Jennie POV.
Aku meledakkan tangisanku sambil mendekap kepalanya erat didadaku.
Begitupun ia.
Lisa menyingkap cardigan yang kupakai dan membasahi dadaku yang terbuka, dengan air matanya.
Rasa depresi akibat banyaknya tekanan sungguh membuatnya tersiksa.
Dan aku memahami itu dengan sangat baik.
Dia mencintaiku.
Seratus persen aku masih percaya itu.
Tapi membiarkan ia terus menerus tenggelam dalam keadaan yang mempersulitnya karna berhubungan denganku, mulai membuatku khawatir.
Haruskah aku membawanya ke psikolog?
Apakah keadaannya separah itu?
Menuruti permintaannya untuk bebas dariku, aku telah mengabulkannya. Tapi tentu saja, aku tidak akan rela jika ia benar-benar meninggalkanku.
Terlebih lagi, melepasnya untuk wanita itu.
Aku tidak bisa.
Saat aku sedang berkutat dalam pikiranku yang kalut bersama air mata yang terus luruh, Lisa tiba-tiba mendongakkan kepalanya. Ia meraih bibirku dan melumatnya dengan agresif.
Aku tak pernah menolak ciumannya.
Bibirnya yang tebal terasa manis saat lidahku menyapunya dengan sensual.
Kami berpagutan antara rasa cinta, sakit, dan nafsu.
Itu bahkan sudah menyedak di ubun-ubunku.
Bagaimana kelihaian Lalisa dalam menguasai tubuhku, membuatku hanya bisa pasrah dari caranya memimpin permainan ini.
Mobil sport kesayangannya ini semakin terasa sempit dan pengap karna kami mulai sibuk berebut udara. Ciumannya sangat menggila.
Lalisa adalah segalanya.
Kami menyelesaikan masalah dengan seks, itu benar adanya.
Aku tidak tahu, kenapa itu menjadi sebuah kebiasaan yang kami lakukan?
Tapi sentuhannya bagai candu untukku.
Ia kini mengangkat crop top yang kukenakan, memperlihatkan bra hitam yang membungkus payudaraku.
Tanganku yang berada dibahunya, kugunakan untuk mengangkat dagunya.
Dan kulihat matanya nampak sayu. Itu terlihat sembab karna ia menangis. Mungkin juga karna dia horny.
Ok, honey...
We have to make love to end this pain!
"Can i...?"
Tanyanya dengan suara serak.
"You shouldn't have to asked. Just fuckin touch me!"
Setelah kalimatku barusan, ia segera melepaskan pengait bra hitamku.
Dan membuat payudaraku jatuh tepat diwajahnya.
Bersyukurlah ia memiliki kaca mobil yang seluruhnya gelap.
Mungkin ini salah satu tujuannya.
Untuk memperkosa ku atau wanita-wanita lain nantinya.
Sialan!
Aku marah dengan pikiranku sendiri.
Tanpa sadar aku menjambak rambutnya.
Tapi ia tak gentar, Lalisa malah menarik punggungku agar putingku yang berwarna pink itu masuk kedalam mulutnya.
"Aakkhh..."
Aku mendesah.
Ia menghisapnya sangat kuat.
Rasa geli dan nikmat menjadi satu membuat bokongku tanpa sadar bergoyang diatas pahanya.
Aku sepenuhnya terangsang!
Dan itu karna perbuatannya!
Lidah Lalisa berputar-putar di puting payudaraku.
Kemudian sesekali menggoyangkannya dengan lidahnya yang terasa panas itu.
"Sshhh...emmhh..."
Aku menggigit bibir merasakan kemahirannya menghisap putingku dengan sangat baik.
Bibirnya mengecap-ecap seperti anak kecil yang diberi susu.
Membuatku gemas.
Bayi besarku ini sungguh kurang ajar.
Kami bahkan sudah putus, dan tetap saja aku menjadi sasaran pemuas nafsunya.
Tapi aku bahagia.
Aku bahagia, ia masih menyentuhku dengan penuh cinta.
