Naurah hampir melupakan sosok penting dalam kehidupan anak-anaknya. memang beda rasanya ketika menjadi seorang ibu, yang dipikirkan hanya tentang anak
Di sebuah balkon ditengah hutan, naurah duduk bersandar pada dinding sambil memikirkan segala hal membingungkan yang terjadi pada hidupnya
"Aku tidak bisa hidup tanpa saera, tapi akujuga tidak bisa meninggalkan lucas karena dia juga putraku. Jika aku menjadi vampire seutuhnya, maka saera akan hidup sendirian. taehyung benar, jika jungkook sampai tahu dia mungkin tidak akan senang. tapi kemana bedebah itu pergi?" Dalam hati
"Bagaimana caraku mengatakan pada saera bahwa ayahnya seorang vampire? apakah dia akan dapat menerima lucas, ibu, taehyung, bahkan diriku sendiri?" Pertanyaan itu terus berputar dikepalanya
"Eomma?"
"Eoh-lucas?"
Lucas duduk disamping naurah.
"Apa yang ibu pikirkan?"
Naurah tersenyum simpul; "Banyak hal"
"Eomma, jika ibu mengizinkan, aku bisa menggigit saera da—"
"JANGAN LAKUKAN ITU"
Lucas terkejut.
"Dia tidak akan dapat menerima dirinya sendiri jika dia menjadi vampire.-lirih-dia tidak sepertimu nak, dia terlahir sebagai manusia dan dia sudah hidup begitu selama 15 tahun"
Lucas sempat terkejut karena naurah membentaknya, ia hanya bisa berkedip kedip saja mendengarkan ucapan naurah
"Maafkan ibu sudah membentakmu" menghelus pipi lucas
"Gwencana, eomma"
"Lucas, boleh ibu bertanya sesuatu?"
"Silahkan"
"Dimana ayahmu?"
"Ayah jungkook?-menaikkan bahu-entahlah, sebenarnya aku belum pernah melihat wajahnya sejak aku lahir. aku hanya mendengar cerita dari nenek"
"Bagaimana dengan taehyung?"
"Ayah taehyung tidak pernah cerita tentang ayah jungkook.-terkekeh kecil-entahlah, aku lebih nyaman menganggap taehyung sebagai ayah kandungku. sementara jungkook hanya seperti orang asing bagiku, aku bahkan tidak tahu bagaimana rupanya" sedih
"Apa kau tidak pernah merindukannya?"
Lucas menggeleng; "Bagaimana bisa merindukan seseorang jika tidak pernah bertemu?"
"Apakah kau tidak penasaran? kau tidak pernah mencari tahu dimana dia?"
Lucas menggeleng lagi; "Bagaimana dengan ibu? ibukan istrinya, apakah ibu tidak pernah merindukannya?"
Skak mat. naurah tidak bisa menjawab.
"Tidak ada jawaban untuk itu"
"Kenapa bu? apa ayah jungkook bukan sosok yang baik seperti yang diceritakan nenek padaku?"
"Memangnya apa yang nenekmu ceritakan tentang jungkook?"
Menghela nafas; "Hmm nenek bilang ayah jungkook orang yang berani. dia sangat mencintai ibu, dan dia memiliki banyak isteri dimasa lalunya"
Melihat dari matanya, sepertinya lucas tidak sedang mengarang cerita
"Ibu mengarang sebagian ceritanya" dalam hati naurah
"Kau tahu nak? terkadang kau harus bertemu dengan orang itu untuk mengetahui bagaimana sifat aslinya. jangan hanya mendengar dari ucapan orang, bahkan meskipun itu berasal dari mulut kerabat sendiri" tersenyum
Mengangguk; "Akan kuingat itu. ini pertama kalinya ibu memberi nasihat, tidak akan kulupakan itu" tersenyum
3 HARI KEMUDIAN
Jeon saera terbangun dari tidurnya, ia merasakan pegal di sekujur badan. tanpa ia sadari ada sesosok wanita disampingnya, yang jelas bukan naurah
"Siapa kau?" saera menyipitkan mata
Wanita itu tersenyum; "Aku yooni, aku yang merawatmu"
"Apa yang terjadi padaku? dan dimana aku? bagaimana aku bisa sampai disini? dimana ib—"
"Tenanglah saera, semua akan baik-baik saja. istirahatlah sebentar, aku akan membawakanmu sarapan" menidurkan saera
"Ibu, bagaimana ke—"
"Eomma?"
Naurah tersenyum lebar, ia berlari dan mendekap saera dengan sangat erat sambil menangis bahagia
"Saera sayangku, bagaimana perasaanmu nak? apa kau masih merasa sakid? Ha?" menghelus rambut saera
"Aku baik-baik saja bu"
"Ekhem, naurah? biarkan saera istirahat sebentar, dia harus sarapan lalu mandi"
"Baiklah bu, aku yang akan mengurus segala keperluannya"
Ibu tersenyum.
