Guruh dan Pelangi (Ongoing)

By lamate06

291 76 2

"Kalau memang dia bahagia, aku rela.... " Pelangi terdiam, dilihatnya cincin yang melingkar di jari manis wan... More

Best friend?
Menetapkan Hati
Mengatakan yang sebenarnya itu butuh perjuangan
Tragedi
Guruh, kamu di mana?
Di rumah sakit
Mencari Guruh
Masih Belum Sadar
Sahabat Selamanya??
Dusta yang Menyakitkan
Kesedihan Pelangi
Tunangan Palsu
Kemarahan Guruh
Rencana ke Jogja lagi
Keresahan Ema
Gangguan Ema
Keindahan Pelangi
Pertemuan
Bagaimana caranya?
Siasat Licik
Sandiwara Ema
Kesalahpahaman
Sedih
Cemburu
Pengakuan Cinta

Obsesi Ema

8 4 0
By lamate06


Ema, 16 Desember 2018 Pk 13.00

Aku merengut sambil memperhatikan wajahnya yang tertidur lagi setelah berulang-ulang menggumamkan nama perempuan yang tidak jelas itu.

Kugenggam tangannya semakin erat, sekali-kali kuremas dengan pelan. Tangannya terasa sedikit dingin. Kupelankan remote AC yang ada di meja kecil samping tempat tidurnya.

Aku terduduk lagi dan terus memperhatikan dia yang tertidur lelap. Kupegang tangannya lagi erat-erat.

"Guruh, kamu milikku. Hanya milikku..." gumamku tersenyum. "Nanti kalau sudah pulih, kita jalan-jalan lagi ya."

Aku menghela nafas dan memperhatikan gerak nafasnya yang naik turun dengan pelan.

 "Bukan Pelangi. Hanya Ema yang akan ada di hatimu..." 


Pelangi, 16 Desember 2019 Pk 14.00

Aku berjalan sepanjang lorong rumah sakit, bunyi langkahku tidak terdengar karena memakai sepatu sneakers. Rumah sakit sebenarnya adalah tempat yang paling tidak kusukai. Semenjak terakhir aku terpaksa dirawat inap karena sakit demam berdarah. Perawat selalu datang menyuntik jariku untuk melihat kadar trombosit. Obat-obatan yang membuat lidah terasa pahit. Perasaan tidak berdaya di tempat tidur. Pengalaman yang tidak menyenangkan!

Kulihat papan penunjuk arah yang bertuliskan ICU. Aku melangkah agak cepat ke arah kiri sesuai arah papan itu. Sedikit bergidik karena melihat anak kecil yang muntah ke kantong plastik, sementara ibunya mengelus-elus punggung anak tersebut.

Aku terus berjalan dengan prihatin melihat pemandangan di sekelilingku. Kakek tua yang terduduk lesu dengan wajah pucat di kursi roda memperhatikanku berjalan, sementara anaknya sedang sibuk membuka file yang berisi tumpukan kertas. Aku tersenyum mengangguk sambil melewatinya.

Aku terus berjalan melewati lorong dan bangku-bangku panjang. Ada yang tertidur di bangku, ada ibu yang menyusui anaknya, ada yang terduduk diam entah memikirkan sesuatu atau mungkin menunggu namanya dipanggil petugas administrasi rumah sakit. Yang kulihat hanya dominasi warna putih dan abu-abu di seluruh ruangan dengan pohon palem di beberapa sudut.

Aku belok ke kanan setelah melewati beberapa ruangan, mengikuti arah petunjuk yang ditempel di dinding.

ICU....

Aku baru tersadar setelah melihat di papan putih pengumuman depan ruangan itu. "Jam besuk Senin-Jumat 17.00-19.00, Sabtu-Minggu 11.00-12.00, 17.00-19.00"

"Permisi suster, ada yang namanya Guruh?" tanyaku pada suster yang ada di depan ruangan. Dia terlihat sibuk mencatat sesuatu.

"Guruh? Sebentar ya." 

Ia menghentikan tulisannya sambil mengambil sebuah buku besar, mungkin daftar nama pasien. "Guruh Harianto? Masuk 2 hari yang lalu karena kecelakaan motor."

"Iya betul, sus."

"Ada. Tapi tidak boleh masuk tanpa kartu penjaga ya. Kecuali jam besuk nanti."

"Oh gitu ya suster, baiklah..." jawabku pasrah. 

Ya iyalah memang aku ini siapa? Tapi ngomong-ngomong siapa yang jaga Guruh ya selama dia sakit? Aku lupa tanya ke Herman. Seingatku orangtua dan kakak Guruh kan di luar negeri.

