarna merah — Buah STROBERI!
Dan Yap! Kawasan luas itu adalah kebun stroberi.
Genggaman tangan antara keduanya terlepas, "FAREL! BANYAK BANGET STROBERINYA, INI BAGUS BANGET!!" Reina berlari ke arah buah stroberi itu, dia memegangnya.
"Kamu suka?" Tanya Farel sambil mengucapkan itu Farel melangkahkan kakinya mengikuti Reina Hingga saat ini mereka kembali berdampingan.
"Banget! Reina suka banget!" ujarnya yang sudah melingkarkan tangannya dipinggang Farel. Ya! Reina memeluk Farel, begitulah saat dia dibuat senang oleh Farel, refleksnya selalu aja memeluk lelaki itu.
Baru saja Farel hendak membalas pelukan Reina, namun gadis itu lebih dulu melepaskan, idiakembali antusias melihat area kawasan kebun stroberi yang begitu indah.
Farel berdeham. "Hem okelah gapapa gak jadi meluk," ujarnya yang langsung ikut berdiri dan menyusul Reina.
Reina — terlihat bahwa tangan gadis itu bergerak memegangi buah stroberi, refleks — Reina mencabutnya dan hendak memakan.
"Eh jangan dimakan dulu!" Elak Farel mengambil alih buah stroberi yang Reina pegang.
"Ih kok gak boleh? Kenapa?" Tanya Reina sambil mengerucutkan bibirnya.
"Belum dicuci, aku udah pesen buah stroberi khusus buat kamu, disana!" Farel mengenggam tangan Reina, untuk dibawa ke tempat yang dia maksud.
Tibalah ditempat yang Farel tuju.
"Ini, buahnya udah pasti bersih, silahkan dimakan tuan puteri," ujar Farel, keduanya sudah berjongkok mengambol buah stroberi itu.
Mendengar ucapan Farel, membuat senyuman pada wajah Reina tertampak sampai deretan giginya terlihat, lantas dia langsung memakan buah stroberi yang terlihat sangat besar-besar.
"Heummmmm ... Manis! Enak banget! Seger!" celoteh Reina dengan suara tak jelas karena dia sambil mengunyah.
"Kalau lagi makan, jangan ngomong dulu."
"Heeum!" Reina dengan lugu mengangguk patuh.
Farel ikut makan — tepat sesuai pilihannya! Nampaknya semua buah stroberi yang dia pesan membuat Reina menyukainya.
"Heummm ... Dari kebunnya langsung lebih enak, Reina suka! Hap! Hap! Hap!" Reina memakan buahnya dengan begitu banyak, sampai-sampai dimulutnya sudah penuh dengan buah stroberi yang sedang dia kunyah.
Farel menatap intens wajah Reina, Reina pun sama — jujur saja dia merasa sangat diistimewakan, sangat tak menyangka sikap Farel bisa semanis ini.
Setelah puas memakan buah stroberi langsung dari pohonnya, Farel meminta petugas kebun itu untuk dibungkuskan karena Reina sudah jelas saja tidak sanggup menghabisi banyak buah stoberi yang Farel pesan.
"Farel, kamu habisin berapa duit beli buah stroberi sebanyak ini buat Reina?" Tanya Reina yang malah mempertanyakan harga.
"Kalau aku kasih tau, memangnya kamu mau apa?" Farel balik bertanya, dia sungguh merasa gemas dengan gadisnya itu.
"Mau tau aja, gak mau apa-apa." Jawaban dari gadis itu membuat keduanya tertawa.
"Dasar!" Kelewat gemas, Farel mencubit hidung Reina. "Udah ah jangan nanya harga-harga, gak suka aku kalau kamu udah nanya itu. Oke?"
Reina mengangguk. "Iya deh, gak lagi, gak lagi."
Mereka pun bepindah tenpat, masih di area kebun stroberi mereka mencari tempat yang cocok untuk berfotom
"Disini, yuk kita foto!" Ajak Reina.
Keduanya pun difotokan oleh petugas stoberi itu, tentu saja pose mereka sangat romantis membuat si amang yang memotokan merasa iri.
Setelah difotokan, Reina mengajak Farel selfie. Keduanya mengambil posisi berdekatan. Diselfie kali ini mereka berpose sama.
