NALLAN

By salsha_writer

20.9M 1.9M 1M

"Tinggal di rumah Alan adalah kesialan se-umur hidup." -Nalla Azzura. //Jangan lupa follow sebelum baca yaπŸ™†... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
49
52
53
54
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
INFO GRUP CHAT
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88.
INFO PENTING!
guysss

48

206K 20.2K 10K
By salsha_writer

if you already feel it.  feel like trying again and again

_____________

Leona menahan kagetnya kembali, saat melihat tangan Alan yang bergerak membuka kancing baju teratas milik Nalla.

Dengan cepat, Leona menutup pintu kembali. Berlari entah menuju kemana. Yang pasti ia harus meredakan hatinya yang terasa sangat sakit dan terbakar saat ini.

Nalla, cewek itu bahkan sudah lupa dengan tujuannya saat ini. Ia bahkan sudah terbuai dengan hasratnya. Nalla semakin kuat mengeratkan kedua tangannya di leher Alan.

Hingga keduanya terasa sesak dan langsung melepaskan ciuman mereka.

Nalla mengambil napas dalam-dalam. Namun, beberapa detik kemudian Alan kembali menariknya lalu bibir mereka kembali bertemu. Nalla merasakan empat kancing teratasnya terbuka, ia menahan malu ketika tangan Alan membuka kancing terakhir.

Dengan cepat, Nalla melepaskan ciumannya dari Alan. Lalu menutup tubuhnya dengan kedua tangan dan menggeleng pelan ke arah Alan.

Alan menatap Nalla dengan lekat, seolah Nalla adalah berlian yang baru saja ia temui. Tak hanya itu, wajah Nalla yang sangat canggung
saat ini terlihat begitu cantik dimata Alan.

Tangan Alan lalu bergerak untuk menjauhkan tangan Nalla dari sana. Nalla kali ini sangat takut dan gugup, napasnya naik turun lalu matanya terpejam. Ia tidak ingin melihat apa yang akan Alan lakukan setelahlah.

Jantung Nalla terus berdetak lebih cepat, ia takut Alan akan mendengarnya, karena jarak mereka yang sangat tipis. bahkan Nalla bisa mencium aroma mint dari tubuh Alan.

"Al-lan, ja-jangan disini." Ucap Nalla dengan gugup dan mata masih terpejam.

Alan tidak menjawab. Ia malah mendekatkan tubuh Nalla ke arahnya hingga tidak ada jarak di antara mereka. Nalla seketika merinding saat Alan mencoba menarik bajunya perlahan.

Nalla masih memejamkan matanya sambil meremas kuat seragam Alan. Bodohnya, mengapa ia harus duduk di pangkuan Alan. "Alan, gue-"

Brak!

Sontak saja Alan langsung memeluk Nalla dengan erat, saat seseorang masuk ke dalam ruangan Osis. Alan melakukan itu agar tubuh Nalla yang terbuka tidak di lihat oleh orang tersebut.

"Sumpah, gue gak liat, sumpah. Gue kesini mau ambil sepatu gue, sumpah, gue gak bohong Lan!" Teriak Riko sambil menutup matanya dengan sebelah tangan lalu berjalan ke sudut ruang osis.

Nalla gemetar hebat, ia mencoba terus memejamkan matanya di dalam pelukan Alan. Jangan sampai Riko melihatnya seperti ini.

Setelah mendapatkan sepatu itu, Riko kembali berjalan keluar Ruangan. Di ambang pintu ia berhenti tanpa menatap Nalla dan Alan yang sama-sama panik.

"Kayaknya kalian berdua lakuin di rumah aja deh. satpam mau keliling, ini juga udah hampir magrib." Ucap Riko yang kemudian pergi meninggalankan Nalla dan Alan yang masih sama-sama terdiam.

Nalla tersadar seketika, lalu ia melepaskan pelukannya dari Alan. Membalikan tubuhnya dari Alan dan segera mengancingi pakaiannya kembali.

"Lo tunggu di mobil, gue mau rapihin meja dulu." Ucap Alan sambil memberikan kunci mobil pada Nalla.

Tanpa merespon, Nalla mengambil kunci dari tangan Alan dan segera beranjak dari tempat itu.

____________


Nalla masuk ke dalam mobil dengan perasaan campur aduk. Banyak keringat menetes di pelipisnya. Tidak hanya itu, jantungnya mendadak tidak normal sejak tadi. Rasa takut kembali muncul dibenaknya. Apa yang sudah ia lakukan tadi? Bukannya dia yang memulai duluan? Padahal ia berniat hanya untuk menjebak Leona, namun mengapa sampai melewati batas seperti ini.

