Double updete nih...😊
Esok Siang harinya, di RS.J. bella reeve.
"ok off, thanks atas informasinya" suara Tay mengakhiri bicara pada ponselnya, dan kemudian ditutupnya.
lalu ia melihat kearah bright yang sedang serius menyuapi ibunya makan.
sekilas tay melontarkan senyum, dan ia tak mau menganggunya. Karna itu tay hendak berbalik melangkah pergi,
tapi bright malah lebih dulu memanggilnya, "kau mau kemana, phi"
"aku pergi sebentar,"
"kemana?"
"nanti aku akan menjemputmu" jawab tay dengan sambil berjalan.
Bright memperhatikan sejenak, keanehan yang selalu nampak pada kakaknya. Tapi ia tak bertanya ataupun memikirkannya lagi.
karna tay sudah bergegas pergi keluar, ia pun juga usai menyuapi ibunya yang sudah habis 1 mangkok supnya. Bright tersenyum melihatnya.
Tak lama mild masuk kedalam ruang kamarnya, menyapa bright.
"wah, ternyata ada kemajuan pada ibumu ya" seru mild melihat mangkok makanan yang kevin pegang habis tanpa sisa "biasanya kalau makan siang selalu tidak habis" mild sedikit memberi komentar,
"ya tentu saja karna mae tidak mau mengecawakanku" ujar bright terkekeh.
Mild mendekati ibunya, yang masih berada diatas kursi roda. memeriksa bola matanya dengan menggunakan senter berbentuk pena yang ia keluarkan dari jas putihnya. "cukup baik" ucap mild.
"syukurlah..." jawab bright.
"semakin hari perkembangannya cukup baik" lanjut mild usai memeriksanya. Dilihat dari pergerakan matanya pun nampak membaik, beberapa kali berkedip dan merespon normal.
"sudah berapa lama kau kenal kakakku?" justru bright bertanya yang lain.
"tiga tahun belakangan ini, kenapa?"
"hem...apa kau menyukai kakakku" celetuk bright spontan. dan mild menoleh kearahnya "sorry kalau aku tanya seperti itu, aku tidak bermaksud mencampuri masalah pribadimu. tapi aku merasa kau selalu memperhatikan phi tay"
sejenak mild tertawa lirih, "kau lucu sekali,bright"
"apa.." bright malah tak mengerti.
"aku dan tay hanyalah teman..." jawab mild sedikit membohongi dirinya dengan mengatakan itu, "sudahlah, kau bisa berikan obat pada ibumu. karna aku harus melihat pasien lain"
"ya baiklah" jawab bright.
dan mild pun pergi meninggalkannya.
*
*
*
Pukul 20.30 malam itu mobil tay terpakir disebuah bar bernama foxland.
Tay mengajak bright masuk kedalam tempat itu. Tapi sebelumnya bright tidak tau tujuan tay yang malam itu datang ke tempat itu.
Tapi bright hanya mengikuti kakaknya, yang berjalan dibelakangnya. ruangan yang penuh dengan banyak orang.
seperti yang kita tau, Bar adalah tempat atau konter yang menyajikan minuman beralkohol seperti bir, anggur, likeur, dan koktail untuk diminum di tempat. sebuah musik yang terdengar membuat pengunjung disana merasakan relax. dan beberapa pria sedang bersenang-senang dengan beberapa wanita yang berpakaian sangat sexi.
bright makin tak mengerti mengapa tay mengajaknya ketempat itu, sama halnya seperti tempat diskotik. beberapa dari mereka terlihat tampak mabuk2an.
