Happy reading gaisuu
.
.
.
.
.
.
.
"oke guys! Minta perhatiannya sebentar!" seru Doni lantang di depan kelas.
Seperti sewajarnya, kelas XII IPA 2 kini kondisinya sangat tidak menyenangkan, bagi Nara. Karena guru yang sedang rapat jadilah kelas begitu ramai dan berisik.
"Daripada kalian cuma berisik nggak jelas, gimana kalo kita main dare or dare?" lanjutnya setelah semua teman sekelasnya memperhatikannya.
"Gimana? Setuju nggak?" tanyanya lagi setelah melihat teman sekelasnya hanya diam tak menanggapi, dikacangin.
"Setuju!" tiba-tiba Deva berseru dari tempat duduknya. Mendengar sang pangeran menyetujui, membuat para siswi-siswi pun ikut berseru setuju.
"Giliran yang ganteng aja langsung pada heboh" gumam Doni lirih.
"Tapi seluruh warga kelas XII IPA 2 harus ikut semua. Wajib!" tambah Deva membuat Nara menjadi pusat perhatian.
Nara tahu. Bahkan sangat tahu. Teman sekelasnya itu merasa keberatan apabila ia mengikuti game mereka. Dan kalau boleh jujur, Nara juga sebenarnya sangat tidak ingin ikut.
Mereka semua menulis nama masing-masing dan tantangannya di kertas yang berbeda. Setelah itu digulung dan dikumpulkan di dalam dua wadah terpisah.
Nara yang tadinya berniat tidak menuliskan namanya pun seketika diurungkan niatnya kala dengan santainya Deva menuliskan namanya.
"Nar, nama Lo udah gue tulisin. Gue tau Lo nggak bakal mau ikut, Lo tinggal nulis tantangannya aja udah"
Dengan terpaksa, Nara menulis tantangan pada sobekan kertas. Ia berpikir, apa kira-kira yang harus ditulisnya?
"Oke, ayo-ayo kumpulin. Yang wadah topi buluk itu buat nama, yang topi masih baru itu buat tantangan" seru Doni sambil berkeliling mengumpulkan gulungan kertas.
"Gue ambil yah namanya" Doni mengaduk-aduk gulungan yang berisi nama sebelum akhirnya mengambil salah satu.
"Haris!" Doni menunjukkan isi dari gulungan kertas tersebut yang menuliskan nama Haris.
"Yaahhh kenapa gue pertama sihh" cowok cungkring tersebut maju ke depan dan mulai mengaduk-aduk gulungan kertas yang berisi tantangan.
"Goyang sebelas sebelas shopee di depan kelas" ucapnya membacakan isi dari tantangannya. Sontak, teman sekelasnya menertawakan nasibnya yang harus menanggung malu tersebut.
"Lah anjir! Siapa yang bikin tantangan macem gini sih?!" ucapnya kesal.
Disisi lain, Nara hanya terdiam untuk meredam tawanya yang hampir keluar. Kenapa tantangan yang ditulisnya harus muncul pertama?
"Udah sih ris, terima nasib aja. Buruan joget shopee sebelas sebelas, nih gue setel lagunya" Doni memutar video shopee dan benar saja, Haris menirukan gerakan tersebut dengan sangat luwes.
"Lah si bangke! Lemes banget woy!"
"Baru tau tulang pinggulnya Haris elastis banget"
"Hahaha anjir! Haris muka Lo itu di kondisikan!"
Teman-temannya menertawakan bagaimana cara Haris berjoget dengan sangat apik.
"Udah lah! Pegel gue!" ucap Haris dan mengambil satu nama lagi dari topi buluk tersebut.
"Mita!"
"Mita yang mana?" tanya Mita kepada Haris.
"Ya Paramita Agustin lah, siapa lagi. Buruan maju!"
"Yang santuy dong" gerutu Mita berjalan menuju depan. Diambilnya salah satu dari gulungan kertas yang berisi tantangan tersebut.
"Peluk orang yang menurut Lo paling keren" Mita membacakan isi tantangan tersebut yang dihadiahi siulan dari teman sekelasnya.
"Suit suit, siapa nih mit?"
"Ciyee lah Mita, bakal menang banyak nih"
"Wah semoga gue yang dipeluk"
"Mit, abang Wahyu kan yang paling keren?"
Mita tak memperdulikan ledekan dari teman-temannya tersebut. Ia melangkahkan kakinya menuju barisan bangku belakang.
"Sudah kudugong, pasti Deva"
"Deva buruan tuker tempat sama gue!"
"Mita, gue envy woy!"