Saat akhirnya bulatan sintal payudaraku itu persis ia makan dan membuat sensasi panas yang kurasa.
Milikku dibawah sana sudah terasa berkedut.
Ketika ia sedang menyedot-nyedot putingku, Lalisa menyelipkan jemarinya diantara belahan bokongku.
Memainkan ujung kukunya, menari-nari disekitaran sana sehingga aku semakin bergelinjang tak terkendali.
"Lalisaaaa....."
Aku memekik saat bibirnya menarik putingku dengan kuat.
Ia bahkan sengaja memainkannya dengan bibir tebalnya itu.
Menggigit-gigit kecil, menyebabkan rasa sedikit sakit namun enak.
"Hhh...ahhhhh....shiiitttt!"
Nafasku putus-putus merasakan hisapannya pada payudaraku.
God, dia bisa membuatku orgasme hanya dengan hal itu.
Aku yang lemah?
Atau dia yang terlalu hebat?
"Goooodddddd!!!! Aakkh!"
Aku yang kini sedang mengangkanginya, sudah tak tahan lagi rasanya.
Dan Lisa tahu itu.
Ia lantas melepaskan kulumannya pada putingku.
Kemudian menyandarkan tubuhku kesamping.
Aku terbaring di jok ku kembali.
Dengan celana yang sudah ia tarik, dan memperlihatkan selangkanganku.
Aku menyerah!
Lalisa POV.
Wanita bermarga Kim ini memekik berkali-kali karna perbuatanku.
Jennie adalah segalanya.
Tubuhnya yang berkilauan karna keringat, membuatku semakin gila ingin menyodok miliknya dibawah sana.
Ia masih mengenakan celana dalam g-string favoritnya itu.
Aku, yang sudah semakin kalut karna rasa frustasi dan juga birahiku sendiri, tak akan menunggu lagi, untuk menarik g-string sialan itu secara paksa.
"Liliii!"
Ia menggigit bibir, khawatir aku akan memperkosanya habis-habisan.
Ya, mungkin saja itu benar.
Audi R8 ku ini akan bergoyang.
Dipinggir jalan yang cukup lengang ini, padahal hari sudah semakin siang.
Kulihat cuaca agak mendung.
Semoga saja hujan, agar kaca mobilku semakin berkabut. Dan tak ada yang menyadari jika dua personel girlgroup Blackpink sedang bercinta didalam mobil ini.
Itu gila!
Bersama Jennie memang selalu gila.
Kekuatan kharismanya yang menarik seluruh kewarasanku praktis membuatku sinting.
Dia mendorong-dorong bahuku dengan ujung kakinya. Sudah tak sabar ingin kugarap rupanya.
Aku membuka jaketku.
T-shirt ku sudah basah karna keringat.
Padahal aku tak mematikan AC, tapi hawa didalam mobil ini benar-benar panas. Sebab bersama Jennie memang seperti berada di neraka.
Neraka yang membawaku dalam kenikmatan yang tiada henti.
Baiklah, aku akan memulainya.
Aku menarik kedua kakinya.
Tubuhnya yang mungil, memudahkan kami untuk bermain didalam mobil ini.
Jennie menyerah seutuhnya. Ia membiarkan kakinya kini berada dikedua bahuku.
Membuatku berhadapan langsung dengan belahan vaginanya.
Harum khas kewanitaan seketika menyeruak didalam mobil ini.
Bercampur dengan aroma vanilla musk parfum Jennie.
Aku ciumi tiap sisi pahanya yang terbuka.
Membuat ia menggelinjang, dan menjepit kepalaku.
Vagina itu sudah basah.
Kemudian kulebarkan selangkangannya, agar lidahku bisa lebih mudah melesak masuk kedalam belahan itu.
Sluuurpp...sluurrpp!
Kujilati klitorisnya yang nampak membengkak seperti kacang.
Kemudian kugoyangkan ujung lidahku diatasnya, membuat Jennie mengeluarkan suara erotis karna keenakan.
