MELODY RAIN

By ns_windhy

7.4K 587 95

Gadis dengan sejuta misteri. Gadis penyuka hujan. Menurutnya hujan adalah teman paling setia. Hujan akan menu... More

chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
chapter 27
chapter 28
chapter 29
chapter 30

chapter 1

1.4K 65 8
By ns_windhy

Gadis cantik dengan sejuta misteri. Gadis yang sangat menyukai hujan. Menurutnya hujan adalah teman setia baginya. Disaat dia rapuh dibawah guyuran air hujan maka hujanlah yang akan menutupi semua kesedihannya. Dan sekarang gadis itu sedang menikmati tetesan demi tetesan air hujan yang mengenai tubuhnya.

"Hujan sampaikanlah kepada Tuhanmu, sampai kapan aku akan hidup" teriak gadis mungil itu di bawah guyuran hujan.

"Tuhanmu tidak pernah mendengar doa ku. Aku sudah lelah akan semua ini. Cukup sampai disini saja, aku sudah capek" lirihnya. Dia adalah Arvella Melody.

Tiba-tiba tangan Melody ditarik oleh laki-laki yang tidak dikenal. Melody berusaha melepaskan cekalan laki-laki yang tidak dikenalnya itu.

"Lo gila hahh, lo enggak lihat sekarang baru hujan. Dan dengan bodohnya lo malah berdiri dibawah guyuran hujan" teriak laki-laki itu. Melody menatap mata elang laki-laki itu dengan tatapan sayunya.

"Gue suka hujan" lirih Melody.

"Gadis bodoh" decaknya. Kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan Melody sendirian. Melody menatap punggung laki-laki misterius tadi yang semakin lama hilang dari pandangannya. Melody menghela nafas sebentar kemudian melirik ke arah jam yang melingkar ditangannya.

21:23

Pantas jalanan sudah sepi. Dengan langkah gontai Melody berjalan pulang menuju rumahnya. Tempat yang paling ia takuti. Menurutnya rumah sudah seperti neraka baginya.

------

Dengan takut-takut Melody membuka pintu rumahnya. Melody yakin pasti semuanya sudah tidur. Dengan perlahan Melody membuka pintu rumahnya. Melody menghela nafas lega saat melihat lampu rumahnya dalam keadaan mati. Dengan segera Melody melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya. Tiba-tiba lampu menyala, tubuh Melody dengan spontan menegang.

"Bagus... Bagus... Jam berapa ini?" Suara bariton memenuhi ruangan. Melody memejamkan matanya sebentar kemudian menoleh ke arah suara.

Tubuh Melody bergetar melihat semua keluarganya sedang duduk di sofa ruang tamu. Disana sudah ada Papa, Mama, Kakak laki-lakinya dan kembaran Melody.

"Me-melody ta-tadi dari..."

"Dari mana hehh, habis jual diri" sinis wanita paruh baya yaitu Mama Melody. Hati Melody seperti diiris-iris mendengar penuturan mamanya.

"Melody enggak mungkin lakuin kaya gitu" Lirih Melody. Air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Banyak ngeles aja lo, ngaku aja pasti lo habis jual diri kan.  Dasar jalang" ucap kembaran Melody.

Melody menggeleng keras, dia tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu. Ditatapnya wajah semuanya satu persatu.

"Hukum aja pa, anak sialan ini lama kelamaan semakin nglunjak" sinis Mama Melody.

"Melody enggak mau, jangan pa. Melody salah sudah pulang larut malam. Tapi Melody enggak melakukan hal keji itu. Melody janji akan pulang lebih cepat lagi"

"Rentangkan tangan kamu ke depan" ucap Papa Melody dengan dingin. Melody menggeleng cepat. Dia  sudah tahu apa yang akan ia dapatkan.

"Rentangkan" Bentak Papa Melody. Dengan terpaksa Melody merentangkan kedua tangannya ke depan dengan ragu-ragu. Laki-laki paruh baya itu segera melepaskan ikat pinggangnya yang ada dipinggang. Kemudian mendekat ke arah Melody. Melody memejamkan matanya dengan erat. Entah sejak kapan air matanya mengalir deras di pipinya.

Ctar... Ctar...

"Akhhh... Sakit" erang Melody.

Ctar... Ctar...

"Akhhh... Ampun pa.. hikss..."

"Anak enggak tahu diuntung"

Ctar... Ctar...

"Hikss... Hikss.. sakit pa" suara Melody lama kelamaan semakin lirih. Melody melosotkan tubuhnya ke lantai.

"Ampun pa hikss...hikss..." tangisan Melody memenuhi  ruangan. Semuanya menatap tubuh Melody dengan dingin. Tanpa belas kasihan satu persatu meninggalkan Melody yang sedang terduduk di lantai.

