Hai! Ada yang mau aku up lagi setelah part ini? Ayok pencet tombol bintang nya. Lima vote aku update lagi. Cuman lima loh, susah banget ya bagi kalian?
Happy Reading!
.
.
.
.
.
Karena saking sibuk nya membalas komentar teman-teman nya, hingga membuat Tasya melupakan kehadiran Vano di depan nya. Vano mendengus karena merasakan terabaikan.
"Kayak nya ponsel kamu lebih ganteng ya dari pada orang di depan kamu?" sinis Vano.
Tasya mendongak menatap wajah Vano yang sudah masam. Mengerti keadaan nya, Tasya segera memasukan ponsel nya ke saku celana milik nya.
"Udah?"
"Udah apa nya?" tanya Tasya telmi.
Vano memutar bola mata nya jengah. "Udah main ponsel nya?"
"Udah."
Vano bangkit dari duduk nya dengan tangan di saku nya. "Yaudah ayo." ajak Vano.
Tasya mengkerutkan kening nya heran. Sungguh, ia tak mengerti apa yang di katakan Vano. Seolah mengerti apa yang di benak Tasya, ia lebih dulu menjawab pertanyaan Tasya sebelum Tasya bertanya.
"Ayo pergi. Aku mau ngajak kamu pergi lagi."
"Kemana?"
"Nanti juga kamu tau, ayo." Vano menautkan tangan nya dan juga tangan Tasya.
Tasya memandang tangan nya yang di genggam hangat oleh Vano. Nyaman. Itu lah kata yang mewakili Tasya. Hati nya selalu menghangat kala Vano menggenggam tangan nya dengan lembut.
-----
Vano menuntun Tasya berjalan kearah yang ia tuju. Kenapa ia menuntun Tasya? Karena kedua mata Tasya ia tutup menggunakan kain hitam.
"Van? Ini dimana sih?"
"Nanti kamu tau."
"Udah sampe belum sih?"
Vano mengulum senyum nya lalu membuka tali ikatan yang menutup mata Tasya. Tasya megerjab mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam kedua netra nya.
Pantai.
Tasya menatap Vano yang sedang mengulum senyum nya. "Suka?"
"Suka pake banget!" pekik Tasya lalu berlari di sisi pantai. Vano tertawa ringan melihat tingkah kekanakan Tasya. Jika Tasya bahagia, maka diri nya pun akan bahagia.
"Jangan lari-lari! Nanti kamu jatuh!" peringat Vano.
"Iya!" balas Tasya. Vano menggeleng kan kepala nya dua kali melihat Tasya yang tidak menuruti ucapan nya.
"Vano! Ayo main kejar-kejaran!" ajak Tasya dari jarak yang cukup jauh.
"Nggak mau!" tolak Vano.
"Aku maksa! Ayo!" ujar nya lalu berlari menjauh. Vano menggeleng kan kepala nya lagi namun tak urung ia mengejar Tasya.
"Sini kamu!"
"Kejar kalo bisa!"
Hap!
Vano berhasil menangkap Tasya, ia memeluk tubuh Tasya dari belakang. Sedangkan Tasya mendesah kesal karena diri nya tertangkap.
"Kok kamu cepet banget sih lari nya?" gerutu Tasya.
"Mankanya rajin olahraga." ujar nya menyombongkan diri.
Tasya memutar bola mata nua malas, mentang-menyang Vano sering olahraga, diri nya di remehkan. "Ayo main lagi." ajak Tasya.
Vano menggeleng lalu berkata, "Mending kayak gini aja."
"Ck. Ayo main lagi, atau aku ngambek." ancam Tasya.
"Oh udah berani ngancem ya?"
"Iya! Ayo kejar aku kalo bisa!" tantang Tasya lalu berlari dengan kencang menjauh dari Vano.
"Awas ya kalo ketangkep kamu!"
Vano berlari mengejar sang kekasih di iringi dengan angin berhembus kencang. Tasya berlari dengan tawa nya, sungguh manis di lihat.
Vano menggelitiki perut Tasya setelah gadis itu sudah tertangkap oleh nya. Tasya tertawa renyah, gelitikan Vano mampu membuat diri nya tertawa terus menerus, wajah nya pun memerah karena terus menerus tertawa.
"U─udah dong Van! Geli tau!" kata nya di sela-sela tawa nya.
Dan kini, merela berdua duduk di gazebo di dekat pantai dengan posisi Tasya yang menyender di pundak Vano. Vano tentu tidak keberatan, apa pun ia akan lakukan untuk orang yang sangat ia cintai. Mereka menikmati pemandangan matahari yang sebentar lagi akan tenggelam. Sungguh indah.
