Dua bulan sudah terlewati, eunha sudah hampir mau memasuki bulan lahirnya si park kecil, hanya tinggal dua bulan lagi.
Dua bulan ini semuanya baik-baik saja, jimin jadi lebih sering memperhatikan eunha, menjaga pola makan eunha, memberinya susu ibu hamil, dan jangan lupakan permainan ranjang mereka, jimin selalu mencari alasan untuk melakukannya
Dokter juga mengharuskan kita melakukan hubungan sayang
Begitu alasannya. Dan itu tidak hanya sekali dua kali, bisa saja jimin dan eunha bermain sampai beronde-ronde. Terkadang kesal melihat jimin, eunha sudah mengatakan untuk tidak bermain kasar, tapi yah, namanya pria jika sudah nafsu pasti dia akan lupa.
Pekerjaan jimin juga sudah tidak harus pulang larut malam lagi, jimin selalu pulang jam lima sore. Membuat eunha sangat senang, dia berubah. Tapi masih ada yang membuat eunha kesal, nomor yang meneror eunha, terus-menerus menerornya, mengatakan bahwa dia dan jimin memiliki hubungan yang spesial, eunha tau, itu pasti kerjaan yerin, sekretaris jimin. Tapi tak apa, eunha tau jimin tidak akan lakukan itu
"Sayang aku berangkat..", jimin berteriak setelah selesai memasang sepatu
"Iya ji.. Hati-hati"
"Aku akan kembali ke apartment ku dan jimin, ahjumma", suaranya lembut dan sesenggukan
***
Eunha berada dikamar, dia terduduk disamping ranjang, ponsel yang nerada diatas ranjang sesaritadi terus-menerus bergetar, itu jimin
Dia memeluk lututnya, menenggelamkan kepalanya, kejadian itu terus terekam dipikiran eunha, membuat dirinya semakin sakit.
"Keluar kau!!! Keluar!!! Hiks..", dia menjambak-jambak rambutnya
Srrt
Tangan hangat itu menangkup tubuh buntel eunha, dia memeluknya, eunha mendongak, itu jimin.
"Pergi", tatapannya seram, tapi jimin tetap bersikekeh untuk tidak pergi
"PERGI KUBILANG!! PERGI!!", jimin tetap disitu, eunha memukul-mukulnya dengan keras dan kuat
"Hiks.. Kau menciumnya.. Hikss..", pukulan eunha semakin melemah
"Hentikan eunha, kau bisa menyakiti bayinya", suara jimin terdengar lesu
"Apa pedulimu.. Kau mencium wanita didepanku, aku melihatnya, apalagi yang ingin kau sembunyikan? Aku lelah, kau sudah terlalu serinh dengannya, kau juga selalu meminta maaf padaku dan melakukannya lagi", eunha memberhentikan pukulannya
"Aku bersumpah, aku tidak menciumnya, dia.. Dia yang melakukannya, di-dia mengancamku", suara jimin semakin ke ujung semakin kecil, tapi eunha masih bisa mendengarnya, karena posisi mulut jimin berada disamping telinga eunha
Tbc