Malam itu mereka isi dengan acara pada umumnya, ngiterin api unggun besar sambil gitaran nyanyi-nyanyi dan duduk di atas pasir pantai. Josh sama Radit gantian kebagian pegang gitar, lalu Juna dan Jihan gantian bagian vokal. Sesekali Lintang sama Gufron juga ikut sumbang suara, meskipun lebih banyak ketawanya kalo bagian mereka.
"Gue dong gue!" Kata Wicak percaya diri, mau nyanyi ceritanya.
"Lagu apa?" Tanya Radit siap untuk menggenjreng gitarnya, lalu Wicak nyengir sebelum menjawab. "Semua Tentang Kita dong, Peterpan peterpan!" Pintanya, Radit langsung ngakak.
"Anjir, dikira lagi perpisahan SD." Guraunya, lalu disambut gelak tawa yang lain. Tapi akhirnya digitarin juga, malah sekarang semuanya ikutan nyanyi. Malam itu kerasa hangat dan damai, karena untuk pertama kalinya mereka ada di luar kampus dan ngga mikirin proker atau sekedar pelarian. Beneran untuk liburan, beneran untuk healing.
"Gue jadi kangen, biasanya Wahyu ya udah berisik." Kata Josh, Kia dan Nayla disampingnya mengangguk setuju.
"Iyaya, tau-tau udah makin berisik aja kalo dia nyanyi." Kia agaknya sekarang kangen sosok itu, tapi dalam konteks kehadirannya di BEM sebagai teman. Kabarnya gimana di sana pun Kia ngga tau, yang lain juga ngga tau.
"Ayok semuanya! Apapun yang terjadi, Ku 'kan selalu ada untukmu~" Gufron memimpin keramaian setelah berganti lagu. Yang lucu adalah waktu masih belum kuliah, sebagian dari mereka menertawakan lagu ini soalnya pasrah banget liriknya. Tapi pas kuliah, mereka tau pada akhirnya takdir yang memutuskan mau sekeras apa pun kita berusaha. Manusia berencana, Tuhan menentukan. Pada akhirnya, ya sudahlah. Kuliah ngga seenak dan segampang di sinetron
"Yo, yo, satu dari sekian kemungkinan. Kau jatuh dan tanpa ada harapan..." Nando yang dari tadi diem-diem aja tiba-tiba mengisi bagian rapp. Lintang memimpin sorakan, lalu sesaat kemudian berisik oleh canda tawa.
"Gue mau di dalem aja deh, sorry yak." Kata Gamal yang baru beberapa saat datang dan duduk, udah berdiri lagi dan pamit. Kia menatap punggung Gamal yang semakin menjauh. Nayla dan Nita kompak menyikut Kia pelan di kiri kanannya. Nita memberi isyarat dengan lirikan mata, nyuruh Kia buat nyusul Gamal. Mereka pasti butuh waktu berdua, dan anak-anak ngerti.
Kia langsung berjalan menyusul pacarnya yang terlihat baru aja memasuki vila. Nayla yang hendak bergeser mengisi tempat Kia ditahan Nita. "Hah kenapa?" Bisik Nayla, Nita menggeleng dengan tatapan memohon.
"Di sini kosong ya?" Tanya Ezra, secara tidak langsung menjawab pertanyaan Nayla. Cewek itu tersenyum jahil.
"Kosong Zra."
"Oke." Kata Ezra dengan menyamankan diri duduk di samping Nita. Udah smooth gitu, Nayla nyeletuk. "Oh udah pinter ya Nita modusnya." Jihan menahan tawa karena ngerti dan dari tadi merhatiin.
"Nayla maaah." Dumel Nita malu, Ezra meliriknya lalu merangkul pacarnya itu sambil mengusap lengannya. "Dingin?" Bisik Ezra mengalihkan. Nita tersenyum lalu menggeleng dan membiarkan aroma parfum Ezra memenuhi indera penciumannya dalam jarak sedekat ini.