Vano merogoh saku nya karena benda pipih nya itu terus bergetar tak henti-henti yang membuat ia harus mengeluarkan ponsel nya itu.
Aksara
Online
Heh pulang lo!
Pulang woi!
Kakak gue lo ajak kemana anjir jam segini belum pulang?!
Kalo lo apa-apain kakak gue, gue penggal pala lo!
Woi Vano!
Pulang lo anjir! Balikin sini kakak gue!
Woi!
P
P
P
P
P
P
P
Brsk.
Heh pulang lo!
Balikin sini kakak gue! Jam segini lo belum balikin anak orang!
Nnti.
Sekarang! Atau gue nggak restuin nih hubungan lo sama kakak gue.
Bd amt. Om Anton aj stju.
Sialan.
Balikin anjir kakak gue!
L rbt amt sih.
Balikin aja napa ke rumah nya. Ribet amat lo.
Ck, ngsln l.
Karena melihat wajah Vano yang kesal, Tasya memberanikan diri nya menengok ponsel di genggaman Vano yang menunjukan roomchat Vanp dan Aksa.
"Siapa sih? Kesel banget keliatan nya?"
"Oh, Aksa." lanjut Tasya.
"Ayo pulang Sya." ajak Vano yang membuat wajah Tasya langsung berubah menjadi lesu.
"Kok pulang?"
Vano menyodorkan roomchat nya pada Tasya. "Tuh, adik kamu udah mencak-mencak."
"Yaudah ayo pulang." ajak nya dengan lesu. Vano tersenyum kecil, ia sangat tahu kalau gadis di depan nya ini sedih. Tangan nya terangkat untuk mengacak rambut Tasya.
"Jangan sedih. Nanti kapan-kapan aku ajak kamu kesini lagi."
Air muka Tasya kembali beruba menjadi ceria. Ia menatap Vano dengan berbinar-binar. "Beneran?" tanya nya antusias yang di angguki Vano.
"Ayo pulang!" Tasya menarik lengan Vano sedangkan Vano terjengkit kaget, untung saja ia tak sampai terjatuh.
-----
Tasya menyerah kan helm pada Vano setelah membuka nya, tentu saja dengan bantuan Vano. Tasya tersenyum lebar pada Vano, namun Vano membalas nya dengan satu alis terangkat.
"Kenapa senyam-senyum? Kamu nggak kemasukan kan?" senyum Tasya pun luntur di gantikan dengan wajah yang di tekuk.
"Kalo ngomong suka nggak di filter!" sinis Tasya.
"Terus kamu kenapa senyum-senyum mulu?"
"Makasih." ujar Tasya dengan tulus. Vano mengangkat alis bingung sebagai jawaban.
"Untuk apa?"
"Untuk hari ini." mendengar penuturan Tasya, Vano menjadi mengerti untuk apa gadis itu berterimakasih. Ia tersenyum kemudian mengacak gemas rambut Tasya.
"Kalau kamu seneng, aku juga seneng." balas Vano.
"Mau mampir?" tawar Tasya yang di balas gelengan dua kali dari Vano pertanda ia tak akan mampir dulu.
"Enggak. Ini udah malem, nggak enak kalo aku mampir." Tasya mengangguk walau ada sedikit perasaan kecewa, namun diri nay memcoba mengerti.
Cup!
Tasya menatap terkejut Vano, ia memegangi pipi nya yang baru saja di cium singkat oleh Vano. Bagaimana tidak terkejut kalau orang tiba-tiba mencium kita.
Bukan nya menyesal telah melakuakn hal itu, Vano malah tersenyum lebar. "Itu salam perpisahan."
Mendengar perkataan Vano, Tasya mencebikan bibir nya. "Besok kan kita sekolah, masih bisa ketemu. Ini kayak kamu mau pergi jauh aja."
"Loh? Rumah kamu sama aku jarak nya jauh loh."
Tasya memutar bola mata nya jengah. Padahal mereka hanya berpisah dalam beberapa jam. Tetapi mengapa Vano bersikap seolah mereka akan berpisah selama bertahun-tahun?
"Kita nggak ketemu cuman beberapa jam doang. Kamu alay banget sih." Vano mengkerucut kan bibir nya, mencoba bersikap sok imut.
Tasya yang melihat itu terkekeh pelan, sungguh tidak cocok bila seorang Putra Alvano Albarak bersikap sok imut.
