Prisa's Mental Journey (BWC 2...

By catatansekar

2K 513 332

Kepergian sang ibu yang begitu tiba-tiba, berdampak serius terhadap kondisi psikis Prisa. Setelah bertahun-ta... More

PROLOG
SONDER
MONACHOPSIS
KENOPSIA
ENOUMENT
MAUERBAUERTRAURIGKEIT
RUBATOSIS
VELLICHOR
ETIOLIOGIS
EXULANSIS
AVOIDANT
ECCEDENTESIAST
ALTSCHMERZ
KUEBIKO
NODUS TOLLENS
AMBIVALEN
DECATHEXIS
DYSHTYMIA
ALLOANAMNESA
EKUILIBRASI
HIPOTIMIA
MAMIHLAPINATAPEI
RETROUVAILLES
ILUNGA
CENTRATION
DENIAL
ABSTRAKSI
AFILIASI
Author Notes

ELLIPSISM

76 24 2
By catatansekar

Hari ketika Ibu pergi, terasa sama dengan hari-hari biasanya. Aku bangun pagi untuk menemani Arkana bermain sementara ibu memasak. Seperti biasa, lagi-lagu Ratih Purwasih menjadi backsound kegiatan kami di pagi yang cerah itu. Di sela kesibukan menyiapkan sarapan, Ibu ikut berdendang. Aku selalu menyukai momen itu. Sesekali bahkan ikut bernyanyi.

Sebelum menikah dengan Ayah, Ibu adalah seorang penyanyi panggilan. Ibu menjadi artis pengisi di beberapa acara hajat dan pernikahan. Tapi, demi cintanya untuk Ayah, Ibu menanggalkan semua pencapaian.

Saat Arkana sibuk bermain mobil-mobilan dari kayu buatan ayah, aku menghampiri ibu. Dia berbalik dan menatapku dengan sorot mata sendu. Dia bilang, "Ibu memberimu nama Prisa Yudita setelah melalui perdebatan panjang dengan ayahmu."

Aku penasaran. "Siapa nama yang diberikan Ayah, Ibu?"

Ibu tersenyum, tapi di saat yang bersamaan dia menyeka basah di ujung matanya. Dia menunduk, lalu mengecup dahiku lama. "Ibu lupa. Tapi, saat kamu besar nanti, coba cari tahu apa arti nama Prisa Yudita. Itu PR untukmu, Prisa."

Waktu itu, aku sama sekali belum mengerti apa maksud Ibu mengatakan itu. Tapi, entah bagaimana ucapannya itu melekat begitu erat. Sepertinya karena pada akhirnya aku dan Arkana menyebut hari itu sebagai pesta perpisahan. Dan seiring berjalannya waktu, aku mulai mengerti tentang betapa pentingnya hari itu.

Aku tidak pernah menyangka jika lagu Hati yang Sepi gubahan Koes Plus yang dibawakan Ratih Purwasih itu menjadi lagu terakhir Ibu sebelum pergi. Belasan tahun kemudian, aku akhirnya tahu lagu itu jugalah salah satu pemicu BPD yang kuidap.

Sampai hari ini, satu-satunya ingatan yang muncul setiap kali lagu itu diputar adalah aroma masakan ibu pagi itu. Anehnya, meskipun menyesakkan aku ingin selalu mendengarkannya.

Bertahun-tahun kemudian—setelah melalui hari-hari menyakitkan tanpa ibuaku berhasil menyelesaikan pekerjaan rumah yang diberikan Ibu. Perempuan yang penuh kebanggaan, itu arti dari nama yang Ibu sematkan untukku. Mungkin Ibu ingin aku menjadi wanita tangguh yang mencintai diriku sendiri dan berani berjuang untuk mendapatkan apa yang benar-benar kuinginkan. Mungkin. Sayangnya, Ayah mengubahku menjadi bonekanya.

Doa Ibu agar aku menjadi wanita yang penuh kebanggaan tidak bisa kuwujudkan. Aku hidup dalam bayang-bayang Ayah. Aku berhasil menjadi siswi cerdas, memiliki banyak penghargaan, masuk perguruan tinggi lewat jalur beasiswa, diterima bekerja di rumah sakit jiwa ternama, dan segudang hal-hal membanggakan lainnya. Sayangnya, itu bukan atas mauku. Aku melakukan semuanya hanya agar Ayah bisa berkata dengan bangga, "Dia, Prisa Yudita, putriku yang berhasil kubesarkan sendiri tanpa ibunya."

Dan itu tidak hanya berlaku untukku. Arkana juga terkena imbasnya. Dia tumbuh dan besar dalam bayang-bayang Ayah. Untungnya, dia mendapatkan pekerjaan di Singapura setelah lulus kuliah. Karena dia anak laki-laki, ayah mengizinkannya pergi.

Dua tahun lebih muda dariku tidak membuat Arkana selalu bergantung padaku. Dia memperlakukanku seperti adik dan teman. Hubungan kami juga bertambah dekat sejak dia mengetahui kondisi psikisku. Sejak Arkana pergi, aku benar-benar harus bisa melakukan segalanya sendiri. Meskipun intensitas Arkana menghubungiku justru bertambah, tidak lantas membuatku baik-baik saja. Aku merindukannya setiap waktu.