Didepan sebuah kaca berukuran besar, naurah berdiri melihat pantulan dirinya dan saera dari dalam cermin
"Putriku sudah besar"
Saera tersenyum; "Eoh-ibu, apa yang terjadi padaku terakhir kali?"
"Kau tidak ingat apapun?"
"Aku ingat sekilas-berpikir-aku berada didalam ruangan gelap, dan—agh, kepalaku terasa menyakitkan saat memikirkannya" memegangi pelipisnya
"Kalau begitu tidak usah dipikirkan. yang penting sekarang kau sudah baik-baik saja, Eoh?" menghelus kepala saera
"Bagaimana keadaan saera bu?"
"Ibu bilang ada banyak orang diluar, jadi dia tidak berani keluar kamar" naurah duduk disofa dekat taehyung
"Kita harus pikirkan jalan keluar sebelum jungkook kembali" taehyung
"Jungkook? Kenapa dia harus kembali?"
"Dia memiliki feeling yang kuat, dan kita tahu itu. ingat saat kau sedang mengandung? dia sempat meninggalkanmu lalu kembali secara misterius"
"Taehyung benar, mungkin saat ini dia sudah menyadari kembalinya kalian"
"Aku tidak mengerti, apakah ayah akan sebenci itu pada saera nantinya? bukankah saera juga putrinya? aku bahkan langsung menyayangi saera saat pertama kali melihatnya, aku juga merasa senang saat ibu bilang aku punya adik" heran dan tegas
Ibu terdiam, lucas sudah dewasa dan bisa memahami semuanya sendiri. ia mungkin menyesal karena tidak bicara jujur pada lucas tentang bagaimana sifat ayahnya
Naurah mendekati lucas dan menggenggam tangannya; "Sayang, dengarkan ibu. ayahmu hanya menginginkan anak vampire, dia bertekad ingin terus mempertahankan ras ini, dia tidak akan pernah senang jika ada manusia ditengah-tengah kita"
"Bukankah ibu juga manusia ketika menikah dengan ayah?" mengernyitkan dahi
"Menikah? sejauh apa ibu mengarang cerita tentangku dengan jungkook? bahkan kisah kami belum sampai ketahap itu" dalam hati naurah
"Jangan memperumit keadaan. yang kita pikirkan adalah bagaimana caranya—" taehyung
Naurah berdiri dan menyela; "Aku tidak akan permah meninggalkan kedua anakku. dan aku juga tidak ingin menjadi vampire dan membiarkan saera hidup sendirian"
"Lalu apa maumu?" ibu
"Aku ingin lucas ikut bersamaku. aku akan mencari cara agar saera tidak perlu tahu kalau kakaknya seorang vampire, dan aku akan melindungi mereka berdua"
"TIDAK BISA!-ibu berdiri-lucas sudah hidup sejak kecil di pangkuanku. kau tidak bisa membawanya begitu saja"
"Tapi dia adalah putraku-menunjuk dirinya sendiri-dan aku berhak atas dirinya"
"Eomma?"
Suara lirih itu berasal dari arah belakang. semuanya terkejut mendapati saera yang sudah berdiri sambil meneteskan airmata
"Jeon saera?-mendekati saera-kenapa kau menangis sayang? Eoh?" menyeka airmata saera
"Eomma, katakan padaku sebenarnya apa yang terjadi? kenapa kalian membahas tentang vampire?-snift-apakah yang dikatakan madame irene itu benar? bahwa ibu sejenis vampire?"
Seluruh yang ada diruangan itu terkejut. apalagi naurah; "Sayang, apa yang kau bicarakan?"
Saera menepis tangan naurah; "Aku sudah ingat semuanya bu, aku ingat kejadian diruang bawah tanah sebelum kalian datang. madame irene menceritakan semuanya padaku" menangis tersedu sedu
"Sayang, tidak seperti itu—dia bohong" naurah menempelkan kedua dahi mereka
"Eomma, apapun dirimu, aku akan tetap menyayangimu, karena aku hidup selama 15 tahun bersamamu, dan aku tahu kau bukan monster"
Lucas tertunduk, ia menyayangkan dirinya sendiri, sepertinya sudah jelas bahwa saera akan takud padanya jika dia sampai tahu
"Ibu percaya kau tidak akan meninggalkan ibu" naurah mencium dahi saera
"Tapi siapa mereka bu? apakah mereka—" menatap naurah
Naurah tidak bisa menjawab.