"tay..." suara seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian minim dan sexi datang menyambut tay dengan merangkulnya sekeliling bahu tay "sudah lama kau tidak kesini, aku sangat merindukanmu, tay"
"ya...sedikit sibuk. kau baik-baik saja sayang" Tay melepas tangan wanita itu dari rangkulan dilehernya. dan wanita itu mengangguk. "aku akan menemuimu nanti ya"
Tay meninggalkannya, dan melanjutkan langkahnya, yang masih di ikuti bright dibelakangnya. Bright merasa agak risih tay ternyata mengenal wanita tadi, yang menurutnya, wanita itu tidak baik....
tapi bright tak berkomentar hal itu.
dan seketika mereka terhenti saat tay menempati tempat duduk yang berada di pojok ruangan. Bright pun ikut mengisi bangku kosong dihadapannya.
"ternyata kau sering kesini,phi" ujar bright pada tay duduk saling berhadapan.
"ya tentu saja mencari kesenangan" jawab tay santai. Huff...bright hanya menghela nafas mendengar jawaban itu. Karna tak diduga tay memang seorang playboy.
Tak berapa lama dua gadis yang berbeda dengan masih menggunakan baju sexi dan cukup ketat dibagian roknya yang minim. datang menyapa tay dan bright. Dan Dihampiri tempat duduk mereka,
"hei, tay.." sapa mereka datang berebut ingin merangkul tay. cowok yang begitu mereka kagumi. dan membuat bright sedikit terheran melihat reaksi mereka.
"ya sayang..." ujar tay tentu saja membalas sapaan mereka itu. lalu kedua wanita itu duduk diantara mereka. pada dua kursi yang kebetulan kosong didekat keduanya.
"tay. Kapan kau mau berkencan denganku?" tanya seorang wanita yang berambut pendek lurus, berponi diatas dahinya,bernama lily ini. sedikit membelai pipi tay.
lagi-lagi itu membuat bright makin risih melihatnya. dan memilih untuk diam saja.
"jika ada waktunya nanti ya." jawab tay.
"apa kau tidak mau mengenalkanku dengan pria tampan ini" ujar wanita yang duduk disebelahnya berambut lebih panjang dan sedikit bergelombang. bernama sonia melirik pada bright.
"dia adikku, bright" jawab tay. Bright mendengus lirih sebenarnya ia tidak mau dirinya diperkenalkan pada mereka.
"oh, pantas saja. kalian berdua begitu mirip" ujar sonia sambil tertawa lirih "sama-sama tampan"
lily sedikit menggeser kursinya mendekati bright yang duduk disebelahnya. "hallo bright" sapa lily dengan suara yang cukup menggoda.
"ya hei.." justru bright merasa gugup. tidak terbiasa ada wanita yang seperti itu, mencoba merayunya. apalagi tangan lily mulai meraba-raba pipinya
bahkan lily makin mendekati wajah bright dan mendekati telinganya "aku lily...aku bisa melayanimu malam ini..jika kau mau." bisiknya. bright mendengar itu, sedikit gemetaran. dan telinganya terasa panas mendengar itu, "aku berikan harga murah...tapi kalau kau mau aku akan berikan gratis untukkmu" lily masih berbisik padanya. tangannya sedikit meraba dada bright yang berbentuk bidang.
"phi.." panggil bright berseru. ia tak tahan dengan godaanya itu.
Tay malah mentertawakannya raut wajah adiknya yang kelihatan gemetaran sepeerti itu, "sudah bersenang-senanglah." ujar Tay. yang kemudian malah beranjak dari duduknya dengan merangkul bahu sonia lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"hei phi..tay" panggil bright lagi. tapi tay tetap pergi. dan membuat bright jadi tertahan dengan wanita disana.
"sudahlah biarkan kakakmu pergi, kan sudah ada aku" lily kembali merayunya.
bright hanya mencibir kesal, dan berusaha menggeser tangannya itu darinya. tapi lily masih saja datang mendekatinya. Ia sama sekali tak tertarik dengan wanita, karna itu ia tak sedikitpun tergoda.
Sementara Tay dan sonia berpindah tempat duduk, memesan minuman pada waitress.
Dan tay hanya memesan minuman softdrink biasa. karna ia tidak mau mabuk malam ini.
"sonia.." panggil Tay.
"ya sayang.." jawab sonia begitu mesra.