"Aakhh... Ituuu.... Ituu enak sekali honeeyy..."
Aku tersenyum menyeringai.
Bangga selalu berhasil membuatnya blingsatan.
Jennie menjambak rambutku, saat mulutku semakin terbenam kedalam lipatan vaginanya yang sempit.
Kukucok-kocok dengan ujung bibirku. Kemudian melesakkan lidahku yang basah kedalam vaginanya yang licin.
Ia mengangkat bokongnya saat lidahku mengaduk-aduk vaginanya.
"Lalisaaaa!!!!!"
Kepalanya ikut terangkat, dan dengan posisi setengah duduk bertumpu pada sikunya, Jennie menggeleng-geleng minta ampun.
"Faster, faster, honey.... Faaassstt...teerrr!! Holllyy fuuck!"
Aku merasakan klitorisnya mengeras.
Sluurrpp! Sluuurrpp!
Becek.
Sluurrpp! Sluuurrpp!
Sempit.
Lidahku tiba-tiba terasa seperti tersedot.
Ia akan cum.
"I wanna cuuummm....!!! Goodd!!"
See?
Ia menahan kepalaku semakin masuk kecelah selangkangannya.
Aku hampir kehabisan nafas. Tapi tidak mungkin berhenti, bukan? Atau ia akan membunuhku karna menggagalkan orgasmenya.
Untuk mempercepat itu, aku menghisap klitorisnya.
"FUUUUCKKK!"
Aku menahan tubuhnya sekuat mungkin agar kami tak terjatuh.
Dan perutku, akhh, perutku tertekan persneling, sakit.
Baiklah, aku harus menyelesaikan ini dengan cepat.
Tanganku lantas meraih payudaranya. Memilin-milin putingnya agar ia semakin cepat sampai ke puncak kenikmatannya.
"Damn it! Lisaaaa!!"
Lagi, ia menekan kepalaku.
Dan kurasakan pahanya semakin menjepitku.
Vaginanya berkedut kurasakan pada lidahku.
Rahimnya akan mengeluarkan cairan kenikmatan itu dimulutku.
"Goooodd!!! Aakhh... Aku keluaaaarrrr...!!!"
Tubuhnya bergetar seluruhnya.
Kudiamkan lidahku didalam sana menyambut pelepasannya.
Dan membiarkan cairan bening itu menyelimuti mulutku.
Ia mengeluarkannya cukup banyak.
Dia kemudian lemas.
Dan aku segera menarik kepalaku bangun dari selangkangannya.
Aku menyeka mulutku yang basah.
Menyunggingkan senyum, melihat ia yang terkulai.
Aku sendiri belum keluar.
Tapi aku tidak akan memaksanya jika memang ia lelah.
"Honey..."
Dia membuka mata, melemparkan tatapan sayu padaku.
Kemudian aku membantunya duduk.
Setelah itu, ia meraih tissue diatas dashboard, membersihkan mulut dan wajahku yang basah.
"Come here..." ia memintaku untuk duduk di jok nya kali ini.
Aku mengangkat alis.
"Aku tidak bisa disitu. Itu sempit." jawabnya sambil menunjuk stir.
Aku tergelak. Dia lucu sekali.
Kemudian, aku menuruti permintaannya.
Dengan setengah berdiri, ia memberiku celah untuk mengambil posisi duduk ditempatnya.
Dan setelah merasa aku cukup nyaman, dia kemudian duduk kembali di pangkuanku.
Lebih tepatnya, disalah satu pahaku.
Dengan selangkangnya yang basah, membuat pahaku benar-benar merasakan vagina wanitaku ini masih sangat licin selepas orgasmenya tadi.
Baiklah, Kim Jennie. Apa yang akan kau lakukan?
* * *
Lexus putih milik Chaeyoung melaju disekitaran jalanan Seoul.
Jisoo masih memperlihatkan raut kemarahannya pada si gadis Chipmunk itu.
Chaeyoung telah menceritakan kepadanya apa yang selama ini ia lakukan sampai soal rencana video itu.