"Bu, ayo kita pergi dari sini" saera mulai panik dan ketakutan
"Tidak nak, tunggu dulu"
"IBU AYO KITA PERGI DARI SINI!" Saera kembali menangis kali ini ia ketakutan
Lucas tak tega dan menghampiri saera.
"TUNGGU! tahan ditempatmu-menjulurkan tangannya-jangan dekati aku, kau monster"
"Saera, aku ka—"
"LUCAS!" naurah melotot pada lucas seolah menyuruh untuk tidak mengatakan apapun
Naurah memeluk saera dan membawanya kembali kedalam kamar
00.20
Saera gelisah, keringat dingin mengalir membasahi pelipis hingga lehernya.
Dia melihat seorang gadis kecil bermain diatas tumpukan salju, dan seorang anak laki-laki yang berlarian mengelilinginya
"Saera lihatlah gelembungkuu" seru anak laki-laki itu
"Besar sekali" takjub
Saera berdiri tak jauh dari kedua anak kecil itu. ia tersenyum haru melihat kebahagian bocah-bocah itu, hingga akhirnya senyumannya pun sirna begitu melihat si anak perempuan tertawa
K'JAP
Saera terbangun dari mimpinya. ia berusaha mengatur nafasnya yang tidak beraturan, sambil menghelus-helus dada serta lehernya sendiri
TOK' TOK' TOK'
Lucas yang setengah telanjang berderap membukakan pintu.
"Eomma?"
Naurah tersenyum dengan balutan piamanya; "Boleh ibu masuk?"
"Tentu saja"
Naurah pun masuk lalu duduk ditepi ranjang, sementara lucas menutup pintu sebelum ikut duduk disamping ibunya
Naurah menghela nafas; "Maafkan ibu sudah membentakmu tadi"
...
"Ibu benar-benar takud kalau kau sampai memberitahu saera tentang semuanya. ibu yakin dia belum siap"
"Aku mengerti. tapi percuma saja, saera sudah mendengar semuanya, cepat atau lambat dia pasti akan tau"
Naurah meraih tangan lucas dan menggenggamnya; "Kita tunggu sampai saera benar-benar siap. Eoh?"
Lucas tersenyum tipis dan mengangguk. ia merasa nyaman dengan sentuhan naurah, sentuhan seorang ibu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya; hangat
"Sekarang tidurlah, ibu akan kembali kekamar"
"Baik bu" tersenyum
Baru saja lucas menutup pintu, tiba-tiba seseorang kembali mengetuk pintunya
"Kenapa ibu kem—"
"Hai"
"Saera?"
"Boleh aku masuk?"
"Eoh?-te tentu saja"
Saera tersenyum lalu masuk. lucas menutup pintu, dan saera duduk ditepi ranjang disusul oleh lucas
Keduanya saling diam dan sangat canggung. hingga akhirnya saera membuka suara; "Jadi, namamu lucas?"
"Eo" mengangguk
"Dan, kau adalah kakakku?"
"Eo" mengangguk
"Emm-berangguk angguk-apakah, kau sungguh seorang vampire?"
Lucas diam sejenak, lalu berangguk
Saera melihat lengan lucas, lalu menyentuh otot tangannya dengan jari telunjuk; "Apakah semua vampire memiliki lengan yang kuat?"
Lucas merasa malu, ia menggosok-gosok lengannya yang tadi disentuh saera; "Tidak juga" tersenyum simpul
Saera menghela nafas; "Tadi aku bermimpi"
"Mimpi indah?"
"Entahlah. diawal indah, namun diakhir terlihat membingungkan" menaikkan bahunya acuh tak acuh
"Memangnya apa yang kau lihat?"
"Aku melihat diriku sendiri. aku bermain salju, dan seorang anak laki-laki di sekatku-terdiam sejenak-kurasa itu kau" menatap lucas
"Aku?" mendelik
"Eo-kau tampak normal dan menyengangkan-menatap langit langit-sementara aku terlihat aneh-tersenyum-aku memiliki taring yang panjang, itu terlihat saat aku sedang tertawa"
Lucas mendengarkan dengan seksama.
"Setelah aku terbangun akupun menyadari sesuatu. jika kita memang bersaudara, itu artinya kita terikat satu sama lain. terlepas dari apapun dirimu, didalam jiwamu ada aku, dan didalam jiwaku ada kau"
"Jadi?"
Saera menatap mata lucas lekat-lekat; "Aku ingin belajar untuk lebih dekat denganmu, oppa"
Rasa lega sekaligus bahagia menyelimuti diri lucas. ia tersenyum lebar tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar; "Jinjja?"
"Eo-kau bisa ajak aku berkeliling besok?" tersenyum
Lucas memgangguk penuh semangat. kemudian mereka tertawa bersama