"apa kau kenal dengan thirmoty veddly"
"kenapa kau tanya soal dia?" sonia seketika menarik tubuhnya dari sandaran bahu tay.
"ya aku mau tau tentangnya. beritahu aku" tanya Tay, sonia sedikit terdiam dan terlihat murung. "hei, aku ini kan wartawan. aku sedang cari informasi tentang dia, apa kau tidak mau membantuku?"
"tay...untukmu. apa sih yang tak bisa ku berikan" sonia sambil membelai pipinya. "aku hanya sedikit kesal saja dengan orang itu, kalau bisa kau harus masukan dia kepenjara kalau perlu hukum saja orang itu"
"ada apa?" Tay masih mengarah padanya. sonia menurunkan tangannya dari wajah tay. Dan jadi tak semangat.
"tiga hari yang lalu aku cek in dengannya. ia begitu kasar padaku tay, setelah mendapatkan yang ia mau. ia meninggalkanku begitu saja. tanpa memberikan uang sedikitpun. rasanya aku ingin sekali dia mati"
tay hanya geleng-geleng mendengar itu, hatinya jadi ikut kesal. "brengsek sekali orang itu" ketus tay "tapi kau baik-baik saja,kan"
"aku sudah biasa mendapat luka-luka ditubuhku,tay. dan itu tidak bisa kuhindari."
"sonia, kau dan lainnya janganlah terlalu mempercayai orang. banyak laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan tidak menghargai kalian" tutur tay sedikit khawatir dengan nasib mereka yang mencoba mencari uang untuk melanjutkan hidup.
"ya aku tau tay, tapi kau beda dari pria manapun," sonia hanya menanggapi hal biasa. padahal tay ingin ia bisa lebih hati-hati. "kalau kami tidak mengenalmu, masalah kami akan semakin berat. Hanya kau yang menghargai kami.
"ehm, lalu bagaimana pertanyaanku tadi?" tanya Tay kembali pada masalah dirinya.
"ya...aku akan memberitahumu hal yang penting." sonia lebih serius dengan pertanyaan tay. "jam 10 nanti, ia akan bertemu dengan seseorang digedung ini. kabarnya itu sebuah transaksi penting" bisik sonia, memelankan suaranya agar tidak ada orang lain yang mendengarnya.
Dan ia tau rencana itu saat ia berhubungan dengan pria brengsek itu, ia tanpa sengaja mendengar mereka berkomunikasi ditelpon.
"benarkah?"
"ehm, aku jelas mendengar rencananya.tay"
"lalu, bagaimana aku bisa masuk kesana" tanyanya.
"kau pergilah, kebelakang gedung ini. disana ada sebuah garasi yang bisa kau gunakan untuk masuk melewati tangga, tapi kau harus memanjat tangga itu untuk mencapai atas gedung ini. tangga itu tidak begitu terlihat. Karna berada disudut lorong" jelas sonia
Tay mendegarnya dengan seksama, dan sedikit berfikir. Menyimak arahan yang sedang dijelaskan sonia.
"ok...thanks" tay cukup mengerti dengan penjelasannya. ia pun berdiri dari duduknya.
"kau benar akan pergi kesana?" sonia masih memastikan Tay akan mendatangi orang itu.
"Ya, aku pasti akan membalaskan perlakuannya padamu. aku janji" ucap tay.
sonia tersenyum, "aku percaya kau pasti akan melakukannya untukku. berhati-hatilah, Tay"
Tay mengangguk, lalu pergi meninggalkannya. dan menuju tempat duduk bright kembali.
dan lily masih saja tak henti-hentinya mencoba merayu bright, padahal bright mencoba menghindarnya.
"sorry, ly...aku harus bawa adikku pergi" Tay datang. dengan menepuk bahu bright untuk berdiri.
"tapi tay, kami baru saja menikmatinya" ujar lily.