Di dalam vila, Kia duduk dengan sejumlah perasaan ragu dalam hati. Bersamaan dengan itu, suara Gamal bolak-balik kamar mandi terdengar lewat bunyi flush. Pasti Gamal sakit banget deh perutnya, Kia nyesel beneran ngga nyegah tadi siang. Emang gini deh jeleknya Gamal sama Kia kalo udah berantem tuh, perang ego. Mereka harus mulai deh nanggepin segala masalah dengan lebih dewasa, ngga bisa gini terus.
Kia nungguin Gamal kok ngga balik-balik buat keluar vila atau jalan ke ruang tengah, waktu denger suara langkah kakinya kayaknya Gamal jalan ke dalem kamar deh. Dengan mengumpulkan keberanian dan kesabaran, Kia ke kamar buat ambil obat sakit perut di kotak persediaannya lalu menyusul Gamal setelah membawa segelas air putih dan satu botol minyak kayu putih.
"Ugh." Kedengeran suara erangan Gamal yang lagi rebahan membelakangi pintu. Kia berjalan pelan-pelan memasuki kamar, lalu menaruh gelas dan obatnya di meja. Kia yakin Gamal denger, tapi sama sekali ngga mau berbalik.
"Gamal." Kia nyerah akhirnya, terus menggoyangkan bahu pacarnya pelan.
"Nggh."
"Masih sakit perutnya?" Tangan Kia bertengger di pundak Gamal seraya duduk di pinggir kasur, berharap cowok itu berbalik. Hampir satu menit ngga ada jawaban, Kia mikir Gamal mungkin mau tidur atau mungkin lagi marah balik dan ngga mau ngaku sakit. Jadi ya udah, Kia lepasin tangannya dari sana terus-
"Masih." Gumam Gamal dengan nada manja, Kia menghembuskan napas lega. Lalu diam-diam mengukir senyum, Gamal emang bisa manja kalo depan Kia doang. Gamal berbalik, kemudian menatap Kia dengan tatapan ngambek sambil memajukan bibir.
"Maaf yang." Kata Kia sambil mengusap dahi Gamal, di sana menetes bulir keringat dingin. Kia mau nangis ih jadinya, Gamal malah jadi sakit.
"Maafin aku juga ya." Kata Gamal sambil memeluk pinggang Kia, masih dengan posisi rebahan.
"Alright, jangan diulang!"
"Iya, aku ngga akan ngelarang kamu pake-"
"Jangan nekat makan pedes kayak gitu ah! Udah tau kamu perutnya ngga kuat!" Omel Kia, Gamal terkekeh lalu berusaha untuk duduk dan bersandar ke headbed.
"Kamu marah tuh sebenernya gara-gara apa? Coba jelasin." Gamal akhirnya membuka pertanyaan.
Abis dari pas baikan (ceritanya) tuh, Kia sama sekali ngga ngomong apa-apa di mobil dan selama perjalanan ke hotel. Gamal padahal minta maaf udah, Kia ngangguk doang. Terus sikapnya dingin tapi care. Tetep ambilin minum, tetep nawarin permen, tetep ngarahin jalan juga pake gps. Justru menurut Gamal, itu marah yang serem banget karena ngga ketebak kenapanya dan Kia ngga mau jelasin. Artinya, Kiani Almira lagi marah banget. Gamal mendingan dibentak-bentak terus Kia nangis tapi dipeluk kelar deh.
"Aku malu tau sama anak-anak, sama yang lain juga. Ngerasa kayak baju aku tuh vulgar banget, terus kamu seakan ngumumin ke semua orang begitu." Air mata Kia menetes, inget betapa malunya. Ngga enak juga sama Nayla dan yang lain karena emang janjian pake baju itu. "Aku juga ngga mau kamu dipandang jelek sama orang Gam, ngga boleh." Lanjut Kia sambil sesegukan.
Gamal makin sakit dengernya, bahkan ketika Kia punya sakit hati, Kia masih bisa mikirin pandangan orang lain terhadap pacarnya.
"Sayang, maaf ya." Ujar Gamal lembut, terus memeluknya dari samping dan sesekali mengecupi bahunya. "Maaf aku udah marah-marah. Maaf udah bikin kamu malu." Kia malah makin nangis dengernya ngga tau kenapa.