Aku terduduk di bangku depan ruangan ICU. Masih 3 jam lagi baru bisa masuk....


Ema, 16 Desember 2019 Pk 16.30

Aku menguap.... Sudah berulang kali aku meletakkan kepala sekedar melepas lelah. Capek ya menjaga orang sakit. Majalah sudah kubaca, sampai majalah baru sempat kubeli lagi di kantin rumah sakit. Makanannya kurang enak, ewww.... Aku sudah mencicipi nasi ayam dan kroketnya. Apa karena selera makanku tidak ada di rumah sakit ya?

Beberapa kali aku menangkap tatapan lelaki muda yang menjaga ibunya di tempat tidur pojok kiri. Dia seperti canggung bertatapan denganku. Kalau aku sih, sudah biasa ditatap seperti itu. Maklum ya, namanya juga orang cantik! Cukup lempar senyum kalau mau merespon dan tidak peduli bila biasa saja.

*Tring* Handphoneku berbunyi lirih tanda ada pesan whats app masuk. Pesan dari Herman

"Aku ada keperluan sebentar, nanti gantian jaga ya."

"Iya cepetan, ngantuk nih." Aku mengetik dengan cepat, sebelum menggit sepotong biskuit yang kubawa dari rumah. Kutatap layar handphone itu, Herman is typing....

"Sabar, aku kan juga jaga semalaman. Oh iya, besok ibunya Guruh akan datang. Sudah dikabari."

"Oh gitu ya, baguslah. Masak kecelakaan, ngga ada keluarga yang datang. Parah amat."  ketikku lagi.

 Wah, calon mertua bakal datang....hihihih. Aku jadi tersenyum-senyum sendiri. Kira-kira dia suka nggak ya sama aku? Pasti suka lah ya! Siapa sih yang nggak suka sama Ema ?!

"Ada teman Guruh dari Jakarta datang. Dia mungkin udah sampai di rumah sakit. Udah ketemu belum?"

Aku mengernyit. Teman Guruh dari Jakarta? Ya perempuan itu kan! kulihat layar handphone terus sambil menunggu dengan sedikit deg-degan.... Herman is typing....

"Namanya Pelangi...."

Aku terdiam dan memandang layar handphone tanpa berkedip.

Pelangi? Perempuan yang mau dijemput Guruh? Aku memandang Guruh yang masih belum sadarkan diri. Memikirkan perempuan itu saja sudah membuatku jengkel. Karena dia, Guruh mengabaikanku dan malah tertabrak mobil.

Hujan yang telah turun di luar kamar tidak membuat suasana hatiku membaik. Bahkan lelaki yang dari tadi mencuri pandang ke arahku sudah tertidur di kursi jaganya. Sengsara sekali tidurnya, kepala mendongak ke atas dan kaki diselonjorkan ke bawah tempat tidur. 

Aku mendapat sebuah ide cemerlang.  Begitulah diriku, selalu mendapat ide cemerlang. Sudah cantik, cerdas lagi! Kurang apalah aku ini....hehehe.

"Kamu hanya milikku, Guruh..." bisikku sambil menggenggam tangan kanannya erat-erat. 

Kucari-cari sesuatu di tas tanganku. Mencari cincin pasangan yang dipesan oleh kakak laki-lakiku untuk pacarnya. Aku kemarin membelikannya di toko perhiasan dekat kampus, tapi baru nanti malam bisa bertemu kakak. Jadi kubawa terus di tas ini biar ngga lupa. Suatu kebetulan yang menyenangkan ya!

Aku mengeluarkan sepasang cincin itu dari boxnya  lalu memakaikan cincin yang lebih besar ke jari manis Guruh. Kupakaikan cincin yang lebih kecil ke jari manisku dan tersenyum senang. Aku memegang dan menautkan jari kami sambil mencium pipi Guruh.

"Maaf sayang....cuma untuk jaga-jaga. Pokoknya kamu hanya milikku seorang." bisikku di telinganya. 

Continue Reading

You'll Also Like

540K 3K 23
WARNING 21+‼️ (Mengandung adegan dewasa) "Ughh..." Marina melenguh sambil mencengkram pergelangan tangan Willem. "Sakit, Will." "Kamu mendesah barusa...
853K 29.2K 40
"Kau tidak akan hamil," Kegiatan Abigel yang tergesa-gesa ingin meminum obat yang baru saja ia temukan didalam laci terbatuk seketika mendengar suara...
2M 304K 52
Kana membutuhkan Adam untuk menikahinya dan membawa Kana keluar dari kekangan sang Papi yang terlalu banyak melarangn dan mengaturnya ini-itu. Meski...
4M 16.7K 37
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...