"lain kali aku akan mengajaknya lagi" jawab Tay "ayo bright"
Bright pun berjalan bersamaan dengannya, dengan tampak kesal bright menggerutu, "kau gila, Tay. lain kali aku tidak mau ketempat ini lagi" ketus bright. sambil berjalan keluar bar itu. menuju mobil mereka yang terpakir diluar.
Tay hanya tertawa sambil membuka bagasi mobilnya.
"ada pekerjaan untuk kita" bisik Tay. mengambil tas ransel yang berada dibagasi mobilnya.
*
*
*
Pukul 22.00 malam itu.
"10 juta dollar..." pria bertubuh gemuk dengan postur sedikit pendek, menghisap cerutu di mulutnya. pria ini yang bernama thimorty vaddly. Duduk bersama beberapa anak buahnya yang setia menemaninya.
ia tengah berbicara dengan fabian yang sejak tadi berada dihadapannya, dibatasi sebuah meja berbentuk bundar.
"ini barangnya" fabian meletakkan koper diatas meja. mereka akan saling menukar koper yang sudah disiapkan diatas meja itu.
uang yang cukup banyak, yang akan fabian terima darinya membuat. fabian tak sabar untuk segera menyelesaikan transaksi itu.
"Ha...Ha...Ha" suara tawa thirmoty yang besar menyertai suasana saat itu. "Aku suka kerja sama ini..."
thirmoty menyuruh anak buahnya untuk menaruh koper lainnya yang berisi uang, sudah disiapkan keatas meja.
saat mereka ingin saling bertukar tiba-tiba....
'PRannK....'
Suara pecahan kaca jendela terdengar sangat keras.
Mereka sungguh kaget dan terkejut mendengar itu, ternyata Tay dan bright menerobos masuk dari sebuah jendela.
Yang tiba-tiba langsung menyerang mereka.
Hanya saja bright belum begitu mahir dalam perkelahian jadi ia menggunakan sebuah tongkat ditangannya. Sebagai senjata yang bisa ia gunakan untuk melawan mereka, tapi beberapa kali juga kakaknya mesti membantunya.
Sedangkan thirmoty segera mengamankan koper miliknya begiti juga fabian untuk segera pergi ketempat yang aman.
Beberapa menit, Tay terus melakukan penyerangan pada anak-anak buah dari keduanya.
Tay masih bisa bertahan dan bisa mengalahkan mereka, hingga mereka jatuh terkapar. telah habis dibuat babak belur oleh Tay dan bright.
Kemudian tay beralih mengejar, thirmoty yang menjadi sasarannya sejak tadi.
Menahan kepergian thirmoti yang sudah seorang sendiri tanpa anak buahnya. Membuat ia lebih ketakutan, melihat tay yang menghadapnya.
"Sia..apa..kalian" tanya tirmoty dengan ketakutan, tay telah menghadangnya. Bright menyusul tay yang kemudian berdiri dibelakangnya.
"Kau tidak perlu tau siapa kami. Yang jelas kau dan yang lainnya adalah penjahat" ketus tay melayangkan tinjunya ke wajah thimorty beberapa kali hingga jatuh kelantai,
belum puas Tay menendangnya berkali-kali tubuhnya dan menghajarnya. Mengingat perlakuan kasar yang dilakukannya pada sonia, membuat Tay tak sedikitpun memberi kesempatan orang itu membalas. Dan terus diberi pelajaran hingga pingsan jatuh kelantai, dengan keadaan yang menyedihkan.
bright hanya diam pada posisinya, melihat kakaknya yang telah menghajar pria itu hingga jatuh dilantai tak sadarkan diri.
"Oh, jadi kalian berdua..orang itu" suara fabian terdengar, sesetiba muncul berdiri dibelakang mereka.
Tay dan bright pun berbalik menghadapnya,
"kalian...yang telah menggagalkan rencana kami selama ini?" Fabian masih berbicara.
