BEAUTY & BEAST

By chocofitbar

2.7K 178 12

INGAT INGAT NAMANYA BIAR GAK LINGLUNG NTAR!!! CAST Luhan EXO as Leonardo Hougwich Kris EXO as Kevin Wu Lay EX... More

PROLOG
part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
BLACK PEARL
Part 25
Part 26
Part 27
Part 29
Part 30
Part 31
[FINAL CHAPTER]1.1
[FINAL CHAPTER] 1.2
EPILOG

Part 28

10 0 0
By chocofitbar

****

Hari terasa begitu cepat berlalu. Langit sudah berubah menjadi merah seperti bunga mawar. Angin berhembus sejuk mengiringi berakhirnya hari. Suara burung yang berterbangan menjadi lagu pengiring terbenamnya matahari.

Leo berdiri didepan sebuah nisan batu pualam putih dengan kepala yang tertutup oleh tudung jaketnya. Dia belum pernah ziarah ke makam Amy, bahkan di hari pemakamannya. Ini adalah kali pertamanya Leo berdiri di depan nisan Amy yang berdiri kokoh di tengah-tengah sebuah pemakaman lokal.

.

Amelia Rebecca Katterhart

1965-1983

.

Tulisan nama lengkap Amy terukir di atas batu pualam putih. Sebenarnya, Leo baru tahu kalau nama tengah Amy adalah Rebecca. Dia tidak pernah tahu sebelumnya. Mungkin karena dia tidak pernah bertanya.

Leo menyesali karena tidak bisa membawa apa-apa sekarang. Dia tidak sempat membeli bunga untuk ia letakkan di makam gadis yang pernah ia cintai. Dia ingin sekali membawakan bunga lily putih. Karena dia tidak akan pernah lupa dengan bunga langka yang menjadi kesukaan Amy.

Matahari semakin turun dan mulai terbenam di balik awan. Namun Leo masih betah dengan posisinya yang berdiri diam menatap makam Amy. Udara juga semakin dingin seiring berhembusnya angin. Tapi Leo sama sekali tidak memperdulikannya. Dia masih ingin tetap berada diposisinya sekarang ini. Entah sampai kapan.

.

"Kerabatmu?" Tanya seorang perempuan. Perempuan itu berdiri tidak jauh dari Leo, mengenakan jubah merah marun dan tudung yang menutupi kepalanya. Dia sangat cantik dengan kulitnya yang putih seperti salju dengan pipi yang kemerahan. Rambutnya– yang meskipun tidak sepenuhnya terlihat– pirang dan diikat rendah.

"Ah.. Bukan. Dia temanku," jawab Leo cepat. Dia kaget, sebenarnya saat melihat seorang perempuan tiba-tiba muncul.

Perempuan itu membuka tudung mantelnya. Menunjukkan seluruh wajahnya yang sebelumnya tertutup sebagian. Bulu matanya lentik. Warna matanya kehijauan seperti batu emerald, terlihat indah saat warna langit yang semerah mawar terpantul dimatanya. Dia tersenyum, membuat bibirnya yang tipis semakin terlihat sipit.

"Teman biasa? Teman dekat? Atau pacar?" Kata wanita itu terdengar ramah.

"Teman dekat," jawab Leo singkat.

Perempuan itu menaikan dagunya seolah paham. Jika dilihat dari penampilannya, dia terkesan sangat old fashion. Dia mengenakan dress hitam berlengan panjang dengan rok pendek lebar yang sangat kontras dengan warna kulitnya dan sepatu berheels 4 senti berwarna hitam seperti orang zaman dulu.

"Jangan terlalu larut dalam kesedihan," ucap perempuan itu menasihati.

Dari mana dia tahu kalau Leo sedang sedih?

"Aku pernah merasakan kehilangan yang lebih parah dari rasa kehilanganmu pada gadis ini."

Leo masih tidak mengerti kenapa perempuan itu berbicara seperti itu padanya. Bagaimana dia tahu kalau Leo sedang merasa kehilangan.

"Apa penyebab kematiannya?" Tanya perempuan itu.

Sebenarnya, Leo tidak ingin bilang apapun pada perempuan asing ini. "Dia... mengorbankan nyawanya demi ayahnya dan aku."

"Dia meninggalkan amanat, bukan?" Kata perempuan itu.

"Eh?" Ucap Leo spontan.

"Jika dia tidak meninggalkan amanat apapun, dia tidak mungkin rela mengorbankan nyawanya," ujar perempuan itu seakan tahu.

Leo hanya diam dan perempuan itu langsung tahu kalau dia benar.