Sangat cute! Itulah mereka.
"Rein, udahan fotonya. Udah banyak juga."
"Hm mau sekali lagi, sumpah ini lagi cantik Reinanya. Ya sekali lagi ya? Peyisss ...."
"Hem, ya udah, satu kali lagi dan gak ada negosasi. Okay?"
"Okay!" balas Reina, Farel pun mendekat ke arah Reina, hingga jarak keduanya begitu dekat. Reina mulai memposisikan handphonenya ke depan, untuk selfie yang terakhir.
"Yang terakhir nih harus bagus!"
Satu —
Dua —
Tiga —
CUP! CEKREK!
Bersamaan dengan bunyi yang keluar dari handphone yang menandakan sudah berfoto, suara kecupan itu juga terdengar. Farel mengecup pipi kiri Reina.
Reina kaget, juga dia begitu terkejut tak menyangka, hasil foto terakhir itu terlihat begitu sempurna, begitu pas tidak blurr sama sekali.
Reina mendonggakan kepalanya menatap Farel, "Nakal ih kamu!" Protesnya.
Farel tersenyum smirk. "Biarin."
"udah puas ke kebun stroberinya?" Tanya Farel.
"Udah! Reina puas banget! Makasih ya, Farel."
"Sama-sama. Ya udah sekarang kita pindah tempat, aku mau ajak kamu kembali mengukir kenangan berdua," ajak Farel yang langsung mengaitkan jari jemari tangan kanannya dengan tangan Reina, keduanya bergenggaman.
"Kita mau kemana lagi?"
"Kesana!" Farel menujuk ke depan, dimana sangat terlihat kawasan luas dengan rumput indah.
Tanpa menunggu jawaban dari Reina, Farel menarik tangan Reina untuk membawa gadis itu ke tempat yang ia maksud, tidak terlalu jauh mereka hanya cukup berjalan lurus ke depan, mungkin sekitaran 5 menit sudah sampai.
Farel dan Reina berjalan dengan santai, cuaca saat ini tidak begitu panas, tetapi berhasil membuat Farel berkeringat.
Sambil berjalan mereka juga mengobrol sembari menceritakan berbagai macam cerita yang berhasil membuat keduanya tertawa. Hingga tibalah di padang rumput itu, lagi-lagi Reina terpukau melihat keindahan alam didepannya, begitu indah dan asri, apalagi dipinggir-pinggir banyak sekali pohon hingga membuat suasana lebih terasa menyejukan.
Kawasan yang begitu terawat, Farel dan Reina sudah duduk dihamparan rumput itu, keduanya melentangkan kakinya ke depan.
"Kamu ih kok tau ada tempat ini sih! Reina baru tau lo di Bogor ada tempat kek gini," ujar Reina.
"Karena kamu taunya aku doang, makanya gak tau," sahut Farel yang malah menjawab seperti itu.
Reina memutarkan bola matanya. "Ya iya kalo rel kereta mah Reina juga tau," jawabnya yang malah mengejek.
Farel menoleh ke arah gadis itu. "Secara tersirat kamu ejek aku rel kereta?"
Reina menggelengkan kepala. "Enggak, enggak, Reina gak ejek Farel."
"Ck, males ah!" Farel merajuk, lelaki itu tak menatap Reina lagi.
"Ih kok ngambek sih." Reina tertawa sembari menoel pipi Farel. "Pacar aku yang gemoi, jangan marah dund, nanti lekas tua loo ...."
"Farel jangan marah-marah nanti Farel lekas tua, HAHAHA!" Reina malah bernyanyi, membuat tak kuasa menahan tawanya melihat tingkah kocak Reina.
"Kenapa sih, lo gemesin bangett hahhh! Nak siapa siii!" Farel mendekapkan kepala Reina hingga gadis itu bisa mencium dengan jelas aroma parfum yang lelaki itu pakai.
"Uuuu keteknya Farel wangi, pasti glowing!" Celetuk Reina sambil mengendus-endus.
"Glowing palamu, orang lebat gini kok!"
Mendengar itu Reina berhenti mengendus lalu dia melepas dekapan Farel. "Ih jorok! Lebat!"
