.
.
.
.
_____
Aletha terduduk memandangi satu persatu orang-orang dihadapannya dengan tatapan tajam. Kumpulan manusia paruh baya sedang berbincang dengan antusias hingga melupakan keberadaan Aletha Cassandra yang sangat cantik jelita bak putri Cinderella ini.
Aletha menusuk daging steak yang ada di hadapannya itu dengan brutal lalu mengunyahnya dengan ganas. Tak ada lagi yang lebih membuat Aletha emosi daripada perjamuan dadakan hari ini.
Mamanya tiba-tiba membelikannya dress cukup mewah, Aletha kira mamanya sedang kesambet peri baik hati. Tapi ternyata ini semua ada maksudnya!
Aletha belum tahu jelas sih kenapa mereka tumben sekali mengajak anak sulungnya yang sangat cetar membahana ini ikut menghadiri acara "bapak-bapak" yang sangat membosankan.
Aletha hanya dengar Papanya membicarakan rumah sakit miliknya dengan seseorang yang sepertinya lebih tua darinya. Dan jika dilihat-lihat, sepertinya laki-laki paruh baya tersebut memiliki fitur wajah khas seperti seseorang yang berasal dari negri sakura.
'mau ngajak makan malam sama kolega kok ngajak gue! Emangnya gue bakal nyambung ngobrol sama bapak-bapak!' gerutu Aletha dalam hati sambil kembali memotong daging steak semakin brutal hingga tak sadar sudah tercacah-cacah seperti daging giling.
Tak sampai disitu, Aletha juga tiba-tiba mendengar suara bising dari kursi disebelahnya.
Adiknya bernama Haechan ternyata baru saja membuka game kesukaannya berjudul Kart Rider dan memainkannya dengan volume sangat kencang.
Aletha yang tidak bisa menahan situasi itu pun lantas mencubit lengan adiknya pelan.
Namun bukan Haechan namanya kalau tidak dramatis!
Anak laki-laki yang masih duduk di bangku SMA itu malah berteriak lebih kencang dari pada volume handphone sialannya itu!
"MAMA! KAK ALETHA NYUBIT HAECHAN!"
Rasanya Aletha ingin pulang sekarang juga!
"Ma, Aletha mu pulang ya, besok Aletha mau kerja, masuk pagi." Aletha memohon dengan suaranya yang dibuat lirih.
Aletha tentu saja berbohong. Ia hanya sudah benar-benar muak, ia tidak mengerti apa yang diperbincangkan kedua orang tuanya.
Dan juga adiknya yang sama sekali tidak memperdulikannya.
Saat ini Aletha hanya berinteraksi dengan daging steak yang ia potong-potong itu dalam hati.
Satu kata, miris!
"Bentar dulu dong! Sebentar lagi orangnya dateng." Ucap Mama membuat Aletha terbingung-bingung.
"Loh ma, emangnya siapa lagi yang dat-"
"Nah tuh dia anaknya!" Pertanyaan Aletha langsung saja di tikung oleh pekikan Mama saat melihat sosok laki-laki muncul.
Aletha mengernyitkan dahinya.
'Siapa sih nih?! Gak banget gaya nya!'
Aletha melihat sosok laki-laki itu dari atas kepala sampai ujung kaki.
Laki-laki itu mengenakan celana ripped jeans dengan kaos putih polos lalu di lapisi lagi dengan jaket kulit berwarna hitam. Tak lupa beberapa kalung rantai silver dengan bentuk liontin yang Aletha sendiri pun tidak tahu. Lalu laki-laki itu juga mengenakan empat piercing di masing-masing telinganya. Rambutnya berwarna putih panjang.
Satu kata dari Aletha. NORAK
Eh, dua kata deh. KAMPUNGAN
"Eh, anak saya sudah datang rupanya!"
Aletha menoleh ke arah om-om jepang itu.
'Oh jadi rock and roll ini anaknya om Jepang itu. Papanya ganteng dan rapih, kayaknya pemilik rumah sakit juga seperti Papa. Tapi kok anaknya kayak gini bentukannya?' Ledek Aletha dalam hati.
"Halo, saya Nakamoto Yuta."
Aletha melirik ke arah Mamanya yang sedang tersenyum bahagia.
'Kenapa nih ibu-ibu tiba-tiba jadi girang?' Batin Aletha.
"Nak Yuta duduk di sebelah Aletha dong." Ucap Mama Aletha dengan antusias. Sedangkan Aletha menatap mamanya dengan raut wajah malas.
Yuta hanya tersenyum sopan dan mengangguk.
Kedua bapak-bapak fokus memandang Aletha dan Yuta dengan seksama sambil mengembangkan senyumnya lebar. Mama Aletha juga terlihat sangat antusias.
Yuta hanya terdiam sedangkan Haechan tidak akan pernah peduli dengan sekitarnya ketika sedang bermain game.
Bahkan jika di detik berikutnya bangunan ini runtuh pun, Haechan akan tetap setia mempertahankan rank nya.
Anak laki-laki itu memiliki motto hidup yang sangat konyol! 'lebih baik mati dari pada harus game over' itu katanya waktu guru BK bertanya apa motto hidupnya.
Dan saat Haechan bercerita seperti itu kepada Aletha, detik itu juga Aletha merasa miris kepada Papanya yang memiliki penerus setengah gila seperti Haechan.
"Tuhkan Pa! Mama bilang juga apa, mereka berdua cocok banget!"
Lamunan Aletha langsung otomatis buyar ketika mendengar pekikan mamanya yang cukup keras.
Aletha mengernyitkan dahinya bingung. Siapa yang dimaksud cocok?
Perempuan itu mengikuti arah pandang kedua orang tuanya. Ia menoleh ke belakang kursinya.
Kosong.
Papa Aletha yang sadar anak perempuannya sedaritadi kebingungan akhirnya angkat suara.
"Aletha, Papa mau jodohkan kamu dengan Yuta. Gimana? kamu setuju kan?"
Mulai detik itu, Aletha kehilangan kesadarannya.
_____
A|N
Jangan berhenti baca sampe sini, soalnya maaih banyak misteri di akhir cerita!