"Kau pasti punya penyesalan besar sampai wajahmu seperti itu," kata perempuan itu lagi. Dia memandangi batu nisan Amy dan tersenyum untuk sekali lagi. "Amelia Rebecca Katterhart. Lahir 1962 dan meninggal 1983. Baru meninggal rupanya."

"Aku membuatnya sedih," gumam Leo yang dari tadi terus memandangi nisan Amy dengan ekspresi penuh kesedihan dan penyesalan.

"Pardon?" Ucap perempuan itu yang tidak bisa mendengar jelas ucapan Leo yang terbilang pelan.

"Aku salah paham padanya dan marah padanya di hari kematiannya. Dia meninggal dengan perasaan sedih karena aku membencinya," ujar Leo. "Itu yang membuatku menyesal."

"Terkadang benci bisa menutupi cinta, dan cinta sudah buta hingga kau tidak bisa merasakan apa-apa. Aku pernah melakukan hal yang buruk karena rasa benci akibat cinta yang buta," kata perempuan itu.

"Aku mencintai seorang pria, tapi pria itu mencintai gadis lain. Aku sangat membenci gadis itu. Sampai akhirnya aku melakukan hal terburuk dalam hidupku. Dalam pikiranku saat itu adalah menghancurkan hidup gadis itu dan membuatnya menyesal karena membuat pria yang kucintai jatuh hati padanya.

"Saat itu, tindakkan ku sudah kejam. Namun gadis itu membalas dengan tindakkan yang lebih kejam, bahkan teramat kejam. Dia membuatku kehilangan keluargaku." Dia berhenti. Perempuan itu menarik nafas panjang sebagai tanda ceritanya sudah selesai.

"Aku bisa mengerti perasaanmu," kata Leo mencoba memahami perasaan perempuan yang ada disampingnya. "Aku akan menghadapi sebuah perang besar saat gerhana bulan nanti. Amy ingin aku belajar dari ayahnya agar bisa memenangkan peperangan itu."

Awalnya, Leo mengira hidupnya sudah cukup menyedihkan dan penuh penderitaan secara batin. Namun hari ini dia bertemu dengan orang yang jauh menderita dari padanya. Dia seharusnya bisa belajar dari kesalahannya, bukan menyesalinya.

"Lakukan yang dia ingin kau lakukan. Setidaknya itu bisa menebus kesalahanmu padanya," kata perempuan itu. "Dia tahu hal yang terbaik untukmu. Itu sebabnya dia berani mempertaruhkan nyawanya sendiri."

Perempuan itu mengeluarkan suatu dari balik jubahnya. Setangkai bunga Lily berwarna putih bersih seperti salju dan memberikan bunga itu pada Leo.

"Berikan ini untuknya. Dia pasti senang," ucapnya seraya memberikan bunga itu pada Leo.

Dengan senang hati, Leo menerima bunga itu. Dia letakkan bunga langka itu di atas batu nisan Amy. Leo terlihat puas dan senang saat bunga yang cantik dapat menghiasi batu nisan itu. Setidaknya dia bisa memberikan bunga itu untuk terakhir kalinya.

"Terima kasih."

Leo berpaling lagi, berniat untuk berterima kasih pada perempuan asing yang sudah memberinya pencerahan. Namun perempuan itu sudah menghilang seperti hantu. Leo melihat sekelilingnya namun perempuan itu tidak terlihat lagi. Hilang begitu saja.

****

Pagi sudah datang. Hari yang baru menyambut para Wolf Boys yang sudah berkumpul di ruang serba guna sekolah yang sengaja dikosongkan oleh Pak Jim. Perang tinggal 2 hari lagi. Para Wolf Boys semakin tegang dan takut.

Kevin terlihat kurang baik pagi ini. Semalaman dia tidak bisa tidur. Banyak hal yang ia pikirkan dan itu mengganggu otaknya. Dia begitu gelisah dan stres sehingga kurang tidur.

Hal pertama adalah masalah perang nanti. Jika tidak adanya bulan akan mempengaruhi kekuatannya berubah, itu artinya dia tidak punya kekuatan apapun untuk melawan vampire. Fleur sudah keluar dari tubuhnya membawa kekuatan Flight. Lalu, kemampuan untuk berubah menjadi serigala raksasa tidak bisa ia gunakan saat gerhana bulan. Dia benar-benar tidak mempunyai kekuatan apapun lagi. Kalaupun dia ingin Fleur kembali, dia tidak bisa melakukan itu karena dia sendiri tidak tahu dimana Fleur sekarang.