Sementara Farel dia terus tertawa melihat Reina yang tampak kegelian.
"Udahan ah. Farel — anu —"
Farel mengerutkan dahinya, "anu apa?"
"Haus, mau minum, serek banget rasanya tenggorokan Reina," ujar Reina. "Tapi gimana coba, disini gak ada yang jualan minum," ujar Reina sambil berdeham.
"Uluuluu kacian ...." Farel membuka waist bag yang ia bawa, lalu mengeluarkan satu botol air mineral dan beberapa snak cemilan. "Tenang aja, aku bawa. Nih minum." Farel membuka tutup botolnya lalu dia berikan air minum itu pada Reina.
Reina menerimanya, dia tak menyangka Farel sesiaga ini. "Awvv siaga banget, gemes amad!" Reina terkekeh lalu menerima air itu dan langsung meminumnya.
Setelah Reina minum, bergantian Farel yang minum, lalu sambil menatap lurus ke depan, keduanya sembari memakan snak yang Farel bawa dan buah stroberi.
"Inget gak Rein, awal pacaran sama kamu, aku kaku dan canggung. Untuk sampai kaya sekarang, aku butuhin banyak waktu buat terbiasa," ujar Farel yang mulai mengingat awal mula dirinya dan Reina berpacaran.
Reina tersenyum tipis. "Aku ingat, sampai aku ngira kamu gak bahagia sama aku."
"Enggak, Rein. Bukan itu, aku cuma dihantui rasa bersalah sama kamu, bukan karena aku gak bahagia. Aku nembak kamu saat itu saja, aku udah punya perasaan sama kamu."
"Perasaan apa? Bukan karena kasihan kan?"
"Enggak, Reina. Ya ampun, gak gitu. Aku bener-bener gak ngerasa itu, yang aku rasa dari awal aku nyaman sama kamu." Farel menjawab dengan panik.
Reina terkekeh. "Iya iya Farel, panik banget kayanya. Aku tau kamu gak gitu, itu cuma nanya aja." Nampaknya Reina bercanda.
Namun Farel nampak masih terlihat serius. Lelaki itu menatap langit-langit yang berwarna biru membentuk ragaman bentuk itu, tangannya menyentuh rerumputan ke belakang, menahan tubuhnya yang sedikit condong ke belakang, "Semua yang terjadi itu gak abadi kan, Rein?"
Reina mengerjapkan matanya, tak mengerti mengapa tiba-tiba Farel membicarakan dengan beragam topik yang menurut Reina seperti bukan Farel seperti biasanya. Hingga Reina hanya menganggukkan kepalanya.
Hening beberapa detik. Reina mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda, suasana mendadak begitu canggung. Reina melirik ke arah Farel, dimana lelaki itu tengah menatap ke depan dengan tatapan kosong.
Entahlah Reina binggung dengan Farel, lelaki itu nampak sedang menyembunyikan sesuatu namun sudah berkali-kali Reina tanya jawabannya selalu sama — katanya tidak ada masalah.
Reina mendadak menunduk, lalu bergantian sekarang Farel yang menatap Reina.
"Gimana kalo sekarang kita main?" Ajak Farel.
"Main apa?" Tanya Reina.
"Kita main —" Farel berdiri. "kejar-kejaran!" Farel langsung berlari meninggalkan Reina.
"Ayo Reina! Kejar aku!"
Reina cemberut, dia sudah berdiri. "Apaan! Farel curang! Masa main gak nunggu —"
"WLEEEEE KEJAR DONG!" Sembari membalikan badannya, Farel menjulurkan lidah lau belari lagi.
Reina tahu ini adalah sebuah pengalihan dari suasana canggung tadi. Baiklah, Reina mengikuti alur dari Farel.
Dia mengejar Farel, langkah kakinya begitu cepat ketika melangkah. Hingga — jarak keduanya semakin dekat. Tangan Reina hendak meraih tubuh Farel, namun Farel sudah lebih dulu menghindar.
"Et! Gak kena, wlee!"
"Farel! Tunggu Reina! Awas ya kalo kena Reina cubit pipi Farel sampai habis!" Ancamnya.
Keduanya tertawa, sebab ucapan itu kurang lebih adalah ucapan yang pernah keduanya ucapkan saat bermain kejar-kejaran saat masa kecilnya dulu. Sama persis.
