Kami pun langsung mengendap endap ke dekat rumahnya. "apa?! kok bisa papa difitnah" teriak Cila heran, "ha" aku dan Nifa langsung kaget karena teriakan Cila "kenapa kalian disini?!" tiba tiba Cila ada di depan pintu, aku dan Nifa panik. "e..eh..i..itu.."aku terbata bata "udah, kalian udah tau kan masalah keluarga aku kalian udah nggak kepo lagi kan sekarang kalian pergi dari sini, pergiii!!!!!" emosi Cila memuncak. Kami pun langsung berlari dan naik sepeda.
Aku dan Nifa berhenti di tengah jalan dan duduk di pinggir jalan "ternyata itu masalahnya, nggak heran sih kalau Cila gk fokus di sekolah dan emosinya gk kekontrol" kataku "kasian banget ya Cila, gimana kalau kita bantu Cila" usul Nifa "iya ya setuju, tapi gimana? masa' kita cari uangnya jadi pengamen, nanti nama kita malah buruk" ujarku "ya udah deh kita pulang dulu aja yuk Mir, nanti kalau udah nemu ide kita berkabar" kata Nifa "ya udah yuk" kami pun langsung naik sepeda dan langsung pulang.
Esok Paginya di Sekolah.....
"hwaaaaa, Mirla aku belum dapat ide" rengek Nifa "iya, aku juga belum, yaudah gimana kita hibur Cila dulu aja" usulku "ok" balasnya. Akhirnya Cila datang ke sekolah, kami langsung menghampiri Cila "Cila aku turut sedih ya" kataku sambil mengelus bahunya "udah deh, jangan sok baik, kalian mau ngejek aku kan karena papa aku bangkrut!! Secara sekolah ini elit jadi kalian semua pada kaya hanya aku yang miskin, tapi nggak papa kok palingan aku akan pindah sekolah habis ini puas kalian!!!?" seru Cila melepaskan tangan aku dan langsung duduk di bangku sambil menangis "ha Cila bangkrut?" secara otomatis semua tau karena teriakan Cila dan semuanya langsung gosipin Cila. Aku dan Nifa kaget dan merasa kasian.
"Teeeet Teeeeet" bel masuk berbunyi. Lagi lagi beberapa kali Cila ditegur karena tidak fokus. Aku dan Nifa semakin kasian dan tidak tega dengan Cila.
Sampai pulang sekolah Cila tetap begitu.
Aku dan Nifa pulang kerumah masing masing tanpa Cila disamping kami.