Apakah Nalla melakukan dosa besar?
Untung saja tidak, Alan adalah suami sahnya. Itu sedikit melegakan bagi Nalla.

Nalla mengambil cermin kecil di slingbagnya. Ia mengecek apakah bibirnya terluka akibat ciumannya tadi?

Sedetik kemudian Nalla menghela napas lega, bibirnya baik-baik saja.

Tak lama kemudian, Nalla melihat Alan yang berjalan menuju ke mobilnya. Nalla pastikan keadaan akan canggung. Nalla benar-benar malu atas tindakan gilanya tadi.

Baiklah, Nalla akan berpura-pura stay cool.

Alan masuk ke dalam mobil, tak lupa ia meletakan tasnya ke kursi belakang. Setelah menyalakan mesin mobil, tebakan Nalla benar. Mereka berdua sama-sama diam, hanya suara mesin mobil yang terdengar.

Bahkan, batuk saja Nalla enggan. Ia mencoba menahannya sebisa mungkin.

Baru saja mobil berjalan sampai di gerbang sekolah. Seseorang menghadangkan dengan kedua tangan yang di rentangkan lebar-lebar.

Nalla menggigit bibirnya kuat. Riko berdiri disana dengan cengiran khasnya. Nalla benar-benar sangat malu, pastinya Riko tahu apa yang ia dan Alan lakukan tadi.

Riko berjalan menuju ke samping mobil, tepatnya ke arah Alan.

"Kenapa?" Tanya Alan datar.

"Nebeng dong, babeh gue belum jemput." Ucap Riko sambil terkekeh.

Pasti ni orang bakal banyak tanya. Batin Nalla kesal.

Alan mengangguk, Riko lalu masuk ke dalam mobil dengan perasaan senang.

Setelah Riko masuk, mobil kembali berjalan.

Di saat perjalanan, Riko hanya menyanyi tak jelas sambil menatap jalanan. Sementara Nalla dan Alan masih sama-sama diam.

"Gue mau nanya." Ucap Riko tiba-tiba.

Nalla sudah menduganya ini akan terjadi.

"Kalian-"

"Besok bakal ada razia." Ucap Alan yang memotong perkataan Riko.

"Udah tau." Jawab Riko kesal. Riko kembali memperbaiki tempat duduk yang kali ini lebih maju. "Eh, kalian berdua-"

"Razianya di kelas masing-masing, di mulai pukul delapan pagi." Ucap Alan yang memotong kembali ucapan Riko sambil fokus menyetir.

Riko mendengus kesal. "Bilang dong dari tadi kalo lo mau ngasih tau istri lo."

Mendengar itu Nalla langsung kaget dan menatap ke arah Riko. "Lo udah tau?" Tanya Nalla tak percaya.

Riko mengedipkan sebelah matanya. "Udah dong."

Nalla tahu ini adalah perbuatan Alan. Apa cowok itu tidak bisa menutup mulutnya? Mengapa ia terlalu blak-blakkan dengan Riko? Nalla jadi takut jika Riko sempat membongkar status Alan dan Nalla sekarang.

"Kalian tadi-"

"Kalau sampai lo kena razia, hukuman lo bakal beda dari yang lain." Ujar Alan yang menatap Nalla sekilas. Riko memutar bola matanya kesal, ucapannya kerap kali di potong.

Nalla tidak menjawab, ia memilih diam.

"Denger gak?"

"Iya, denger!" Cetus Nalla sambil memandang Alan dengan kesal.

"Uwuw banget sih kalian, gue jadi pengen nikah." Ucap Riko sambil memanyunkan bibirnya.

Mendengar itu, Alan menjadi kesal. Ia lalu memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Matanya langsung menyorot ke arah Riko dingin. "Turun." Perintah Alan.

Riko ternganga ketika melihat jalanan. "Rumah gue di sono, noh." Tunjuk Riko ke arah rumahnya. "Nanggung banget lo nganterin gue, dikit lagi sampe." Tambah Riko.

"Turun."

Riko berdecak. Lalu ia segera turun dari mobil Alan. Baru ingin menutup pintu mobil, Ia sempat mengeluarkan kalimat yang membuat kedua orang di dalam mobil terdiam seketika.

"CIE YANG DI RUANG OSIS ABIS SUNAH RASUL. JANGAN LUPA MANDI YA KALIAN."

____________


Alan dan Nalla sudah sampai di Apartemen. Mereka berjalan beda arah. Alan memilih ke kamarnya serta Nalla yang berjalan menuju dapur. Entah apa yang Nalla buat di dapur ini, yang pasti ia harus menghindar dari Alan.