Rasa sakit ditangannya tidak seberapa dengan sakit dihatinya. Cukup lama Melody menangis. Sampai ia rasa tubuhnya menggigil kedinginan. Bajunya masih basah terkena air hujan tadi. Dengan perlahan Melody berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Ia rasa berendam dengan air hangat adalah obat paling ampuh baginya.

-----

Siluet cahaya matahari mengenai wajah cantik Melody. Dengan perlahan Melody membuka matanya. Dengan segera mendudukkan tubuhnya dan menatap ke arah jam didinding.

06:12

Melody membulatkan matanya, dia kesiangan. Dengan tergesa-gesa Melody beberes. Karena hari ini hari pertama ia masuk sekolah menengah atas.

Setelah selesai siap-siap Melody turun menuju ruang makan. Dilihatnya semua keluarganya sedang sarapan sambil bercanda gurau. Senyum Melody terbit dibibirnya.

"Pagi semuanya" sapa Melody. Seketika semuanya menghentikan kegiatannya.

"Boleh Melody ikut gabung sarapan?" Tanya Melody pelan-pelan.

"Papa berangkat dulu" ucap Papa Melody. Andre Baskoro. Dia adalah Papa dari Melody.

"Aria juga" ucap Aria. Arvalla Aria Baskoro, dia kembaran Melody. Kembar tidak identik itu yang Aria dan Melody alami. Wajah mereka sangat jauh berbeda tapi sama-sama cantik. Perlakuan dalam keluarganya pun berbeda.

"Aria sekolah kita kan sama apa boleh Melody numpang?" Tanya Melody kembarannya.

"Apa numpang?" Melody menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Enggak sudi gue satu mobil sama anak pembawa sial seperti lo" sinis Aria.

"Cuma sekali ini saja kok. Ini kan hari pertama kita sekolah. Melody enggak mau terlambat"

"Lo budek atau apa sihh" sentak Aria.

"Maaf" Melody menundukkan kepalanya.

"Angkot banyak kan diluar. Jangan harap kamu dapat fasilitas yang sama dengan anak-anakku. Kamu itu hanya numpang disini" ucap Bella. Bella Baskoro dia Mama dari Melody.

"Melody juga anak Mama" lirih Melody.

Plak

Satu tamparan mengenai pipi kanan Melody. Melody menegang pipinya yang habis ditampar oleh mamanya.

"Sampai kapanpun kamu bukan akan saya, saya enggak sudi punya anak pembawa sial seperti kamu" Bentak Bella.

"Salah Melody apa ma?" Lirih Melody.

"Masih tanya salah kamu apa hehh. Kamu itu pembunuh" tekan Bella.

"Melody bukan pembunuh" lirih Melody.

"Bisa enggak sih satu hari aja lo enggak bikin suasana jadi runyam" sentak Rafa. Dia Arvello Rafa Baskoro. Kakak dari Aira dan Melody. Melody menundukkan kepalanya takut. Ia paling takut dengan kakaknya. Kakaknya ini jarang mengeluarkan suaranya didepan Melody. Kalaupun mengeluarkan suara pasti kakaknya ini sedang marah.

"Maaf, kalau begitu Melody berangkat sekolah dulu. Assalamualaikum" Lirih Melody dengan segera Melody berjalan meninggalkan semuanya yang sedang menatapnya dengan dingin.

"Tunggu" ucap Aira. Melody menghentikan langkahnya kemudian menoleh kebelakang.

"Gue enggak mau satu sekolah tahu kalau lo dari keluarga Baskoro apalagi kembaran gue" tekan Aira. Dengan perasaan campur aduk Melody menganggukkan kepalanya kemudian melanjutkan langkahnya.

-----

Melody baru sampai didepan gerbang sekolahnya pukul 07:34. Angkot yang Melody tumpangi tadi sempat mogok. Maka dari itu Melody harus berjalan sampai sekolahnya. Melody sekolah di salah satu sekolah swasta yang ada di kotanya. Sekolah ini sangat terkenal dikalangan atas. SMA Merah Putih. Sekolah ini milik keluarga Baskoro. Sebenarnya Melody sempat memprotes mamanya agar menyekolahkan Melody di sekolah biasa saja. Tapi mamanya menolak keras hal itu. Entah alasannya apa.

"Huft, semoga masih bisa masuk" gumam Melody. Satpam yang sedang berjaga di depan gerbang menghampiri Melody.

"Pak apa Melody boleh masuk?" Tanya Melody.