"Yang, ssh udah dong." Gamal merangkul Kia lalu mengusapi lengannya berusaha menenangkan. "Almira, cantik, udah ya. Maaf." Bisiknya, Kia berusaha menetralkan napasnya dan menenangkan diri.
"Janji, aku ngga gitu lagi." Kata Gamal waktu Kia mulai tenang. Kia menoleh ke arahnya lalu mengangguk, Gamal tersenyum lalu mencium pipinya lama.
"Masih sakit?" Gamal mengangguk. Tangan Kia sekarang sedang mengambil satu kapsul obat sakit perut dan mengambil air. Sementara dagu Gamal bertengger manja di bahu Kia.
"Bangun dulu, diminum." Titah Kia, Gamal menegakan posisi duduk dan meminum obatnya.
"Udah ngga anget ya airnya?" Tanya Kia kecewa, Gamal mengangguk sambil meneguk airnya. Kia mendesah kecewa.
"Tuh kan, ya udah sini aku balurin perutnya." Gamal langsung panik, keliatan dari mukanya yang memerah. Tapi ngga mau nolak rejeki.
"Uh? Oke."
Waktu Gamal mengambil posisi rebahan dan Kia meneteskan minyak kayu putih ke tangan, dua orang yang sejak tadi memperhatikan dari ruang tengah, langsung memalingkan wajah. Sejak sekitar setengah jam lalu, Wicak sama Sania udah kembali ke dalam vila dan menonton televisi di ruang tengah karena anginnya mulai dingin.
"Seru yak?" Tanya Wicak sambil mengambil segenggam kacang dari toples.
"Apaan?" Sania heran.
"Sinetron." Kata Wicak dengan wajah datar, Sania memperhatikan televisi malah sedang menayangkan berita. Keduanya lalu tertawa dan buru-buru meredakan tawanya karena takut terlalu berisik.
Satu per satu anak-anak mulai kembali masuk ke dalam vila, disusul dengan pasangan di paling belakang.
"Beneran cuma satu?"
"Iya ay, emang cuma satu." Jawab Nita untuk entah ke berapa kali, Ezra menelan ludah.
"Kamu sendiri, beneran cuma satu? Putusnya bener dari SMA?" Todong Nita balik, Ezra menghembuskan napasnya lelah.
"Iya, cuma satu. Putusnya ngga baik-baik." Jawab Ezra setengah menyindir, Nita menggembungkan pipinya tak suka dengan jawaban itu.
Ini berawal dari Adam sih, tadi kan mereka semua main truth or dare setelah memutuskan menjauh dari bibir pantai karena angin dan ombak yang makin malam makin besar. Terus waktu Nita yang kena, pertanyaannya malah soal mantan.
"Mantan lo ada berapa Nit? Hayooo." Ezra menanti, karena belum sempet nanya juga dan anggep itu cuma masa lalu dan privasi.
"Satu."
"Hah? Ah bohong." Kata Juna tidak percaya, Jefry juga mengangguk setuju.
"Beneran, cuma satu." Jawab Nita jujur, Ezra agak bersyukur tapi kalo sampe cuma satu kan memorable banget ya.
"Putusnya kenapa?" Tanya Lintang, mengorek informasi karena penasaran.
"Dia pindah ke luar negeri, baik-baik sih putusnya." Jawaban Nita yang kelewat polos itu, mau ngga mau menyulut rasa cemburu dari Ezra.
Ezra ngga masalah mau mantannya banyak juga, tapi ini udah cuma satu, putusnya baik-baik lagi kan pusing ya. Kalo ketemu lagi apa bakal balikan? Apa akan ada cinta lama bersemi kembali? Ezra auto insecure jadinya. Ezra udah pernah cerita kalo soal mantannya dulu, putusnya gara-gara pacarnya selingkuh jadi Nita agak tenang.