Nalla menarik sebuah kursi disana, lalu duduk sebentar dan termenung, apa yang akan ia lakukan disini? Memasak? Yakali. Ia tidak punya bakat untuk itu. Biasanya, ia dan Alan memesan makanan jika ingin makan.

Jika ada uang, kenapa harus repot-repot untuk memasak, ya kan? Itulah prinsip Nalla.

Hampir saja Nalla berteriak kaget. Alan tiba-tiba ada di belakangnya sedang membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin.

Nalla menyipitkan matanya. Ini sudah malam, kenapa Alan memakai baju basket? Dan ternyata ia juga sedang membawa bola basket di tangannya.

Alan memutarkan tubuhnya menghadap ke arah Nalla. Cepat-cepat Nalla langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Gue tunggu di mobil, cepat siap-siap." Ucap Alan yang kemudian berlalu pergi.

Nalla mengedipkan matanya beberapa kali. Alan mengajaknya kemana?

Tanpa berpikir panjang, Nalla segera berjalan dengan cepat menuju lantai atas untuk bersiap-siap.

___________

Ternyata Alan membawa Nalla ke lapangan basket yang cukup besar. Parkiran terlihat sangat ramai. Setelah memarkirkan mobilnya, Alan mengajak Nalla untuk turun.

Nalla berdecak kesal. Kalau tahu dirinya di ajak ke tempat seperti ini, ia tidak akan memakai pakaian tebal, ia kira Alan mengajaknya makan di luar. Huh, menyebalkan sekali.

Alan berjalan memasuki lapangan basket. Sementara Nalla hanya mengikutinya di belakang. Dengan kesal Alan langsung berbalik. "Lo bukan babu gue, ngapain jalan di belakang." Sontak saja Nalla langsung melangkahkan kakinya cepat, dan berdiri di samping Alan.

Nalla menelan salivanya ketika melihat Alan mendekati banyak lelaki yang seusia dengannya. Mereka juga sedang memakai pakaian basket. Nalla yakin itu adalah teman-teman Alan. Namun, tampaknya mereka tidak satu sekolah dengan Alan.

"Woi, bro. Dateng juga lo." Ucap salahsatu cowok berambut pirang. Cowok itu mendekat kearah Alan dan saling sapa.

Begitupun Alan, cowok itu mendekat ke teman-temannya yang sedang duduk di pinggir lapangan, mereka ada delapan orang termasuk cowok berambut pirang tadi, lalu Alan menyapa teman-temannya.

"Siapa tu Lan?" Tunjuk seorang cowok memakai hoodie coklat yang kini sedang melirik ke arah Nalla.

Alan menarik tangan Nalla mendekat ke arahnya. "Pacar gue." Ujar Alan.

Nalla menahan kaget. Apa yang baru saja Alan katakan tadi? Pacar? Di tembak saja dia belum pernah. Tapi, ijab qabul sudah pasti Alan lakukan kemarin.

"Wow." Ucap beberapa teman Alan dengan kompak.

"Siapa namanya dek?" Tanya seorang cowok berbaju basket yang kini sedang merokok dengan santainya.

"Nalla." Jawab Nalla dengan cepat. Ia malas di jadikan sasaran bertanya. Ia menahan malu dan berusaha untuk tidak grogi. Bagaimana tidak, semua orang disini adalah cowok, sementara dirinya? Nalla juga tidak tahu mengapa Alan membawanya kesini.

"Bagus banget namanya." Teriak cowok di ujung sana. Sepertinya cowok itu sangat alay.

"Kelas?" Lagi-lagi Nalla menggeram dalam hati. Mereka mau main basket atau mau buat acara ajang tanya jawab.

"Sebelas."

"Wihh, Alan mainannya adik kelas aja ni." Goda cowok berambut pirang tadi.

Alan memilih mengabaikan ucapan temannya. Cowok itu justru sedari tadi mengecek ponselnya seperti sedang menchatting seseorang.

Tak lama kemudian, terdengar seseorang sedang mendrible bola basket di belakang Nalla dan Alan. Sontak saja keduanya langsung membalikan tubuh mereka.

Gibran?

Nalla menahan kagetnya.

Lain halnya dengan Alan, cowok itu malah tersenyum menyeringai. Sepertinya Alan yang mengundang Gibran ke tempat ini. Nalla tidak mengerti. Apa yang Alan rencanakan? Dan mengapa Nalla di ajak kesini?

"Gue kira lo takut." Ucap Alan yang kini melipatkan kedua tangannya di depan dada. Sorot matanya tak lepas dari Gibran.