SREEEET!
Reina berhasil memegang lengan Farel, berhasil! Saat ini Farel sudah Reina genggam dengan erat.
Reina mencubit pipi Farel. "Curang! Larinya cepet, huuuu." Reina menyorakinya.
"Terus aku harus gimana? Larinya lambat terus gadis garak ini bisa sepuasnya cubit aku, gitu?"
"Iya! Farel harus ngalah sama Reina, kan cowok!"
Mereka berhadapan dan tubuh mereka berdekatan, Farel melingkarkan tangannya pada pinggang Reina, dia masih membiarkan gadis itu puas mencubitnya.
"Kalo aku ngalah, kapan menangnya?" Tanya Farel dengan nada bicara meniru Reina — lembut dan menantang, sambil merapihkan topi yang Reina gunakan.
"Farel udah menang dan selalu menang." ujar Reina yang sudah melepaskan cubitannya. dia sedikit menjauh dari Farel, lalu gadis itu pun memegang kedua tangan Farel. "Farel selalu menang dihati Reina, awvvvv!"
Gemas, Farel tersenyum.
Keduanya saling bertatapan dengan sorot mata yang seakan mengambarkan ketulusan dan kasih sayang.
"Farel, makasih ya hari ini Reina seneng banget, ini karena kamu. By the way, Farel gak pernah marah kalau Reina mulai ngeselin,Farel selalu sabar hadapin sikap Reina yang kadang masih kekanak-kanakan. Pokoknya beribu kata makasih Reina ucapin buat Farel."
Mendengar ucapan gadis yang dia cintai, membuat Farel merasakan bahwa dia mencintai gadis yang pas. Sungguh, Farel sangat mencintai Reina.
Kadang? Setiap saat sikap kamu memang kekanak-kanakan, sayang. Tapi semua yang ada dalam diri kamu, aku suka. Gumam Farel dalam hati.
"Intinya hari ini Reina seneng! Walau beberapa waktu yang lalu hubungan kita dihadang permasalahan, tapi kita bisa menyelesaikan permasalahan itu, Reina harap kedepannya kita selalu baik-baik aja, Farel dan Reina harus terus sama-sama dalam situasi apapun."
DEG
Ucapan Reina membuat Farel terdiam.
Reina mendonggakan kepalanya menatap wajah Farel, lalu dia menunjukkan jari kelingkingnya. "Janji ya kita akan terus sama-sama menghadapi semuanya?"
Farel terdiam dan enggan menjawab ucapan Reina.
"Farel, kok kamu diam?"
"Kita duduk disana." Farel berjalan lebih dulu, ke tempat tadi, yang dimana tas miliknya dan tas milik Reina berada disana.
Sementara Reina, dia masih diam ditempat. Dia mulai bertanya-tanya.
Farel tak mau terikat janji terus bersama dengannya?
Kenapa?
Mendadak Reina kehilangan gairan. Dia menyusul Farel, lalu duduk disebelahnya.
Setibanya disana, Farel duduk dihamparan rumput itu sembari menatap kosong ke depan.
Tangan Reina bergerak mengusap punggung Farel. "Ada apa? Kenapa kamu gak mau balas ucapan aku yang minta kamu terus sama aku?"
Farel masih diam.
"Rel, plis jangan diam kaya gini. Jangan bikin Reina takut."
Farel menghadap Reina, keduanya kembali bertatapan. "Ada satu hal yang mau aku kasih tau. Jujur, sebenernya aku gak siap kasih tau masalah ini, tapi keadaan yang mengharuskan aku kasih tau kamu."
"Tunggu, Farel mau kasih tau hal baik atau —
"Kurang baik," sahut Farel memotong ucapan Reina.
Reina semakin tak tenang, dia menghela nafasnya. "Ya udah Farel terus terang aja sama Reina, baik atau buruk, harus kita hadapi."
Tiba-tiba Farel meraih tangan Reina, dengan erat. Matanya seakan menggambarkan bahwa dia berat untuk mengucapkan ini.
"Reina, aku mau pamit."
-To Be Continue-
Pamit kemana, Rel:'
lanjut next part ayo!^^