saat mobil Julian yang dikendarai Gian memasuki komplek perumahan kami, aku mengarahkan Gian untuk berhenti di rumah Julian, karna Dian masih belum siap untuk pulang ke rumah. dia takut akan dimarahi. menurutku wajar jika dia damarahi dan lagipula kemarahan orang tuanya tidak akan berlarut terlalu lama tapi anak itu masih tetap pada pendiriannya, belum siap pulang dan damarahi.
" Yan, tolong ambilin P3K, di dalam lemari dekat tv, " ujarku meminta tolong sebelum Gian benar benar menghilang dari balik pintu luar rumah.
" nanti bawa ke kamar Julian ya, " sambungku. Gian mengangguk.
aku menggandeng Dian memasuki kamar Julian. dirumah Julian tidak ada siapa siapa, Julian hanya tinggal berdua dengan ibunya, Tante Riani, dan Tante Riani juga harus bekerja, dia sangat sibuk jadi rumah Julian sering kosong, aku dan anak anak bisa keluar masuk kapan saja karna kami membuat kunci duplikat rumah Julian untuk dipegang masing-masing.
Gian memasuki kamar Julian lalu menyodorkan P3K padaku. setelah itu ia langsung pergi begitu saja. entah pergi kemana, aku tidak terlalu memikirkannya karna pikiranku sudah terkuras oleh Dian.
jam sudah menunjukkan pukul 20.05 WIB tapi mereka belum juga kembali. Dian sudah tertidur pula diatas kasur Julian.
" Liliuk!! " panggil Vokan dari luar setelah membuka dan menutup pintu rumah. Vokan membuka pintu kamar dan melongokkan kepalanya dari balik pintu.
" Dian tidur? " tanya Vokan sedikit berbisik, takut suaranya membangun Dian. aku mengangguk lalu berdiri menghampiri Vokan dan menutup pintu kamar. aku membawa vokan ke ruang tamu.
" Julian sama Denim mana? kok sendiri? " semburku langsung pada saat kami sudah duduk lesehan diatas lantai keramik berwarna merah ke-orenan atau jingga.
" mereka lagi beli makanan, belum makan kan lo? sama, gue juga! " jawab Vokan berdiri mengambil remote TV.
" eem Pok!! " panggilku ragu ragu. Vokan menoleh kearahku dengan tampang bodohnya.
" tadi gimana? " tanyaku lagi sedikit takut.
" gimana apanya? "
" ituloh, Tino "
" Oh Tino, gak sempat tadi, si Gian keburu datang bawa kami pergi, jadi kami belum sempet ketemu si Anj*ng itu!! lo tenang aja, gue belum nyerah kok! " jawab Vokan tanpa menoleh kearahku. dia terlalu fokus pada sosok artis sinetron nan seksi di televisi itu.
" bagus deh " gumamku lega. Vokan menatapku penuh tanda tanya saat mendengar gumamanku tapi aku tidak memperdulikan itu, yang terpenting hari ini mereka belum bertindak pada Tino.
dua puluh lima menit menit berlalu Gian datang membawa Julian dan Denim, tentunya bersama makanan. aku langsung menyambar kantong plastik putih berisikan makanan dan memilih lebih dulu makanan apa yang akan aku makan. mereka hanya maklum melihatku.
" pelipis lo kenapa Jul? " tanyaku disela sela memakan Mie Ayam Bakso Urat. Julian memegang pelipis nya sekilas.
" Oh itu, ini, ditonjok si Gian tadi, " jawab Julian santai.
" hah? gimana gimana? " tanyaku bingung. aku menghentikan makan dan fokus pada Julian. Gian juga menghentikan suapannya dan melihat kami berdua.
" jadi tuh gini, tadi kami udah hampir aja ketemu sama si Tino tapi si Gian datang tiba tiba ngehalangi kami, dan nyuruh pulang, tapi karna gue gak mau pulang gitu aja jadi gue berontak, nah karna keberontakan gue itu si Gian jadi main tangan, nonjok pelipis gue, taamaat!!! " jelas julian menceritakan.
" baru itu gue liat dia gigih amat, pasti ada sesuatu nih, " tuding Vokan meledek Gian. Gian justru mendorong punggung Vokan dengan jempol kakinya memperingati. ya biasalah anak laki laki mainya pake kode kodean.
aku berdiri kekenyangan setelah selesai menghabiskan dua mangkok mie ayam bakso. yang satunya mie ayam bakso itu seharusnya punya Dian tapi aku melahapnya habis karna Dian tidur. aku berjalan santai ruang tengah, duduk selonjoran disana. disusul dengan yang lain.
kami duduk melingkar, diinstruksikan oleh Denim. aku duduk disebelah Gian dan Denim. kepalaku bersandar dibahu Denim karna mengantuk. berkali kali aku menguap mendengar pembicaraan mereka yang serius untuk mengatur strategi tentang masalah Dian. karna terlalu mengantuk dan pembicaraan mereka terdengar samar samar aku merangkak maju, dan duduk ditengah tengah lingkaran.
" Aduh!! Liluk! lo ngapain sih duduk disitu? nyemak aja tau!! " berang Julian ketus.
" gak papa, biar gue lebih leluasa aja dengerin nya, klo di sini gue bisa denger semuanya " jawabku enteng. Gian menggaruk garuk kepalanya geram. jadinya mereka lagi lagi memaklumi sifatku yang terlalu bebas pada mereka.
" jadi besok, kita bakal datang ke tempat biasa Tino nongkrong sama temen temennya, soalnya kalo kita langsung ke rumahnya gak bakal ketemu, dia jarang dirumah, " ujar Julian menyimpulkan.
" woi!! udah napa, pikirin tuh si Dian, jangan berantemnya aja yang dipikirin, tu anak malam ini harus kemana? tidur dimana? pake alasan apa? dari tadi tuh tante Rini nyariin Dian terus, " selaku ditengah percakapan mereka menyusun rencana.
" O iya sampe lupa gue, bentar lagi mama pulang, gimana nih? " sahut Julian sedikit bingung.
" gimana kalo Dian biar tidur disini aja? ditemenin sama Liluk, terus nanti yang kabarin ke Tante Rini kalo Dian baik baik aja dan sekarang lagi di rumah lo, biar gue aja ntar, gimana? " saran Denim, akhirnya dia berbicara. gak heran kami menyebut Denim sebagai anak yang pendiam karna dia memang pendiam, tapi dia orang yang cukup asik dan bikin nyaman.
" Ok juga tuh, setuju!! " ujar Vokan menyetujui.
" kalo Tante Riani nanyak gimana? " tanyaku belum merasa lega dan puas dengan saran Denim.
" ya udah bilang aja kalo Dian lagi ada masalah dan belum mau pulang, pande pande julian deh tu ngomong sama mamanya, " balas Gian menyambung. aku pikir anak itu hanya sekedar duduk saja tidak menyimak dan memperdulikan. tapi ternyata tidak.
aku mengangguk mengerti setelah merasa lega karena satu masalah sudah terselesaikan.
" udah malam, gue juga ngantuk, mending Sekarang kalian pulang!! " ujar Julian menyudahi. mereka mengangguk lalu berdiri hendak pulang.
" mau kemana? pulang? " tanya Tante Riani di depan pintu. mereka berselisihan dengan Tante Riani di depan pintu karna tante Riani baru saja pulang. mereka mengangguk menanggapi pertanyaan Tante Riani lalu tante Riani tersenyum membalas tanggapan mereka.
Salam Hangat
Lintasan_Bintang