Gibran tertawa remeh. "Bukan anak sekolahan kita kan? Ngapain mereka lo ajak?" Tanya Gibran sambil menatap arah teman-teman Alan.

"Gak ada perjanjian anak SMA Praja Mukti yang boleh ikut, gue nyuruh bebas kan?"

Gibran tersenyum singkat mendengar ucapan Alan. Lalu ia mengangguk mengerti. "Oke." Jawab Gibran, lalu cowok itu menatap Nalla yang berada di samping Alan.

Nalla membuang muka. Entah kenapa ia muak melihat Gibran.

"Nal, bisa kita bicara sebentar?" Tanya Gibran dengan beraninya. Padahal Alan sedang terang-terangan menatapnya.

"Huuuuuu." Teriak teman-teman Alan kepada Gibran.

Gibran mencoba menghiraukan teriakan itu. Ia fokus menatap Nalla yang bahkan tak menatapnya sedikitpun sekarang ini.

"Nal, bentar aja. Ini penting." Ucap lagi Gibran dengan suara memohon.

Alan menggertakan rahangnya sejak tadi. Ia masih menahan kepalan di tangannya. Ingin sekali Gibran tahu posisinya saat ini, yaitu pengganggu rumah tangga orang lain. Namun, Alan mencoba untuk tidak membongkar rahasianya untuk saat ini.

Nalla menahan dirinya untuk tidak menjawab pertanyaan Gibran.

"Woi, jadi gak ni tandingnya? Lo kebanyakan drama." Teriak cowok berhoodie coklat kepada Gibran.

"Biarin gue bicara sama Nalla sebentar, baru kita tanding." Ucap Gibran tak mau kalah.

"Ada urusan apa lo sama dia?" Tanya Alan yang sudah memanas sejak tadi.

Gibran tersenyum remeh. "Lo pasti udah ngancem Nalla kan untuk gak bicara sama gue? Lo siapanya Nalla sih?" Tanya Gibran yang mulai emosi.

Alan tak bisa menahannya sejak tadi. Tangannya sudah gatal ingin menonjok wajah cowok di hadapannya.

Namun, ia tahu situasi dan tempat ini sangat tidak memungkinkan ia untuk berkelahi. Yang ada ia dan teman-temannya pasti akan di usir oleh penjaga disini.

Alan akan melakukan sesuatu untuk bisa membuat sadar dengan posisinya saat ini.

Saat Gibran ingin melontarkan ucapannya lagi, Alan langsung menarik pinggang Nalla merapat ke tubuhnya. dan lagi-lagi Alan melumat bibir mungil Nalla yang membuat cewek itu menahan kaget hingga tubuhnya membeku seketika.

Gibran menjatuhkan bola basketnya. Menatap nanar di hadapannya, hingga tangannya mengepal kuat.

"Wowww." Seru semua teman Alan sambil bersorak ria.

Sangat lama Nalla dan Alan dalam posisi seperti itu. Bahkan, Alan semakin menarik pinggang Nalla agar merapat ke tubuhnya tanpa ada jarak sedikitpun.

Alan tidak munafik, ia kecanduan untuk yang kesekian kalinya.

#typo bertebaran guys
_____________

LEONA DAN GIBRAN UDAH MERASAKAN POTEK NI HATINYA,  KALIAN BAHAGIA ATAU MASIH KURANG?

NEXT SIAPA LAGI YANG AKAN AUTHOR SIKSA? 🥰

###

NEXT?

VOTE AND COMMENT.

JANGAN JADI SIDERS YA, GAK KASIAN SAMA AKU ? 🥺

FOLLOW IG :

@NALLAN_STORY

@ADANY.SALSHAA













Continue Reading

You'll Also Like

ALLEA By dhnyrhma

Teen Fiction

2.8M 288K 57
"Orang polos nggak ada di dunia ini, Sayang. Hanya saja, cara kamu melihat mereka dari sisi yang mana." ucap Allea. "Fan, Allea bukan wanita yang har...
6.1M 238K 61
[TELAH DITERBITKAN] "Pernah kebayang suka sama Kakak kelas di sekolah lo dan ternyata kalian masih sepupuan? Oh tidak. Ntah harus sedih ato pun senan...
93.9K 4.8K 39
[COMPLETED]βœ… {FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN BIASAKAN BERI SUARA AGAR SAYA NYAMAN UNTUK MENULIS] Bayangkan saja, 1 tahun gadis ini menjauhi kakak ke...
2.4M 98.5K 40
Berawal dari sekuter butut yang tak sengaja menabrak motor sport miliknya, membuat samudra sangat dongkol dengan si empunya sekuter "Woy liat liat d...