Mereka belum menjawab hal itu, karna tay menangkap sosok wajah yang saat melihatnya Mendadak kepalanya berdenyut nyeri, sangat sakit seperti ada sesuatu yang menyerang kepalanya. Seakan-akan bayangan dimasa lalu muncul kembali dimemorinya...
"akhhh" keluhnya sekuat tenaga berusaha menahan rasa sakit kepalanya yang amat sangat.
"phi..." panggil bright, sempat bingung melihat kakaknya mengeluhkan kepalanya, sambil memegangi keningnya, "ada apa, phi"
Tay mendongak kembali, ketika rasa sakit itu menghilang secara perlahan. Tapi ia seperti baru saja melihat fabian dalam ingatannya, rasa sakit itu telah menunjukan seseorang yang hadir dalam masa lalunya.
"BRenngsek..." teriak Tay tiba-tiba, datang menghampiri fabian yang berdiri dihadapannya. Dan langsung menghantam wajahnya dengan tinjunya.
Bright tampak, terperangah melihat aksi Tay yang begitu berbeda dari sebelumnya.
Ia seperti melihat singa yang sedang menerkam mangsanya. Dan bright tak pernah melihat tatapan mata kakaknya semarah itu. Membuat dirinya sedikit takut melihatnya.
Tay terus menghajar fabian dengan kedua tanganya, walau fabian sempat memberi perlawanan. Tapi Tay lebih mengungguli dan membuat fabian tak bisa berkesempatan untuk membalas.
Sebisa mungkin, bright menahan emosi tay, dengan menarik kedua lengan tay dari tubuh fabian yang sudah terbaring habis babak belur dibuatnya, "phi, hentikan...kau bisa membunuhnya"
"Dia memang harus kubunuh...dia harus mati!!" Sentak Tay, berusaha melepaskan tangan bright yang sedang menahan dirinya.
"Hentikan,phi. kenapa kau harus membunuhnya?" Tanya bright.
Mendengar pertanyaan itu, tay terdiam sejenak, dan sedikit mereda tapi matanya masih menatap fabian yang sudah tak berdaya, dan fabian berusaha bangun dari jatuhnya, masih tersadarkan diri.
"dia salah satu orang yang telah membunuh keluarga kita" ucap Tay pada bright.
dan spontan tangan bright pun melepas pegangan tangannya dari tay.
"dia orang itu. orang yang telah datang menghancurkan keluarga kita" Tay memperjelas dengan mununjuk kearah fabian.
"apa ? Apa kau..yakin" suara bright terbata-bata, menjadi kikuk ketika mendengar salah satu pembunuh dari apa yang tay katakan.
Tay terdiam, dan masih mengarah pada fabian perlahan melangkah padanya.
Sementara fabian yang sudah terluka parah. agak bingung dengan ucapannya itu, "ka..lian siapa?" suara fabian terengah-engah. sambil sedikit melangkah mundur, ketakutan.
tapi Tay tetap melangkah kearahnya. "kau telah membunuh keluargaku" ucap Tay setengah berteriak. "apa kau ingat...?"
"aku...aku tidak tau apa yang kau maksud ?" sela fabian.
"kau ingat vikhokratana" Tay memelankan suaranya sesaat, "apa kau ingat keluarga vikhoratana...kau ingat john vikhoratana?!"
Tay terhenti dalam langkahnya saat jaraknya sudah dekat dengannya. dan nama itu membuat fabian ingat kembali....
"ja...di kalian" suara fabian sedikit gagap dan gemetaran melihat pada mereka
"kami putra john vikhrotana yang kalian bunuh 20 tahun yang lalu" kali ini bright ikut bicara dan juga mengarah padanya.
fabian begitu terbelalak mendengar itu, ia tak mengira akan jawaban itu. "jadi kalian ingin balas dendam padaku?" ujarnya. tapi fabian justru malah tertawa, ia bahkan tertawa terbahak-bahak.
Membuat Tay dan bright semakin fokus pada dendam mereka. Apalagi melihat fabian tertawa dengan begitu senangnya.