"Kamu mau tidur?" Tanya Ezra waktu mereka sampai ke depan vila. Nita melirik sebentar ke kakinya yang bertabur pasir, juga memandang dress cantiknya yang ia pinjam dari Kia. Padahal niatnya mau jalan-jalan malem ini, tapi mood keduanya rusak.
"Iya."
"Oke."
Nita makin kesel denger Ezra jawab gitu, jadi jalan masuk ke kamarnya sambil menghentakan kaki. Waktu Nita masuk kamar dan hendak membanting pintu, sudah ada Kia di dalam sedang memainkan ponselnya sambil senyum. Matanya sembab, tapi bibirnya senyum-senyum terus. Tandanya udah baikan. Nita makin bete jadinya, temennya baikan ini Nita malah perang dingin.
"Ombaknya gede ngga di lu-"
"Gede!" Jawab Nita setengah mengomel sebelum masuk ke dalam kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi.
"Idih, kenapa kamu?" Tanya Kia setengah berteriak, tapi malah mendengar suara air dan suara sikat gigi. Kia ngga mau ambil pusing deh, nanti aja kalo mau tidur dan ada kesempatan baru ditanya. Atau bisa besok pagi, tidur lumayan buat meredakan emosi soalnya.
☀☀☀
Jam segini anak-anak belum bangun, semalem anak-anak cowok milih buat ngelanjutin malam dengan ngemil dan main. Ruang tengah aja masih berantakan sama kartu, juga dengan anak-anak cowok yang goleran sembarangan. Kamar yang isinya anak cowok semalem berarti cuma kamar Gamal, Ezra sama Radit aja. Sisanya diisi sama anak cewek berdua-berdua. Ezra milih buat melipir dan tidur aja. Semalem mood nya jelek soalnya. Untung bisa dibawa tidur.
"Pagi, Zra." Sapa Sania yang udah siap dengan celana training nya. Ini cewek beneran mau jogging perkara bakso setengah mangkok.
"Morning." Balas Ezra dengan nada malas, beneran ngga mood buat ngobrol sama siapa-siapa dulu.
Wicak sama Sania semalem udah ngobrol soal ini, mukanya Ezra sama Nita waktu masuk vila tuh sama-sama kusut. Setelah mengorek informasi dari Lintang, katanya mereka marahan gara-gara main ToD.
"Zra, beliin sarapan dong." Kata Sania sok ide sambil mengikat rambutnya. Ezra menoleh malas, lagi bete malah dimintain tolong. Tapi namanya Ezra, tetep nanggepin.
"Beli apa?"
"Nasi uduk apa bubur gitu. Rencananya semalem tuh mau masak nasi goreng, tapi kan kemaren ngga ada yang makan nasi" Sania sekarang sedang mengikat tali sepatunya. "Ntar bangun pasti pada laper anak-anak."
"Sendiri nih gue?" Tanya Ezra heran, Sania mengangkat bahunya tak acuh.
"Ajak siapa kek gitu, kunci mobil Dhika ada di lemari kunci. Gue mau jogging." Kata Sania sambil berlalu, dan memulai olahraga paginya. Ezra menghembuskan napasnya kasar, males sebenernya apalagi sendirian. Mau ajak siapa coba, orang masih pada tidur.
Lagi mikir gitu, Ezra ngedenger suara jeburan air di kamar mandi. Terus waktu liat sosok yang keluar dari sana, tanpa pake kacamata pun Ezra tau banget itu siapa. Satu ide akhirnya terlintas di otaknya. Jadi Ezra berjalan menuju depan kamar Nita dan Kia.
Tapi pintu kamarnya keburu ditutup.
Karena kalo ngetok pintu nanti malah bangunin yang lain, Ezra harus mikirin cara lain. Ezra melangkah menuju teras belakang dan benar dugaannya kalo jendela kamar Kia dan Nita terbuka. Jendelanya terlalu tinggi, jadi Ezra meloncat-loncat untuk menarik perhatian pacarnya.
"Ay." Panggil Ezra.
"..."
"Ay, psst psst."
"..."
"Nita!" Panggil Ezra agak keras, namun pacarnya belum muncul juga.