Detik berikutnya, mereka semua terdiam melihat Mita dengan tidak percaya. Jadi bukan Deva? Tetapi Nara?!
Nara pun tak kalah terkejutnya, bahkan mata dibalik poni tersebut membulat dengan sempurna kala Mita memeluknya secara tiba-tiba. Sama seperti yang lain, dirinya pun mengira Mita akan memeluk sosok disebelahnya.
"Menurut gue, di kelas ini yang paling keren itu Nara" ucap Mita setelah melepas pelukannya. Ia memandang teman sekelasnya.
"Dia itu, gimana yah? Dia itu misterius banget, terus aura yang dikeluarkannya juga kental banget kesan misteriusnya. Lah pokoknya dia yang paling keren" ucap Mita menggebu-gebu dengan diakhiri dua jempol di akhir kalimatnya.
Sekali lagi, mereka semua dibuat tidak percaya oleh apa yang baru saja Mita katakan. Nara? Keren? Yang benar saja!
Sementara itu, Nara rasanya ingin menangis. Selain sedikit terharu dengan apa yang baru saja Mita katakan, ia juga merasa sangat sedih. Sedih karena doanya tidak terkabul. Doa agar ditahun ketiga ini berjalan lancar seperti tahun-tahun sebelumnya. Lihat saja saat ini, ia tengah menjadi pusat perhatian dari teman sekelasnya. Ahh sial sekali.
"Oke-oke kita lanjut!" ucap Doni memecah keheningan yang terjadi.
Mita mengambil satu nama dan yang keluar adalah..
"Deva!"
"Eh? Gue?" tunjuk Deva pada dirinya sendiri.
"Iya Deva yang katanya ganteng sendiri" ujar Doni dengan malas yang dibalas seruan tidak terima dari para siswi.
"Deva emang ganteng yah!"
"Iya! Nggak kayak lo yang cuma bisa muji diri sendiri"
"Dasar arang Pawon!"
Doni hanya bisa mengelus dadanya sabar mendengar itu semua.
"Sabar Don, Lo nggak bakal menang kalo lawannya orang ganteng" Deva terkekeh mendengar gumaman Doni tersebut.
"Yang sabar ya Don" ucapnya seraya menepuk-nepuk punggung Doni prihatin.
"Gapapa, gue punya usus panjang. Buruan Lo ambil tantangannya"
Deva mengambil satu gulungan kertas tersebut dan membacanya.
"Tunjukin kontak WhatsApp yang Lo kasih pin" Deva melotot melihat isi tantangan tersebut berbeda halnya dengan teman sekelasnya yang nampak antusias.
"Loh gabisa dong! Ini kan privasi" ujarnya berusaha mengelak namun tak diindahkan oleh teman sekelasnya.
"Buruan kasih liat!"
"Itu udah peraturan Dev, gaboleh curang"
"Pasti ada apa-apanya nih"
Begitulah kira-kira yang teman-temannya ucapkan kala melihat Deva berusaha mengelak.
Dengan terpaksa, Deva mengambil ponselnya. Dibukanya aplikasi WhatsApp dan menunjukannya pada mereka semua.
"Japanese doll?"
"Siapa tuh Dev? Orang Jepang?"
"Wah kenalin dong Dev, gue juga pengen kenalan sama cewek bening"
"Si Deva diem-diem punya pacar Jepang gaes"
Deva tak menggubris prasangka teman temannya. Ia kembali menaruh ponselnya di saku celana. Ia hendak mengambil satu nama, namun diurungkan ketika mendengar bisikan Doni.
"Dugaan gue bener, huh. Kenapa nggak pake nama aslinya aja?" ujar Doni menggoda Deva. Senang sekali rasanya melihat Deva salah tingkah dengan telinga yang memerah, seperti sekarang ini.
"Apa sih lo! Nggak jelas banget" ucapnya berusaha tak peduli dan mengambil salah satu nama.
"Odi"
Setelah itu Deva kembali duduk ditempatnya. Telinganya masih memerah mendengar ucapan Doni barusan. Sahabatnya memang sungguh tau segala hal tentangnya.
"Hufft, malu banget sumpah" gumamnya membenamkan wajahnya di lipatan tangan diatas meja.
Iseng, Deva menoleh kearah kanan. Tepatnya dimana tempat duduk Nara berada. Namun, keisengannya itu malah membuatnya semakin malu kala Nara juga tengah menatapnya dari balik poni tersebut.
"Pliiss, tenggelamin gue di Palung Mariana"
***
Gimana gimana? Si Deva udah nongol lagi. Sekarang gantian si Ryan yang lagi semedi di bawah shower.
Oke deh, bye..