"Kamu nggak cocok tau sok imut kayak gitu." perkataan Tasya membuat raut wajah Vano berubah menjadi seperti semula.
"Yaudah aku pulang dulu. Good night, have a nice dream. Jangan lupa mimpiin aku!"
"Good night to."
Beberapa detik berlalu namun motor Vano belum juga pergi meninggalkan rumah Tasya. Tasya mengkerutkan kening nya heran. "Kenapa belum pergi?"
"Kamu nggak mau bales ciuman aku gitu? Nggak peka banget." cibir nya.
Tasya mengusap tengkuk nya pelan. Apa kah harus ia membalas ciuman Vano? Jika tidak, mungkin Vano akan sakit hati. Lama berpikir, akhir nya Tasya sudah memutus kan. Vano tersenyum senang kala Tasya mencondongkan tubuh nya kearah diri nya.
"Ekhem!"
Refleks Tasya menjauhkan diri nya dari Vano. Ia menatap kearah pagar yang menunjukan ketiga saudara kandung yang sedang bersedekap dengan mata uang menyorot tajam pada mereka berdua.
"Enak banget lo ya ngajarin adek gue buat kiss." sinis Azka.
"Bukan nya langsung masuk, ini malah pacaran dulu di depan. Nggak cukup apa seharian?" sindir Aldo.
"Bagus ya ngajarin kakak gue pulang malem." tutur Aksa.
Tasya membuang muka lantaran malu karena tertangkap basah berpacaran di depan para saudara nya. Sedang kan Vano menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, ia pun tak kalah malu dengan Tasya.
"Ngapa lo diem-dieman? Bukan nya tadi mau kiss? Sana lanjut. Gue pantengin lo berdua." ucap Azka.
"Emang boleh bang?" tanya Vano dengan mata yang berbinar-binar.
Ketiga nya serempak melotot garang pada Vano. Bisa-bisa nya ia bertanya hal seperti itu. Ya jelas tidak boleh.
"NGGAK BOLEH!"
Perkataan mereka secara serempak itu mampu membuat Tasya dan Vano terjengkit kaget. Vano memandang kecewa mereka bertiga.
"Nggak boleh ya?" tanya nya lesu.
"Goblok di piara. Ya jelas nggak boleh lah! Ya kali nak perawan seenak nya lo cium-cium. Lo kira kakak gue tembok apa yang bisa cium-cium seenak jidat?!" cerca Aksa.
"Padahal waktu itu aja udah di bibir." gumam Vano. Walau Vano bergumam, karena memiliki pendengaran yang tajam, Aldo membelakan mata nya sempurna.
"HEH LO CIUM BIBIR KEMBARAN GUE KAPAN?!"
Azka dan Aksa tak kalah terkejut, ia membelakan mata nya sempurna. Mereka berdua menatap tajam kedua pasangan yang sedang di mabuk asmara itu.
"Yang di omongin Aldo beneran Sya?" tanya Azka tajam. Dengan ragu, Tasya mengangguk dan mampu membuat ketiga nya menghela nafas gusar.
Aldo menatap datar Vano dengan kedua tangan yang di masukan kedala saku celana. Sejujur nya, diri nya sungguh marah karena kesucian bibir kembaran nya telah di rengut oleh Vano. Namun nasi telah menjadi bubur, mau semarah apa pun diri nya tak akan membuat keadaan menjadi semula. Lagi pula ia masih bersyukur. Untung saja hanya bibir yang hilang, dan bukan seutuh nya.
"Kapan lo lakuin?" tanya Aldo dingin.
"Sekitar dua atau satu minggu yang lalu."
Aldo menghela nafas gusar setelah itu. Kini giliran Azka yang menatap tajam Vano. Ia masih bersedekap dada, sudah cocok menjadi seorang ayah. Namun sayang nya belum aja pasangan yang cocok.
"Untung papa nggak denger ucapan lo bocah. Kalo denger, lo auto di blacklist." Vano tak menjawab, ia hanya menggaruk tengkuk nya yang sama sekali tidak gatal.
"Untung gue lagi males mukul, kalo enggak gue bikin dah muka lo bonyok." celetuk Aksa.
Kini Vano merutuki ucapan nya. Akibat nya, ia terkana omelan ketiga lelaki galak milik Tasya.
.
.
.
.
.
Ping ping! Ayo ramein notif hape author dengan vote-an kalian. Liam doang loh, susah banget ya buat kalian? Kesel deh.
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!