"Niit sst sst!" Panggil Ezra lagi, akhirnya Nita menghampiri pinggir jendela juga. Jadi Ezra bisa berhenti meloncat dan mengatur napasnya hingga stabil. Bibir Nita tampak melengkung ke bawah, liat Ezra bawaannya jadi bete lagi. Antara malu udah ngambek, sama marah yang masih sedikit tersisa.
"Apa?"
"Temenin aku beli sarapan yuk." Ajak Ezra, Nita menimbang-nimbang dalam hati.
"Sama yang lain aja."
"Belum pada bangun, Sania lagi lari." Nita memainkan bagian bawah dress nya semalam dengan jari, kepalanya menunduk bimbang. Saking betenya semalem sampe langsung tidur ngga mau ganti baju.
"Aku mandi dulu."
"Eh ngga usah, nanti yang lain keburu bangun." Ngedenger gitu, Nita baru paham maksud Ezra itu apaan. Oh, mau ngajak jalan berdua.
"Hmm, ya udah nanti aku ke depan." Jawab Nita, senyum Ezra langsung mengembang.
"Iya."
Sekarang Nita yang pelan-pelan mengambil dompet dan ponselnya yang sudah penuh setelah di charge semalam. Nita membawa dompet dan ponselnya di satu tangan, satu tangan lagi menjinjing sepatu.
"Lip balm." Sebuah suara menginterupsi, Nita menoleh ke satu-satunya orang yang memungkinkan bersuara.
"Hah?" Tanya Nita bingung pada Kia yang masih selimutan.
"Lip balm, Nit. Di tas aku yang item."
"Oh, iya." Nita langsung ngerti dan mengambil barang yang dimaksud Kia, lalu memakainya di bibir.
"Udah?" Tanyanya sambil menggesekan bibir atas dan bibir bawahnya, meratakan lip balm.
Kia mengangkat selimutnya, lalu duduk dan memperhatikan. "Udah."
Nita tersenyum senang. "Aku keluar dulu ya."
"Iya, hati-hati. Good luck." Nita langsung keluar kamar dan berjalan menuju luar vila. Di dalam kamar Kia tersenyum lalu menggeleng tidak heran, orang dimabuk cinta selalu seperti itu. "Ckck, padahal ada kaca." Gumam Kia.
Nita dan Ezra memulai perjalanan sambil menikmati suasana yang belum begitu terang, matahari masih malu-malu muncul di ujung laut. Langitnya biru, suasananya juga tenang. Tanpa sadar Ezra dan Nita sama-sama senyum sambil menikmati suasana di pagi hari.
"Jauh ya?"
"Lumayan." Ezra sempet ngobrol sama Raka kemaren sore, katanya emang pemukiman dan keramaian lumayan jauh. Jadi kalo nyari tukang jualan agak susah, terpaksa harus pake mobil gara-gara jauh. Dan untungnya, jalannya ngga ribet jadi ngga akan nyasar.
Ezra dan Nita sampai di daerah pasar, seperti pada umumnya udah lumayan rame lah pagi-pagi. Nita main turun aja terus langsung masuk pasar nyari buat sarapan, Ezra yang kelimpungan soalnya baru sadar Nita pake dress pendek warna merah. Tukang parkir, tukang ojek semua ngeliatin. Ezra merangkul pacarnya cepat-cepat, lalu membalas dengan tatapan galak.
"Punten, ibu sabaraha?"
"Mun nganggo hayam sembilan rebu teh, telor bacem tujuh rebu, komplit sapuluh rebu."
Ezra selalu kagum kalo Nita ngomong pake bahasa daerah, halus banget. Padahal Kia juga orang Bandung tapi entah kenapa kesannya lebih bar-bar.
"Ay, beli yang mana?"
"Komplit aja, biar kenyang." Nita mengangguk mengerti.
"Bu punten, ieu bade lima belas bungkus. Lima bungkus teu nganggo kacang, sesana komplit."
"Bade uduk atawa nasi koneng?"
"Nasi uduk, Bu."
"Nasi uduk lima teu nganggo kacang, sapuluh komplit?"
"Muhun Ibu."
