Selamat membaca....
"Mama! Kita mau kemana? Kenapa banyak kopel? Kita akan pelgi?" Tanya Yumi, anak perempuan itu menatap bingung sang ibu yang sibuk memasukan beberapa bajunya kedalam koper.
Yuqi menarik nafasnya pelan, ia tersenyum tipis. "Kita akan naik pesawat, Yumi ingin naik pesawatkan?" Ujarnya.
"Leally, ma? Apa Chenle akan ikut? Uncle Ejun? Aunty Len?" Tanya anak itu penasaran.
Yuqi menggeleng pelan, "Hanya kita, Yumi juga akan punya sekolah baru! Bagaimana, Yumi senang?" Tanya Yuqi, tangan kanannya mengelus lembut kepala Yumi yang tertunduk.
"Tapi, Yumi ndak mau jauh dari Chenle ma!" Mata imut itu menatap Yuqi bergetar.
Tak lama setelah itu, terdengar suara tangis Yumi. Yuqi menatap anaknya sedih, ah ia juga merasakan hal itu. Meninggalkan Shanghai terasa sangat sulit baginya, tempat ini juga tempat kelahiran sang putri.
"Yumi tahu, disana bisa saja Yumi bertemu teman baru. Yumi bisa menambah teman lagi! Yumi mau punya banyak teman tidak?" Tanya Yuqi lembut.
Walau sesegukan anak itu menganggukkan kepalanya. Yuqi menatap anaknya itu gemas.
"Teman balu? Yumi hikd... mau punya teman balu, Hikd..."
Yuqi terkekeh pelan. "Jadi Yumi mau ikut mama ke Korea?" Tanya Yuqi, ia menatap mata sembab Yumi.
Pelan namun pasti anak itu menganggukkan kepalanya. "Yumi mau bantu, mama!" Serunya.
"Benarkah?"
"Of coulse, Ma!" Pekik Yumi riang.
"Baiklah, Yumi masukkan barang yang penting kedalam ransel Yumi, oke?"
Yuqi tersenyum lembut saat anaknya itu mengangguk paham. Kaki kecil itu berlari mengambil barang miliknya.
Yuqi kembali membereskan semua baju miliknya juga Yumi, sekekali terdengar teriakan Yumi saat bertanya letak buku gambar miliknya.
"Ma!" Panggil Yumi.
Yuqi berbalik, ia mengalihkan perhatian pada sang putri. "Hm? Kenapa sayang?"
"Kita akan ke Kolea benal?" Tanya Yumi pelan, anak itu memilin mini dress yang sedang dipakainya itu.
"Iya benar, kenapa nak?" Tanya Yuqi bingung, kenapa anaknya bertanya hal itu lagi?
"Kata Chio, Papanya dia ada di Kolea. Heum, apa Papa Yumi juga di sana, Ma?" Tanya anak itu takut, ia melirik Yuqi yang terdiam.
Yuqi menatap anaknya, wanita muda itu menyamakan tingginya dengan sang anak.
Yuqi tersenyum tipis, "Iya, Papa Yumi ada disana." Ujarnya dengan suara yang bergetar.
"Jadi Yumi akan bertemu Papa?!" Seru anak itu senang.
"Kita akan bertemu Papa."
Yumi menatap Chenle sedih. "Hua! Chenle jangan lupain Yumi, othe? Yumi sedih kalo dilupain Chenle, hiks..." Tangis Yumi.
Yuqi mengelus lembut pipi gembul sang anak, kini mereka sedang ada di Bandara. Ia dan Yumi akan kembali ke Seoul, dimana asal mulanya Yumi hadir dalam hidup kelamnya. Tapi kini Yuqi bersyukur sebab dengan hadirnya Yumi hidupnya yang kelam kini memiliki sumber cahaya.
"Aku marah padamu!" Sahut bocah laki-laki itu.
Irene tersenyum tipis melihat kelakuan anaknya. "Hei, Chenle tidak boleh seperti itu ya? Chenle dan Yumi kan sahabat, sesama sahabat tidak boleh saling marah." Bujuk wanita bermarga Kim itu.
Yuqi mensejajarkan tingginya dengan kedua bocah cilik itu. Ia menggenggam kedua tangan mungil mereka.
"Yang dikatakan Mommy Chenle benar. Yumi dan Chenle sahabat bukan? Kalian tahu? Sepasang sahabat akan selalu saling mendukung walau sejauh apapun jarak mereka." Ujar Yuqi, ia menatap mata keduanya bergantian.
"Yumi dan Chenle akan saling mendukungkan?" Tanya wanita muda itu.
