Yuzu yang baru saja tiba di kerajaan Glavador, ia menghadap ke sang pangeran untuk memberikan info kepulangan Zora.
"Syukurlah Zora sudah kembali, aku lega sekarang." Ucap Farel yang menghela nafasnya dengan lega, seakan sesuatu yang menyesakkan dadanya itu telah hilang.
"Syukurlah sayang." Clara mengelus lengan Farel, ia pun merasa lega mendengarnya. "Lalu dimana dia sekarang?"
"Pangeran Zora bilang kalau beliau akan datang kesini saat pelantikan pangeran Farel nanti. Saat ini pangeran Zora ingin istirahat dan tuan Suichi memanggil tabib keluarganya untuk memeriksa keadaan pangeran Zora." Ujar Yuzu.
"Apa Zora terluka?" Tanya Farel yang mulai mencemaskannya lagi.
"Iya, pangeran Zora tidak dapat bicara. Bahkan raja dari kerajaan Snow turut membantu untuk menyembuhkan pangeran Zora, namun tidak ada yang bisa mengobatinya."
"Kerajaan Snow? Bagaimana ceritanya raja Daru membantu untuk menyembuhkan Zora?"
Farel masih belum tau jelas cerita Zora yang menghilang itu karena Yuzu belum menceritakannya, setibanya Yuzu, ia baru mengatakan bahwa Zora telah kembali pulang.
Lalu sekarang, Yuzu mulai menceritakan semuanya sesuai dengan yang di katakan oleh Zora tadi tanpa ada yang berkurang sedikit pun.
Farel yang mendengarnya, ia menjadi geram. Ke dua tangannya ia kepalkan dengan kuat, hingga buku kukunya menjadi putih.
"Cari tau siapa pelakunya!"
"Baik pangeran."
Setelah mendapatkan tugas baru dari pangeran Farel, Yuzu segera pergi untuk mencari dalang dari penculikan Zora. Ia mencarinya di sekitar kerajaan Glavador sesuai dengan apa yang ia curigai.
Keesokan harinya, tabib keluarga Suichi itu segera membuat obat dari berbagai tanaman yang ia harapkan bisa menyembuhkan suaranya Zora.
Sedangkan Suichi dan Zora kini berada di sekolahan. Suichi menemui kepala sekolah dan menceritakan apa yang sedang terjadi dengan Zora seminggu yang lalu.
"Tapi apa hubungan tuan Suichi dengan Zora? Kenapa tuan sampai repot repot datang kesini untuk mengurusi anak ini?" Tanya kepala sekolah karena ia sangat penasaran.
Satu sekolah sudah tau kalau Zora hanyalah sebatang kara, bahkan sanak saudaranya tidak ada yang mau mengurusi, mereka semua lepas tangan.
Lalu sekarang, seorang bangsawan yang cukup terkenal datang bersama dengan Zora bahkan ia meminta izin agar Zora dapat mengikuti ujian susulan.
"Saya sepupunya." Jawab Suichi dengan santai, membuat kepala sekolah itu terkejut. Bukan hanya dia saja, tapi Zora juga terkejut!
'Apa dia harus berbohong seperti itu untuk membantu ku?' Batin Zora.
"Ma-maafkan aku tuan karena saya tidak tau kalau Zora merupakan sepupu tuan.
Kalau begitu Zora, besok kamu bisa memulai ujian susulan mu, dan kamu mengerjakannya di ruangan ku ini."
Setelah meminta maaf kepada Suichi, kepala sekolah itu menatap Zora dan mengatakan perihal ujian.
"Apa tidak bisa di mulai hari ini? Aku sudah siap melakukan ujian susulan, aku juga sudah belajar."
Kepala sekolah itu segera menatap Suichi setelah membaca tulisan Zora, dan Suichi hanya menganggukan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu, saya akan meminta wali kelas Zora untuk menyiapkan soal ujiannya terlebih dahulu, maaf saya tinggal sebentar tuan Suichi."
"Kenapa mengaku sebagai sepupu ku? Kak Suichi kan tidak harus melakukan sejauh itu? Bagaimana jika hal ini tersebar dan banyak orang yang salah paham?"
Suichi tidak menjawab apa pun dan memalingkan pandangannya dari Zora. Lalu Zora kembali menulis dan menarik lengan baju Suichi.
"Jawab aku!"