Sang penjual menyiapkan pesanannya, Ezra dan Nita duduk di kursi yang tersedia. Sesekali ibu penjual mengajak ngobrol Nita, Ezra cuma kebagian jawab pake senyum sama iya-iya aja. Ibu ini ngomongnya nyunda banget Ezra jadi takut salah jawab meskipun masih bisa ngerti sedikit-sedikit.
"Uang kas dibawa?"
Ezra menggeleng. "Pake uang aku dulu aja." Ezra menoleh ke sampingnya dan lantas ingat kalau tangannya sempat meraih jaket coklat di kursi mobil Dhika. Seingatnya ini jaket dipake Nita waktu berangkat. Kemudian menutupi pahanya dengan membentangkan jaket itu. Nita tersenyum, lalu tersipu karena tersentuh dengan perilaku pacarnya.
"Makasih." Ezra mengangguk, lalu mereka kembali menunggu pesanan sambil mengamati suasana pasar.
"Semalem aku-" Ezra menggantungkan kalimat, Nita menoleh ke arahnya dengan tatapan menanti. "Semalem aku keterlaluan, maafin aku ya, ay." Mulai Ezra, memang semalem ngerasa salah banget. Kalo seandainya Ezra ngga nanya berkali-kali dan nyindir segala, pasti mereka akan baik-baik aja.
"Aku juga, maaf udah ngambek ngga jelas." Balas Nita sambil menunduk, mengamati dua pasang kaki mereka yang menyentuh tanah. Semalam Nita meletakan sendalnya entah dimana, jadi ke pasar aja pake sepatu. Pada alas kaki keduanya tampak butiran pasir di beberapa bagian, keliatan banget abis dari daerah pantai.
"Kita baikan, ya?" Tanya Ezra sambil menoleh ke arah Nita yang tadi menunduk. Pacarnya mengangguk lalu tersenyum malu. "iya." Jawabnya.
"Neng, ini udah ya. Jadi seratus lima puluh." Suara ibu penjual menginterupsi, keduanya yang tadinya bertatapan mesra langsung kaget. Bahkan Nita langsung spontan berdiri, untung aja jaket di pangkuannya keburu Ezra tangkep.
"O-oh iya Bu, nuhun."
Waktu keduanya pergi, sang ibu penjual tertawa kecil karena gemas pagi-pagi sudah melihat pasangan muda bermesraan. Dari gelagat keduanya, sang ibu penjual tau kelak pasangan itu akan jadi pasangan adem di masa depan.
☀☀☀
*𝐒𝐦𝐚𝐥𝐥 𝐧𝐨𝐭𝐞𝐬
☀𝐏𝐮𝐧𝐭𝐞𝐧 = 𝐏𝐞𝐫𝐦𝐢𝐬𝐢/𝐦𝐚𝐚𝐟/𝐦𝐚𝐚𝐟,𝐩𝐞𝐫𝐦𝐢𝐬𝐢 ☀ 𝐍𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐨 = 𝐏𝐚𝐤𝐚𝐢 ☀ 𝐒𝐞𝐬𝐚/𝐒𝐞𝐬𝐚𝐧𝐚 = 𝐒𝐢𝐬𝐚/𝐬𝐢𝐬𝐚𝐧𝐲𝐚 ☀ 𝐁𝐚𝐝𝐞 = 𝐌𝐚𝐮 ☀ 𝐀𝐭𝐚𝐰𝐚 = 𝐀𝐭𝐚𝐮 ☀ 𝐓𝐞𝐮/𝐡𝐞𝐮𝐧𝐭𝐞𝐮 = 𝐓𝐢𝐝𝐚𝐤 ☀ 𝐊𝐨𝐧𝐞𝐧𝐠 = 𝐤𝐮𝐧𝐢𝐧𝐠
☀☀☀
"Jam berapa, ay?"
"Jam setengah delapan."
Ezra mikir kok cepet banget, perasaan tadi perjalanan jauh deh dari vila ke sini. Ternyata masih jam segitu, ini sih anak-anak masih pada molor. Kalo balik sekarang, udah pasti dikerjain harus ikutan beres-beres atau nyiapin sarapan.