Ah, sebenarnya, aku tidak pernah benar-benar sendiri. Seperti malam ini. Secara khusus Ayah meminta Mbak Tanti menginap di kosanku. Mbak Tanti adalah kakak sepupuku dari pihak Ayah. Sejak aku pindah ke sini, dia adalah penjaga utusan Ayah. Entah berapa Ayah membayarnya dia selalu menuruti apa yang Ayah katakan.

"Mbak nggak ada niatan mau malam mingguan gitu?" tanyaku di sela kesibukan memilah dokumen untuk melengkapi lamaran kerja.

Lagu-lagu lawas yang dibawakan Ratih Purwasih sudah sejak tadi Mbak Tanti putar. Otomatis, otakku bekerja lebih keras. Lagu-lagu itu selalu berhasil membuat perasaanku berantakan. Dan jika sudah begini, aku tidak akan bisa memejamkan mata hingga pagi.

Dia menghentikan kegiatannya bermain ponsel dan menatapku. "Kamu di sini udah berapa tahun sih, Sa? Kan udah selama itu juga aku melewatkan malam mingguku buat nemenin kamu."

Aku memutuskan tidak menjawab. Kuremas kertas lamaran yang ada di pangkuan dan berharap dia terlempar ke dimensi lain atau tempat mana pun asal tidak di sini.

Sebenarnya, Mbak Tanti orang baik. Dia bahkan pernah bilang bersedia mendengar ceritaku jika perlu. Tapi, aku tidak bisa menaruh kepercayaan sebesar itu kepada orang yang selalu menuruti permintaan Ayah. Dia pasti akan memberikan info itu kepada Ayah atau parahnya memintaku pulang dan kembali tinggal bersama Ayah.

"Sa, lihat deh," kata Mbak Tanti sembari menunjukan layar ponsel yang menampilkan gambar tas limited edition dari LV di marketplace. "Kamu nggak pengin apa belanja tas branded beginian, sa? Gajimu gede, nggak punya tanggungan juga."

Aku menggeleng. "Biar apa, sih? Kalau cuma biar keren kan aku udah keren, Mbak," gurauku mencoba menjawab dengan lebih natural.

"Iyalah, kamu keren, Sa. Gara-gara kamu keren, aku jadi sering dicengin kalau pas lagi kumpul keluarga," ujarnya dengan pandangan menerawang. Kali ini, Mbak Tanti meletakkan ponselnya di atas nakas. "Nggak ada yang bisa sekeren kamu di keluarga kita. Kalau aku jadi kamu, aku udah gila kali, ya."

Ngomong-ngomong soal gila, tahukah dia kalau aku, Prisa Yudita, adik sepupunya ini sama sekali tidak memiliki ambisi? Digit angka tabungan? Simpanan masa tua? Cita-cita? Atau bahkan keinginan menjadi keren?

Aku menjalani hidup dengan ritme yang sama; tidur, bangun pagi, memasak untuk sarapan, bekerja, pulang, lalu kembali tidur lagi. Aku bahkan tidak pernah memikirkan besok akan seperti apa. Bagiku, tugas utamaku dalam hidup hanyalah berusaha tetap hidup. Aku membenci hidup yang katanya banyak diinginkan orang ini.

Bahkan, jika harus mati besok, aku tidak akan membawa penyesalan apa pun.

Aku menyalakan laptop dan mengambil posisi duduk di sebelah Mbak Tanti. "Aku memang gila, Mbak. Saking gilanya sampai Mbak Tanti nggak sadar kalau lagi ngomong sama orang gila," kataku sambil membuka satu per satu tab perusahaan yang sedang mencari pegawai di portal online. Aku mengeklik salah satu nama klinik konsultasi—yang baru kuketahui adalah milik Yuda, lalu kembali menatap Mbak Tanti. "Gimana kalau aku beneran gila, Mbak?"

Mbak Tanti tertawa. "Ada ya orang gila nyembuhin orang gila? Kamu emang keren, Sa."

Aku hanya tersenyum dan mengangkat bahu. Kubuka profil founder Metamorfosis Psycare, lalu menunjukannya ke Mbak Tanti. "Ini baru keren, Mbak. Dia udah punya klinik sendiri di usia begitu muda."

Mbak Tanti melemparkan tatapan yang tidak bisa kubaca. Pupil matanya terlihat melebar selama beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Selama aku nemenin kamu, baru kali ini kamu bilang keren ke cowok, Sa."

Hening. Aku tidak tahu harus menjawab apa dan apa sebenarnya tujuanku memperlihatkan foto Yuda kepada Mbak Tanti. Yuda hanya salah satu mahasiswa yang kebetulan satu angkatan denganku.

"Prisa, apa dia istimewa?"

***

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 140K 80
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž Seorang adik yg ingin menyelamatkan kakaknya dari kematian akibat ulah Antagonis Area Dewasa πŸ”ž (21+) Bijak Dalam Membaca
436K 31.9K 48
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
1.4M 72K 59
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kep...
1.3M 13.9K 33
GUYSSS VOTE DONGG 😭😭😭 cerita ini versi cool boy yang panjang ya guysss Be wise lapak 21+ Gavin Wijaya adalah seseorang yang sangat tertutup, ora...