"Kalau kau ingin jawaban dari ku, katakan pada ku terlebih dahulu, rahasia apa lagi yang masih kau sembunyikan?!"
"Aku tidak punya rahasia lagi."
"Oh benar kah? Kalau begitu, katakan pada ku kenapa setiap yokai yang mengejar mu selalu menginginkan darah mu?"
"Mana ku tau! (>,<)"
"Masih saja berbohong, aku tau kau merahasiakannya kan dari ku?"
"Kak... Setelah kepala sekolah datang, tolong katakan padanya kalau aku bukan sepupu mu!
Aku tidak mau setelah ini menjadi repot karena di tanya tanya oleh para guru! Kepala sekolah itu punya mulut yang bocor."
"Kalau begitu katakan rahasia mu itu padaku." Zora nampak berpikir, namun entah apa yang di pikirkannya itu.
Lama dalam keheningan, Suichi berharap Zora mengatakan tentang darahnya yang sebenarnya ia sudah ketahui. Sedangkan Zora masih berlarut dalam pemikirannya, hingga kepala sekolah masuk bersama dengan wali kelas Zora.
Wali kelas itu menyerahkan selembar soal yang kemudian di kerjakan oleh Zora dengan cepatnya.
Satu pelajaran sudah usai di kerjakan oleh Zora dalam waktu 20 menit, sementara jumlah soalnya ada 50.
(Anggap saja setiap soal memiliki rumus yang panjang seperti matematika dan pelajaran lainnya.)
Hal ini tidak membuat heran wali kelas, karena ia sudah tau betul dengan kepintaran Zora melebihi dari kepintaran para bangsawan yang berada di gedung sebelah.
Sedangkan Suichi, ini hal pertama yang ia lihat. Siapa yang sangka Zora dapat mengerjakannya secepat itu. 50 soal itu merupakan soal essay bukan pilihan ganda, saat Suichi memperhatikan Zora mengerjakan...
Tangan kiri Zora segera menulis setelah membaca soalnya, bahkan ia tidak pernah sekali pun melihat Zora berpikir untuk mencari tau jawabannya di dalam otaknya tersebut.
'Apa soalnya terlalu mudah?' Batin Suichi penasaran.
"Kenapa kau masih disini? Tidak mau pulang ke rumah? Atau mengerjakan tugasmu sebagai bangsawan?"
"Pekerjaan ku sudah di serahkan ke asisten ku, dia yang akan mengerjakannya. Aku hanya ingin menemani mu sampai selesai ujian nanti. Takut kalau kau di culik lagi."
Wali kelas Zora menyerahkan soal ke dua, dan saat wali kelas itu hendak menyimpan hasil jawaban Zora. Kertas itu di rebut oleh Suichi untuk memastikan rasa penasarannya.
"Ini serius?" Ujar Suichi menatap wali kelas Zora yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Ya tuan, Zora merupakan anak yang pintar. Saya selalu memberikan soal yang berbeda dari murid lainnya yang ada di kelas, dan soal soal itu merupakan soal khusus para bangsawan."
Saat ini sudah jam 12 siang, waktu untuk istirahat dan makan siang.
Zora sudah selesai mengerjakan sembilan soal pelajaran dengan kurun waktu yang berbeda, dan kini Suichi mengajaknya untuk menuju kantin sekolah.
Kantin di sekolah itu hanya ada satu dan cukup besar, dimana sisi kanan untuk para bangsawan dan sisi kiri untuk para rakyat. Meski kantin itu tidak ada pembatas namun para murid dengan sendirinya memberi batasan.
Zora yang sedang makan bersama Suichi di sisi kanan, menjadi pusat perhatian seisi kantin. Desas desus Zora sebagai sepupu Suichi sudah menyebar luas, membuat Zora merasa risih.
Ia menatap Suichi yang tengah menikmati makan siangnya, seakan tidak perduli dengan bisikan bisikan para murid disana yang dapat di dengar jelas oleh daun telinga Zora, pastinya Suichi juga mendengarnya.
"Kak... Tolong katakan pada mereka kalau aku bukan sepupu mu. Aku merasa risih sekali."
"Katakan pada ku hal yang masih kau sembunyikan dari ku itu, baru aku akan katakan yang sebenarnya." Ujar Suichi dengan smirknya, sepertinya tidak ada pilihan lain selain harus mengatakan yang sebenarnya, dari pada ia harus merasa risih setiap waktu akan ucapan ucapan mereka semua.