"Ay." Panggil Ezra setelah terpikir suatu ide, Nita menoleh.
"Aku tau pantai lain deket sini, ngga sebagus yang di vila sih. Tapi lebih sepi." Lanjutnya, lalu memberi jeda sebelum mengajak "Ke sana bentar, yuk."
"Ay, ngga enak ah sama yang lain."
"Belum bangun sayang, ngga ada salahnya jalan sebentar. Semalem kan ngga jadi." Kata Ezra yang membuat Nita berpikiran hal yang sama. Iya juga ya, anggap aja melipir sebentar.
"Jauh ngga?"
"Ngga kok, deket." Ezra langsung menancap gas menuju lokasi. Dhika, pinjem dulu ya mobilnya buat pacaran sebentar hehehe.
Ngga butuh waktu lama buat sampai di pantai itu, cuma karena jalannya kecil sayang banget mobil ngga bisa masuk. Jalannya juga lumayan sulit, akhirnya Ezra sama Nita cuma nikmatin dari mobil doang di pinggir tebing. Ngga masalah kok, dari sini juga keliatan bagusnya.
"Ay, kamu cantik banget hari ini." Puji Ezra waktu Nita baru selesai mengambil foto pantai, keduanya sekarang sama-sama berdiri di luar mobil. Nita tersipu, usahanya berhasil tapi pagi-pagi.
"Tapi aku belum mandi." Rengek Nita sambil menunduk malu.
"Ngga ngaruh, masih cantik." Rayu Ezra sambil membelai rambut pacarnya yang tertiup-tiup angin.
Ezra mendekati cewek itu sambil mengikat rambutnya dengan tangan, lalu menciumi pipi Nita bertubi-tubi. Muka Nita langsung memerah, mereka emang bisa begini cuma kalo lagi berdua. Keduanya masih terlalu malu untuk bermesraan di depan yang lain kecuali bergandengan tangan dan saling rangkul.
Nita baru mengangkat wajahnya, lalu Ezra langsung mencium bibirnya sekilas.
"Semalem belum." Goda Ezra, Nita memukul lengan Ezra sementara yang dipukul malah tertawa sampai mengerutkan hidung.
Ezra dan Nita, ngga akan pernah ngelupain liburan mereka kali ini.
☀☀☀
Ngga kerasa hari-hari berlalu, liburan singkat mereka pun usai. Semuanya saling mengucapkan salam perpisahan karena mungkin baru bisa jumpa lagi nanti di semester baru. Liburannya masih lama soalnya, udah pasti pada pulang kampung.
"Nit, aku di belakang." Kata Kia sambil berjalan menuju jajaran bangku belakang, Nita ngangguk mengerti. Gamal sama Kia mutusin buat pulang naik bis lagi, karena Gamal masih masa pemulihan dan ngga bisa nyetir dulu. Jadi mobilnya dibawa sama Juna.
"Hai." Sapa Ezra sok asik, sambil menaruh tas nya di bagasi atas Nita. Lalu duduk di samping Nita yang masih memperhatikan Ezra yang mulai menyamankan posisi duduk.
"Kamu mabokan ngga?" Tanya Ezra sambil duduk, Nita malah sibuk memperhatikan wajah pacarnya yang ya ampun masih pagi udah wangi udah ganteng. "Ay?"
"Hmm iya?" Nita kaget, agak malu juga soalnya tadi abis mengagumi pemandangan.
Ezra mendengus menahan tawa. "Kamu mabokan ngga?"
"Oh, ngga kok." Nita nyengir, tangan Ezra ngga tahan untuk mencubit pipinya.
"Kamu bisa ngga, jangan gemes-gemes. Aku pusing." Kata Ezra sambil menyandarkan kepala Nita di pundaknya. Cewek itu tertawa kecil sambil melingkarkan tangannya, memeluk lengan Ezra.
Meninggalkan pasangan adem di depan, di belakang Kia lagi sibuk cari-cari minyak angin. Takut Gamal sakit perut lagi, Kia harus siapin setidaknya di tempat yang mudah dijangkau.