"tidak semudah itu kalian membunuhku. seharusnya 20tahun yang lalu aku juga menghabisi kalian, karna ayah dan keluarga kalian memang pantas mati" ujar fabian disela tawanya.
"brengsek kau!" geram Tay betapa panas telinganya mendengar hal itu, ia melayangkan tinju kerahangnya hingga fabian terpental kelantai
bright juga saat itu tak lagi menahan kakaknya dalam menghajarnya. Membiarkan tay melampiaskan amarahnya yang mendalam.
"katakan siapa orang dibalik semua rencana kalian untuk membunuh keluargaku, katakan!?" tay kembali berteriak pada fabian dengan menarik kerah kerah jasnya untuk kembali berdiri.
fabian malah kembali tertawa, "kenapa kau tidak bertanya dimana mayat-mayat mereka semua ketimbang menanyai orang yang membunuhnya" ujar fabian, Tay terdiam sejenak ia merasakan tubuhnya lemas sesaat setelah mendengar itu, "kalian tau kepala ayah kalian cocok dijadikan hiasan pajangan dirumah kami" lanjut fabian. tangan Tay menjadi lemas, gemetar, dan serasa sulit digerakan.
bright justru merasa fabian sedang mencoba mengendalikan perasaan tay saat ini, yang membuat dirinya tak berdaya dengan perkataannya.
"phi...jangan dengarkan dia. bunuh saja dia" seru bright tak mau dengar fabian terus mengoceh menghina keluarganya. "phi, kenapa kau diam"
Tay masih berdiri pada posisinya, melemah seketika terpancing perasaan yang kala menginggat keluarganya kembali.
"ayo bunuh aku, buktikan pada ayahmu. kalau kau seorang pembunuh" bisik fabian semakin memancing amarah Tay, "kenapa diam, kau takut ayahmu akan memarahimu, ayo bunuh aku. Apa kau tidak sanggup membalaskan dendam keluargamu, asal kau tau keluargamu memang pantas mati!!!" fabian tertawa besar berseru melihat Tay yang malah tertunduk.
dan sesaat
'Doorr...!'..
suara tembakan pun terdengar nyaring, menggema keseluruh ruangan mereka saat itu.
Tay spontan mendongak dari tunduknya, melepas pegangan tangannya dari kerah jas fabian, karna sesaat fabian terkulai jatuh kelantai, dengan luka tembak tepat dikepalannya. darah segarpun langsung mengalir mengenangi lantai disana.
arah tembakan itu, bukan dari pistol yang dimiliki Tay, bahkan Tay belum melakukkan apapun.
Melainkan dari seseorang dibelakangnya.
dan Tay berbalik kebelakang mengarah pada bright, yang ternyata melihat adiknya mengangkat senjata api ditanganya.
Tangannya gemetaran, tubuhnya menjadi kaku, dan air matanya justru menetes. melihat itu, perlahan Tay menghampirinya.
ia tak mengira, adiknya yang akan mengakhiri semua itu.
Tangan Tay perlahan mengambil pistol yang masih dipegang bright, tangan yang terlihat gemetaran dan wajahnya menjadi pucat.
"dia pantas mati, phi" bisik bright,
"iya dia pantas mati," ucap Tay sangat tersudut dengan suasana seperti itu, ia juga tak mau bright merasa bersalah dengan apa yang ia baru saja lakukkan.
Bahkan Tay membersihkan pistol yang dipakai bright pada ujung kaos yang ia kenakan, agar sidik jari adiknya tak menempel disana.
kemudian membuang pistol itu kearah mayat fabian. Agar polisi menduga mereka yang ada ditempat itu, saling membunuh.
'ini pertama kalinya bright, memegang senjata yang tidak pernah ia ketahui betapa menyakitkan benda itu. aku selama ini sudah berusaha agar ia tak pernah mengenal berbagai kejahatan dikehidupanya. tapi malam ini karna aku lemah membuatnya harus mengahiri semuanya'
****
To be Continue...