Yang kedua, belum adanya kabar dari Leo yang menghilang. Sudah lebih dari 3 hari Leo hilang, namun tidak ada kabar sama sekali tentang jejak keberadaan Leo. Mungkin Leo tahu banyak tentang rencana Minho, tapi lagi-lagi, Leo sendiri entah dimana sekarang. Pak Jim pun sudah pasrah dengan hilangnya Leo. Tapi jika Leo ternyata ada di tangan musuh, mungkin anak itu sudah diambil kekuatannya oleh Minho, atau bisa jadi yang lebih parah lagi.

Hal ketiga yang masih saja mengganggu pikiran Kevin adalah Jessica. Dia sangat penasaran kemana gadis itu pindah sekolah. Mungkin Jessica pergi ke sekolah di kota London. Tapi kenapa gadis itu sama sekali tidak bilang, bahkan pada Kevin ataupun Victoria. Apa sebegitu sakitnya hati Jessica sehingga dia langsung pergi tanpa ingin Kevin tahu?

Tiga hal penting itu sangat menggangu pikiran Kevin yang terkadang membuat Kevin tidak bisa fokus. Dan pagi ini dia sudah ditegur oleh Francis dan Mike yang menyadari hal tersebut.

"Kau kenapa?" tanya Edison yang menyadari ada yang berbeda dari sahabatnya.

"Eh? Tidak. Aku tidak apa-apa. Hanya kurang tidur," ujar Kevin setengah berbohong.

"Ah, jangan bohong! Kalau tidak ada apa-apa, mukamu tidak akan sepucat itu. Jujur saja!" Edison bisa melihat kebohongan dari kedua mata Kevin yang seakan berbicara. Dia mendorong agar laki-laki yang lebih tinggi berberapa senti darinya itu untuk berkata jujur.

"Hmm.. Aku akan cerita padamu, tapi tidak sekarang," kata Kevin. "Setelah ini, akan ku ceritakan padamu."

"Baiklah kalau gitu. Ada yang ingin ku ceritakan juga padamu," kata Edison ungkapan setuju. Dia dan Kevin mencoba untuk melupakan percakapan mereka semenit yang lalu untuk sesaat.

Pintu ruang serba guna terbuka dan menimbulkan suara yang cukup keras. Pak Jim masuk dengan diiringi Mr. George dibelakangnya. Wajah tua itu terlihat sedang buru-buru. Dia mempercepat langkahnya menuju segerombolan anak yang berdiri di tengah-tengah ruangan. Dia terlihat panik yang bisa terbaca dengan mudah dari setiap kerutan yang ada di wajahnya.

"Aku sudah memikirkan sebuah tindakkan untuk mengantisipasi gerhana bulan," kata Pak Jim yang langsung berbicara bahkan tanpa salam pembuka. "Kalian akan bersembunyi pada saat gerhana bulan terjadi. Kita memang tidak bisa menunda Minho yang akan tetap menyerang di malam gerhana bulan. Tapi pada saat itu terjadi, Minho tidak akan pernah menemukan kalian."

"Alex akan membawa kalian berteleportasi ke tempat yang jauh dan aman," kata Mr. George melanjuti.

"Aku, pak?" Kata Alex memastikan lagi.

"Ya. Sekolah akan diliburkan sehingga tidak akan ada yang terluka saat Minho menyerang sekolah. Kita akan memulai perang secara resmi di pagi hari sebagai tindakkan lanjutan," ujar Pak Jim.

"Kemana kita harus sembunyi, Pak?" Tanya Francis.

"Sejauh yang bisa Alex jangkau. Ku tegaskan, jangan di sekitar Inggris. Pergilah ke tempat yang lebih jauh. Kalu perlu sampai ke luar negri. Ke negara yang jauh. Cina, Korea, Amerika, Indonesia atau bahkan Australia. Yang penting tempat itu sama sekali tidak bisa dijangkau Minho."

"Kapan kita harus pergi, pak?" Tanya Francis lagi.

"Bereskan barang kalian. Karena malam ini juga kalian harus pergi."

Continue Reading

You'll Also Like

22.9K 1.3K 63
πŸ–€Romantic Adult Obsession❀️ πŸ”ž Warning,,‼️Harap Bijak dalam membaca,, konten mengadung Unsur Dewasa/Kekerasan... Anak Kecil skip dulu,, Dosa tanggun...
3.3K 271 8
Bangtan Detektive, sebutan untuk ketujuh cowok ganteng. Terdiri dari sekumpulan manusia yang gantengnya ngga rasional, berprofesi sampingan sebagai d...
4.3M 54.3K 7
"Jilat aku, aku menginginkannya! Bagian bawahku juga! Aku ingin merasakan mulutmu di sana, cantik." ------------- Sejak mempunyai kekuatan membaca pi...
3.3K 381 24
"siapa psikopat yang sebenarnya?!" "bunuh mereka! atau lo yang gue bunuh!" start: 6 November 2020 end : ---?