"Maaf dek siswa yang terlambat tidak diperbolehkan untuk masuk"

"Tapi Pak tadi angkot yang saya tumpangi mogok maka dari itu saya harus berjalan kaki"

"Ini sudah kebijakan dari sekolah dek"

"Melody mohon Pak, ini hari pertama Melody MOS"

"Tetep tidak bisa dek"

"Sekali saja pak"

"Biar saya yang menangani murid ini Pak, bapak boleh pergi"

"Baik den" ucap satpam itu kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.

"Jam berapa ini?" Tanya laki-laki itu dengan dingin.

"Maaf kak"

"Kelas berapa?"

"Kelas sepuluh" ucap Melody.

"Jadi ini pertama kamu sekolah?" Melody mengangguk saja.

"Baru kelas sepuluh sudah berani terlambat. Memang ini sekolah bokap lo" ucap laki-laki itu. Melody seperti tidak asing dengan suara itu. Dengan perlahan Melody mendongak menatap wajah lawan bicaranya.

"Kakak kan yang tadi malam marah-marah kan?" Tanya Melody.

"Masuk"

"Hahh"

"Atau mau pulang?"

"Iya kak, terimakasih" Dengan segera Melody langsung berjalan masuk.

"Hehh gadis hujan" Pangil laki-laki itu lagi. Melody menoleh ke belakang dan menatap wajah laki-laki itu penuh tanya.

"Ini enggak gratis" ucap laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan Melody yang berdiri mematung di tempat.

-----

Setelah pembagian kelas tadi Melody mendapatkan kelas 10 IPA 1. Melody mencari-cari kelas yang akan ia tempati. Akhirnya Melody menemukan ruang kelasnya. Dengan senyum manisnya Melody memasuki kelas itu.

Melody duduk di meja paling belakang. Menurutnya itu tempat paling nyaman baginya. Menunggu menatap wajah temannya satu persatu. Ada yang sedang berkenalan ada yang sedang main handphone. Ada juga yang sedang tidur.

Entah mengapa Melody enggan untuk berkenalan dengan yang lainya. Menurutnya tidak ada teman setulus hujan. Menurutnya manusia itu egois karena selalu mementingkan dirinya sendiri tanpa melihat perasaan orang lain.

Tak berapa lama ada dua laki-laki dan satu perempuan yang memasuki ruang kelasnya. Melody belum menyadari kehadiran mereka. Ia masih sibuk dengan buku yang ia baca.

"Hehh Lo yang di belakang bisa lepas jaketnya enggak"

"Hehh jaket abu-abu" sentaknya lagi. Merasa memakai jaket abu-abu dengan segera Melody menoleh ke arah suara. Dilihatnya semuanya sedang menatap kearahnya.

Tubuh Melody menegang melihat kakak dan laki-laki itu ada didepan kelas. Ada satu perempuan yang sedang menatap tajam kearah Melody.

"Lo tuli yaa, lepas jaket lo" sentak perempuan itu lagi. Melody gelagapan mendengar penuturan perempuan yang ia yakini anggota OSIS.

"Harus ya kak?" Tanya Melody dengan gugup.

"Didalam kelas tidak boleh ada yang memakai atribut selain seragam" Melody menatap wajah kakaknya yang menatapnya dengan dingin. Harusnya kakaknya membelanya. Harusnya kakaknya tahu kalau Melody memakai jaket untuk menutupi luka yang ada di tangannya. Dengan ragu-ragu Melody melepaskan jeket yang ada ditubuhnya.

"Biarin saja masih awal" ucap Rafa. Melody tersenyum tipis.

"Tapi Raf"

"Biarin" ucap Rafa dingin.

"Kami disini akan mengenalkan kalian lingkungan yang ada di sekolah ini. Sebelum itu saya akan mengabsen nama kalian" ucap laki-laki yang membantu Melody masuk sekolah tadi.

"Arvella Melody" Melody yang namanya dipanggil langsung mengangkat tangannya.

'jadi namanya Arvella Melody' batin laki-laki itu.

Laki-laki itu melanjutkan absensinya. Tapi pandangnya tidak pernah lepas dari Melody. Melody yang merasa ditatap hanya menundukkan kepalanya.

"Oke sekarang ikut kami. Kami akan memperkenalkan  apa saja yang ada di sekolah ini" ucap Rafa.

------

Happy reading

03/09/2020
Yogyakarta

Continue Reading

You'll Also Like

379K 36.5K 38
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
2.1M 126K 64
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
1.2M 23.1K 52
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
AV By s h e y

Teen Fiction

2.7M 232K 40
Sequel ALTHAIA. Asgara Ardew Lazarus. Pria dingin anti sosialisasi ini menyebut perempuan adalah mahluk yang merepotkan, kecuali Mommy tersayang nya...