"Eonnie, sudahlah... Jangan terus-terusan marah seperti ini."
Ucap Chaeyoung sambil mengemudikan mobilnya.
"Bagaimana aku tidak marah? Kau telah melakukan kejahatan, Chaengie. Apa kau tidak memikirkan Lisa, huh?"
"Sudah kukatakan itu bukan tujuan utamaku. Itu memang kecerobohanku yang sangat fatal, Eonnie. Tapi aku terpaksa melakukan itu agar kau tahu bahwa Jackson itu bajingan. Dia bekerja sama dengan wanita itu. Kau tahu wanita itu sangat jahat, bukan?"
"Lantas walaupun tujuanmu untuk menjatuhkan Jackson, kau pikir tindakanmu itu benar? Itu tetap saja keterlaluan, Chaengie!"
"Lalu aku harus apa? Aku cemburu kau bersamanya. Mana aku tahu kalau ternyata kalian hanya berpura-pura pacaran."
"Berhentilah melakukan hal-hal jahat hanya untuk mendapatkan apa yang kau inginkan. Jika kau terus seperti ini, aku akan membencimu, dan lupakan saja hubungan kita."
Jisoo kemudian melempar pandangannya ke jendela. Ia kesal sekali dengan Chaeyoung.
Ia tak menyangka gadisnya itu melakukan hal sampai sejauh itu.
Chaeyoung meremas stirnya. Menghela nafas panjang, menyesali perbuatannya.
"Eonnie..."
Setelah itu ia meraih jemari Jisoo. Dan menggenggam dengan sebelah tangannya.
"Mianhae... Aku berjanji ini tidak akan terulang lagi. Video itu pun kupastikan tak akan bocor ke media."
Jisoo lantas kembali memandang Chaeyoung.
"Mulai sekarang, aku tidak akan melakukan hal apapun lagi. Aku hanya akan fokus denganmu. Aku ingin menjaga hubungan kita sebaik mungkin. Kumohon... Maafkan aku, ne?"
Chaeyoung membagi pandangannya antara kemudi dan juga Jisoo.
Namun hal itu tak mengurangi raut penyesalannya.
Jisoo sendiri juga merasa bersalah karna telah menipu Chaeyoung, dan menyebabkan gadis Chipmunk ini sampai nekad melakukan hal demikian.
Wanita Korea itupun akhirnya membalas genggaman kekasih wanitanya ini.
"Aku juga minta maaf karna telah membohongimu, perihal tentang hubunganku dengan Jackson. Aku tidak memikirkan efeknya akan jadi seperti ini. Jadi aku juga meminta padamu, tolong akhiri semua ini, Chaengie."
Pinta Jisoo dengan wajah memohon.
Melihat itu, Chaeyoung membalasnya dengan usapan lembut pada pipi Jisoo.
"I do, honey..."
Jawabnya lembut. Dan menimbulkan semburat merah pada kedua pipi Eonnie sekaligus kekasihnya itu.
"Yyaakk! Jangan memanggilku seperti itu."
"Wae? Kau tidak suka, hm?"
"Anniya. Aku hanya belum terbiasa."
Jisoo tersipu.
Dan Chaeyoung justru semakin gemas melihatnya.
"Kapan kau akan menemui Oppa mu itu?"
Jisoo sengaja mengalihkan pembicaraan agar ia bisa meredam rona merah pipinya yang membuatnya salah tingkah.
"Secepatnya. Aku akan membuat janji dulu dengannya."
"Huft... Bagaimana Jennie dan Lisa sekarang? Kita bahkan belum sempat menemui mereka tadi."
"Kau benar, Eonnie. Sebaiknya kita menghubungi mereka."
"Ne. Aku akan menelpon Jennie."
Jisoo lantas mengambil ponselnya, lalu mencari kontak Jennie.
Setelah menemukannya, ia segera menekan tombol call.
Tuutt tuut!!
-------
Drrrttt! Drrtt!
"Eemhh... God damn it, what is that?!"