Chenle terdiam, ia menatap Yumi yang masih sesegukan. Anak laki-laki itu menarik tangannya dari genggaman Yuqi. Yuqi tersenyum lembut, ia tahu rasanya ditinggalkan sahabat.
"Yuqi, maafkan Chenle." Ujar Irene, ia merasa tidak enak hati karena sikap sang putra.
Yuqi menggeleng pelan. "Tidak apa, Unnie, mereka masih anak-anak. Kami berangkat, jaga diri kalian."
Xiaojun yang sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka berangsur mendekat kearah Yuqi dan Yumi.
Laki-laki tampan itu merendahkan tubuhnya, "Yumi jangan nakal, oke? Uncle janji akan selalu mengunjungi Yumi dan Mama disana." Ujarnya lembut.
"Hiks, pinky plomise Uncle Ejun?" Lirih Yumi, gadis kecil itu mengarahkan kelingkingnya pada Xiaojun walau masih terisak.
Xiaojun terkekeh pelan. "Hm, pinky promise! Jika rindu Uncle, Yumi bisa telepon Uncle, oke?"
"Othe!" Seru Yumi.
"Your attention please, passengers of Shanghai Airline's on flight number GA328 to Seoul, South Korea please boarding from door A12, Thank you."
Suara dari pengeras suara yang berada disana membuat Yuqi menepuk bahu anaknya pelan.
"Kita akan berangkat, sayang. Berikan salam dulu." Ujarnya lembut. Yumi mengangguk paham.
Tangan mungil itu melambai pada ketiga orang yang menatap kepergian mereka.
"Jaga diri kalian! Jika terjadi sesuatu hubungi aku!" Seru Irene, ia menghapus air matanya pelan.
Yuqi mengangguk paham. Matanya beralih pada Xiaojun yang mengatakan sesuatu tanpa suara padanya.
"Hadapi semuanya, Yuqi!"
Yuqi terkekeh geli, itulah yang ja tangkap dari gerakan mulut Xiaojun. Baru saja ia ingin berbalik bersama Yumi sebuah teriakan nyaring membuat langkah keduanya urung.
"Yumi! Jangan lupakan aku! Aku-aku sangat menyayangimu! Hiks, awas kau melupakanku!" Seru Chenle, tubuh mungil itu menubruk Yumi yang jauh lebih kecil darinya.
"Yumi ndak akan melupakan Chenle. Jangan sedih, Yumi jadi sedih juga," Lirih Yumi.
Baru saja ingin membalas pelukan Chenle tubuh mungil Yumi sudah didorong anak laki-laki itu.
"Pergilah!"
Ketiga orang dewasa itu tertawa melihat kelakuan keduanya. Yumi mendengus kesal.
Gadis mungil itu berjalan mendahului Yuqi. "Kami berangkat, sampai jumpa!"
Yuqi berjalan menyusul sang putri. Baiklah, wanita muda itu menarik nafasnya pelan. Mari mulai hidup baru di Seoul.
"Tuan, aku belum menemukan mereka."
Laki-laki dengan kemeja itu memutar tubuhnya yang tadi menghadap jendela kearah orang itu.
"Benarkah?" Lirihnya pelan.
Jeno mengangguk pelan, ia menatap CEO sekaligus Hyung itu kasian. Ia tahu laki-laki itu sudah mencari seorang seseorang seperti orang tidak waras sejak 4 tahun yang lalu.
"Apa ini karma untukku, Jen?"
Jeno menarik nafasnya, menggeleng pelan sebelum menjawab pertanyaan itu.
"Tidak, Hyung. Kau sudah berusaha mencari dia- bukan, mungkin dia sudah menjadi mereka sekarang." Sahut Jeno.
Laki-laki itu tersenyum tipis, matanya kembali menatap lalu-lalang mobil dari atas sana. "5 tahun lalu aku menyia-nyiakan dia. Membiarkan dia mengandung anakku sendiri, ah, anak kami, mungkin? Pasti anak itu sudah tumbuh besar sekarang. Aku brengsek bukan? Aku meninggalkannya saat dia hamil besar."
Jeno terdiam, ia tidak bisa membuka mulutnya. Ia tidak bisa berkomentar lebih jauh. Jika membahas brengsek Hyungnya itu mungkin jauh buruk dari kata brengsek.
Mulut Jeno kembali tertutup saat seseorang masuk dengan menendang pintu kasar.
"Lee Mark! Aku dapat informasi penting!" Seru Lucas, nafas laki-laki itu tersengal.
Laki-laki yang dipanggil Mark itu menatap kearah sahabatnya itu bingung.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Mark
"Itu tidak penting sekarang! Song Yuqi, aku mendapatkannya!"
TBC
______________
Gimana suka gak??? Suka dong, harus pokonya 😤
Bubai 👋