"Ambil aja tas nya." Kata Gamal geregetan melihat Kia masih mengangkat tangan, meraba tasnya di bagasi.
"Males ke atasin laginya." Rengek Kia, Gamal menghela napas.
"Nanti, aku yang taro lagi ke atas." Jawab Gamal sambil menarik ujung kaos yang Kia pakai ke bawah. Lalu Kia baru ngerti dan nyengir sambil ngambil tasnya dan duduk.
Gamal merangkul leher Kia lalu berbisik. "Keliatan sayang, lain kali pake kaos aku aja." Bisik Gamal terlalu dekat dengan telinga Kia, cewek itu sampai merinding karena geli.
"Hehehe, kegedean dong kalo pake kaos kamu." Balas Kia sambil mencubit hidung bangir pacarnya.
"Ya emang itu tujuannya." Bisik Gamal lagi, "Lain kali, pake tank top sayang." Lanjutnya, Kia langsung panik. Wah beneran lupa, untung Gamal ingetin.
"Ya ampun lupa!" Kata Kia, Gamal langsung melepas jaketnya dan memakaikannya ke Kia.
"Jangan lupa lagi." Ucap Gamal sambil menarik seleting jaketnya.
"Ya ampun, bis belom jalan gue udah mau muntah." Sindir Radit yang baru aja naik dari pintu belakang, Kia menunduk malu. Sementara Gamal malah sengajain ciumin kepala Kia biar Radit makin risih.
Setelah semua dalam posisi siap dan memastikan ngga ada yang ketinggalan, supir bis pun mulai menjalankan kendaraannya. Beliau adalah satpam kampus, tapi rumahnya di Garut. Jadi kemaren di pantai tuh sekalian pulang kampung, dan ini balik bareng ke Bandung karena bapaknya ada kerjaan.
Sepanjang jalan bis ngga pernah sepi, belom lagi Lintang baru jalan setengah jam aja udah mulai muter lagu kopi dangdut. Anehnya di suasana berisik itu, Ezra sama Nita malah bisa tidur sambil bersenderan kepala. Dengan satu cabang earphone di satu sisi telinga keduanya, berbagi lagu dari playlist milik Ezra.
Kia dan Gamal sibuk menawari makanan, berhubung isi tas Gamal sama Kia selalu sedia cemilan. Jadi duduk di belakang dipastikan kenyang. Gamal dan Kia emang terbiasa beli-beli buat anak-anak BEM kalo ada acara gini. Refleks aja gitu, kepikiran pengen beliin apalagi Gamal orangnya royal banget.
Bakalan banyak kejadian ngga terlupakan yang ada di sini. Ngga cuma Gamal-Kia dan Ezra-Nita, yang lain juga punya kenangannya masing-masing. Nyanyian Lintang, cerita hantu dan rapp dadakan dari Nando, sorakan gembira dari Gufron, juga keceriaan BEM cantik yang pas mau foto malah disamperin ombak gede sampe basah semua kecuali kamera. Belum lagi Wicak dan Sania yang semakin dekat, Radit yang belajar fotografi, Josh dan Juna yang sempet bikin lagu, sampai Adam yang akhirnya berhenti ngusahain balikan sama Juwi.
Sampai bertemu lagi~
☀️☀️☀️
Bonus, Nita pake baju cantik:
Pada akhirnya, bajunya Kia kasih buat Nita aja🧡
Haiii ada yang kangen sama universe ini? Hehehe. Aku pengen publish bonus chapter spesial ini awalnya waktu readers mencapai 20k, tapi baru kesampaian sekarang☹
Semoga kalian nikmatin ceritanya yaaa. Makasih banget udah mau baca dan vomment GEStory. Semoga dalam masa pandemi ini, kalian sehat selalu dan selalu bahagia setiap harinya❤
I love you all so much❤
Ps: Aku kemungkinan besok ngga bisa up yang Level Up ya, ada urusan mendadak harus bantuin adikku nugas malam ini😔 Maaf ya😥