Lisa melepaskan kulumannya pada payudara Jennie, karna getaran ponsel itu membuat pantatnya ikut bergetar.
"Mianhae, ponselku..." jawab Jennie yang menyadari tas nya tidak sengaja diduduki oleh Lisa.
"Jangan dilepas!"
Perintah Lisa pada Jennie yang saat ini sedang menekan-nekan klitoris Lisa.
(Jangan dibayangin gimana posisinya! 🙈)
Dan Jennie menurutinya.
Lisa yang sedang mengangkang sambil dikerjai Jennie dengan kesal menarik tas kecil itu dari pantatnya.
"Aaakhhhh...." Lisa mendesah sambil mencari ponsel Jennie yang terus saja berdering.
"Shit! Jisoo Eonnie?"
Klik!
Ia merejectnya.
"Mengganggu saja!"
Lisa kembali memasukkan puting Jennie kedalam mulutnya.
Jennie terkikik geli melihat kemesuman gadis bungsu kesayangannya ini.
Namun tetap melanjutkan aktivitas jarinya di bawah sana.
Sambil menekan-nekan milik nya sendiri di paha Lisa.
"Ssshh... akkhh yeeesss!"
Keduanya kembali mendesah.
---------
Tut-tut-tut!
"Mwo? Dia merejectnya?"
Jisoo bertanya-tanya.
"Jennie Eonnie menolak panggilanmu?"
"Ne. Haiisstt! Aku jadi khawatir. Dimana mereka sekarang?"
Belum sempat Chaeyoung merespon kebingungan Jisoo, tiba-tiba matanya menangkap mobil yang sangat ia kenal, sedang terparkir disisi jalan.
"Wait, wait, wait! Bukankah itu mobil Lisa, Eonnie?"
Jisoo lantas mengarahkan pandangannya seperti yang dituju Chaeyoung.
"Benar. Itu mobil si Manobal. Kenapa ia parkir disana? Jangan-jangan mereka sedang bertengkar?"
"Molla. Jja, kita kesana."
Chaeyoung lantas memarkirkan Lexus nya tepat didepan mobil Lisa berada.
Jalanan tidak terlalu ramai, dan cuaca juga semakin mendung.
Si gadis Chipmunk memperhatikan sekitar, memastikan itu cukup aman untuk ia keluar dari mobil.
"Kau tunggu disini saja, Eonnie. Biar aku yang mengecek mereka."
"Ne."
Chaeyoung kemudian membuka pintu mobilnya.
Ia berjalan menuju Audi R8 milik Lisa.
"Mereka sedang apa sebenarnya? Haiisstt, kacanya gelap semua."
Chaeyoung tak bisa mengamati dari jauh.
Karna kaca mobil Lisa memang tidak bisa dilihat dari luar dengan jarak yang cukup jauh.
Ia sengaja membuat seperti itu untuk menjaga privacy nya.
Chaeyoung semakin mendekat ketempat dimana mobil Lisa berada.
Ia mengetuk-etuk jendela bagian kemudi, posisi dimana seharusnya Lisa berada.
Tok-tok-tok!
"Lalisa..."
Namun tak ada jawaban.
Karna semakin penasaran, akhirnya Chaeyoung melongokkan wajahnya ke kaca mobil untuk mencari tahu apa yang sedang dilakukan oleh JenLisa.
"Aakhh,, Niniiii...."
"Lalisaaa... Aakkhhh, aku akan keluar lagiiii....."
Chaeyoung memundurkan wajahnya tiba-tiba saat mendengar suara dan desahan neraka itu.
Matanya mengerjap berkali-kali.
Ia lantas memperhatikan sedan Lisa yang kini bergoyang.
"Gilaaa! Haiistt!"
Dan akhirnya dia menyadari aktifitas apa yang dilakukan pasangan itu didalam sana.
Chaeyoung mengurungkan niat untuk menyelidikinya lebih jauh.
Ia memutuskan untuk kembali ke mobilnya.
Braakk!
Membanting pintu dengan kasar, Jisoo kebingungan melihat kekasih wanitanya ini.
"Wae? Apa mereka benar-benar sedang bertengkar?" tanya Jisoo.
"Ne. Bertengkar enak!"
"Mwo?"
Jisoo tak sepenuhnya mengerti, walaupun mungkin sebenarnya ia mengerti.
(Pura-pura gak tau aja Kak Chu 🌚🤣)
"Kita tak bisa meninggalkan mereka, Eonnie. Aku takut ada yang memergoki mereka sedang mendesah disana."
Jisoo yang masih bergumul dengan kebingungannya, butuh penjelasan sejelas-jelasnya.
"Jangan bilang mereka sedang....???"
"Ne. Mereka sedang membuat mobil itu bergoyang."
"Mworogo?? Mereka benar-benar sedang bercinta disana???"
Jisoo terkejut bukan main.
Ia bahkan menutup mulutnya yang terbuka.
"Benar, Eonnie. Apa kau juga mau, hm?"
"Yyaakk!" Jisoo mendorong bahu Chaeyoung yang sengaja menggodanya.
"Mereka benar-benar sinting!"
"Yup! Kita mengkhawatirkan mereka sejak tadi. Ternyata mereka malah sedang saling melumat disana. Dasar si Kera byuntae! Bagaimana jika ada polisi lalu lintas yang berpatroli, huh? Ini bahkan masih siang. Ck...ck...ck..."
Ucap Chaeyoung.
"Kau benar sekali. Lihat! Sesuai dugaanmu."
Jawab Jisoo yang menunjuk kearah spion. Memperlihatkan ada mobil polisi yang sudah siap berhenti dibelakang mobil Lisa.
"Oh shitt! Eonnie, kau tunggu disini, ne? Jangan keluar kecuali aku yang memanggilmu."
"Oke."
Chaeyoung lantas keluar dari Lexus putihnya. Berjalan dengan cepat untuk menahan dua polisi yang sudah terlihat hendak menghampiri mobil Lisa.
"Anyeonghaseyo...."
Sapa Chaeyoung berdiri tepat disamping pintu mobil Lalisa.
"Aahh, anyeonghaseyo... Bukankah, anda... Nona Rosé?"
Polisi Korea itu langsung mengenali Chaeyoung. Wajahnya berbinar saat berhadapan dengannya.
"Ne. Aku Rosé Blackpink."
Jawab Chaeyoung dengan senyum lebar.
"Aahh... Wuahhh, kami tidak menyangka bisa bertemu anda disini Nona Rosé."
Ucap polisi itu yang hampir saja melompat kegirangan.
Chaeyoung melempar cengiran kikuknya.
"Ehehehe..."
"Anakku sangat mengidolakan anda. Bolehkah kami berfoto denganmu?"
Pinta polisi kedua sambil mengangkat ponselnya.
"Ne. Mari kita berfoto!"
Klik! Klik! Klik!
Mereka mengambil banyak foto dengan main vokalist Blackpink itu.
Chaeyoung dengan senang hati memberikan pose-pose terbaiknya.
"Whoahh, putriku pasti akan sangat senang melihat foto-foto ini."
"Sampaikan salamku pada putri anda, ne?"
Balas Chaeyoung dengan senyum.
"Ne, ne, ne. Kamsahamnida, Nona Rosé."
Kedua polisi tersebut sama-sama menundukkan tubuh mereka seraya berterima kasih.
"Anniya...anniya... Jangan seperti ini. Aku dengan senang hati melakukannya."
Ucap Chaeyoung tak enak hati.
Dan setelah kalimat Chaeyoung barusan, tiba-tiba saja dari dalam mobil Lisa terdengar teriakan.
"Aaakkkhhhh!!!"
Braakk!
Dan kegaduhan.
Oh, shit!
Chaeyoung mengumpat dalam hati.
Ditambah lagi ketika ia menyadari kedua polisi Korea itu mengerutkan kening ketika teriakan itu muncul.
"Apa yang terjadi pada mobil itu?"
"Ayo kita cek!"
Dengan gerakan cepat, Chaeyoung langsung menahan kedua polisi itu.
"Anniya, anniya, anniya. Itu adalah salah satu member kami. Ia sedang sakit."
Jelas Chaaeyoung membuat kedua polisi Korea itu menghentikan langkah mereka.
"Benarkah? Apa perlu dipanggilkan ambulans?"
Tanya si Polisi 1.
"Anniya. Itu hanya serangan panik. Kami tidak membawa kru. Jadi didalam beberapa member ku sedang menenangkannya." jawab Chaeyoung berusaha setenang mungkin.
Kedua polisi itu lantas saling menengok satu sama lain.
Chaeyoung menggigit bibir dengan cemas.
"Kami bisa membantu jika memang terjadi sesuatu pada teman-teman anda Nona Rosé."
Ucap si Polisi 2 saat ini.
"Aku sangat berterimakasih atas itu. Tapi kami benar-benar baik-baik saja. Bisakah kami meminta privacy?"
"Masalahnya mobil ini parkir disisi jalan. Jadi-,,,"
"Kami akan memindahkannya. Sekarang juga..."
Chaeyoung menyela kalimat polisi tersebut, agar kedua polisi itu cepat pergi.
"Baiklah. Kami akan menunggu dibelakang, dan memastikan mobil-mobil ini tidak terparkir lagi disini."
"Ne, ne, ne. Kamsahamnida..."
Chaeyoung menundukkan tubuhnya berkali-kali untuk berterimakasih kepada kedua polisi tersebut.
Dan kedua polisi tersebut akhirnya mundur dan kembali ke mobil mereka.
"Fiiiuhhh!"
Chaeyoung menghela nafas panjang.
Setelah itu, kaca mobil Lalisa tiba-tiba terbuka.
"Chaeyoung-ah, kau sedang apa berdiri disitu?"
Tanya Lalisa yang sudah selesai dengan kegiatannya bersama Jennie.
Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, kontan saja membuat kedua alis Chaeyoung menukik.
"Aku berdisi disini untuk menyelamatkan hidupmu, kau tahu? Dasar Kera byuntae! Cepat pergi dari sini. Ada polisi dibelakang."
Ucap Chaeyoung kemudian menghentakkan langkahnya pergi dari sana untuk menuju mobilnya.
"Mwo? Polisi?"
Lisa lantas mengamati dari spion. Dan matanya melotot seketika.
"Oh shit!"
"What's wrong, honey?" tanya Jennie sambil mengancingkan cardigan nya.
"Mobil ini bergoyang dan menarik perhatian polisi. Hahaha..."
Tawa Lisa meledak.
"Yyaaakkk! Jinjja???"
Jennie panik bukan kepalang. Ia menengok kebelakang, dan mendapati mobil polisi disana.
"Lili...!!"
"It's ok, baby. Sepertinya si Chipmunk itu menyelamatkan kita."
Jawab Lisa sambil menstarter mobilnya.
Dan Jennie langsung mengalihkan pandangannya kedepan, melihat Lexus putih milik Chaeyoung baru saja melaju pergi.
"Haiistt! Aku tidak mau lagi melakukan ini di mobil. Kau gila!"
"Hahaha... Tetap saja tadi kau mendesah, sayang..."
"Pabbo-yaa!"
Jennie memberikan pukulan-pukulannya pada tubuh Lisa.
"Hahaha... My Baby J.... Gomawo, ne? Aku suka membuat mobil kesayanganku ini bergoyang. You are so great, baby!"
"Manoban!!! Jinjjaaaa??!!"
"Hahaha..."
Dan Lisa akhirnya menekan pedal gas nya, untuk ikut melaju pergi menyusul mobil Chaeyoung.
* * *
.
Maaf part nya pendek ya.. Karna part ini cuma penawar dari pahitnya part yang kemarin. Eakkk 😌
.
.
Buat Author nya happy dengan vote and comment yang banyaaaakkk ya! 🥰
Gomawo! 🌈
.
.
🖤💗