Al & El (Tamat)

By RahmatunNufus3

157K 14.9K 1.4K

Ketika dunia seakan tak menginginkan kita. Ketika orang yang kita sayangi juga tidak bisa menerima kita. Ket... More

PROLOG
Terabaikan (1)
Tetangga baru (2)
Maaf!! (4)
Sakit (5)
Baik-baik saja (6)
MIMPI BURUK (3)
Terima kasih (7)
Nina Valerie Agatha (8)
kirana? (9)
Munafik (10)
siapa dia? (11)
Kamu dan hujan (12)
Gerimis (13)
Pesta (14)
00:00 Wib (15)
Sekolah (16)
Kelas Unggulan (17)
Galang Pembully? (18)
Digo (19)
Antara iya atau tidak (20)
Luka (21)
Belum Berakhir (22)
Geng? (23)
Video yang menggemparkan (24)
Sisi Gelap (25)
Hukuman (26)
Ayah .... (27)
Ruang BK (28)
Siapa Lagi? (29)
Part Spesial (Happy Birthday)
Bertengkar (30)
Lelaki tua (31)
Kawan lama (32)
Pelakor (33)
WARNING!!
Seragam olahraga (34)
Makan malam (35)
Gengsi (36)
Rey? (37)
Payung Hitam (38)
Masih semu (39)
Terlahir Kembali (40)
Baikan (41)
Tukeran (43)
Visual (44)
Pertemuan (45)
Udara Baru (46)
Tahun Baru
Di panggil Oma? (47)
Agatha? (48)
Wajah Asli (49)
Bandara (50)
Membaik (51)
Terulang Kembali (52)
Berpisah (53)
Entahlah! (54)
Bertemu (55)
Jumpa Saudara (56)
Hujan (57)
Agatha (58)
Tulus kah? (59)
Percaya lagi? (60)
Kebenaran (61)
Akhir cerita (62)
Ending (63)
Epilog

Marahan (42)

1.6K 194 8
By RahmatunNufus3


"Lo kenapa nggak mau bicara sama gua?" Tanya Digo datar namun tidak begitu pada hatinya.

Galang yang untuk kesekian kalinya mendapatkan pertanyaan itu lagi-lagi hendak pergi menjauhi Digo yang sedang dirundung oleh kegelisahan.

"Lang!" Tegur Digo masih dengan tenang.

Dua langkah baru iya berjalan, lagi-lagi Digo menegurnya dengan intonasi yang lebih tinggi.

"Lo mau diemin gue sampe kapan? Kenapa lo gini sih?" Kali ini tidak lagi terdengar notasi dingin dari seorang Digo.

"Kalau ada yang salah, ya bilang! Jangan banci kek gini," lanjut Digo.

Galang yang mendengar kata 'banci' keluar dari mulut Digo lansung menarik kerah baju Digo dengan kasar.

Digo sama sekali tidak takut, dia hanya menatap mata Galang berharap menemukan jawaban disana. Namun, sayangnya yang dia temukan hanyalah tatapan kebencian juga kekecewaan darinya.

Hal apa yang membuat Galang jadi sekecewa ini? Kemana Galang yang selalu mengajaknya bicara juga melakukan banyak hal?

Hidup dalam pertengkaran yang terjadi selama bertahun-tahun hingga berakhir pada perceraian, membuat Digo kecil waktu itu melupakan senyumnya. Sampai pada hari itu, senyum nya kembali datang saat melihat seorang anak laki-laki seusianya yang lebih dulu menghampirinya dan berusaha berteman dengannya. Saat itulah, Digo kembali mendapatkan senyumnya, dan itupun hanya karena tingkah konyol sang sahabat.

Tapi kini? Apa dia harus kembali melakukan hal yang sama?

"Kenapa lo nggak pernah bilang, kalau waktu itu bukan lo yang nolongin gua?" tanya Galang yang masih memegang kerahnya.

"Waktu kapan?"

"Saat gue dipukul di jalanan sepi itu! Kenapa lo nggak pernah bilang?" Tanyanya lagi dengan nada penuh kekecewaan.

Galang ingat betul, memang dia yang lebih dulu mendekati Digo agar berteman dengannya. Dia rasa itu adalah hal yang bisa dia lakukan untuk membalas apa yang terjadi hari itu. Saat dia masih mengira, kalau Digo lah yang membawanya ke rumah sakit.

"Gue nggak pernah bilang kalau gue yang nolong lo!" Bela Digo.

Galang melepas genggamannya di kerah baju Digo. Lantas kemudian, dia berbalik sekilas dan mengusap wajah kasar. Dia kembali menatap Digo, dengan tatapan antara kecewa dan bodoh.

"Iya, lo memang nggak pernah bilang! TAPI LO SELALU DIAM SAAT GUE TANYA KAN? KENAPA LO DIAM HAH?!" bentak Galang marah.

Digo menelan ludah nya begitu mendapat pertanyaan yang membuatnya tidak mampu menjawab apa-apa. Galang pernah menanyakan hal itu saat dia mulai bisa nyaman berteman dengannya. Jika saat itu dia menjawab tidak, maka....

"Asal lo tahu ya? Gue! Waktu itu anggep diem lo sebagai jawaban," sambung Galang.

Digo masih diam hingga membuat Galang semakin menatap hina ke arahnya.

"Bagaimana bisa lo semunafik itu? Bagaimana bisa lo seegois itu? Lo tahu nggak? Waktu itu gue hampir gila ngedeketin patung dingin kayak lo! Gue hampir nyerah, tapi karena gue kira gue punya utang budi sama lo, gue tetep usaha!" Galang semakin mengeluarkan unek-uneknya.

Galang kemudian mengalihkan pandangannya, "dan lo tahu? Siapa yang sebenarnya nyelamatin gua? Itu adalah Alvin! Orang yang selama ini gue benci!"

Digo lansung terkejut begitu mendengar kalimat Galang. Pantas saja, kalau Galang sangat membencinya. Sekarang, dia pasti akan menumpahkan segala penyesalannya ke arah Digo. Karena baginya, Digo lah yang salah disini. Itulah Galang.

Tapi disisi lain, Digo juga tahu kalau Galang pasti cukup kesulitan ngehadepin ini. Orang yang selama ini disanjungnya ternyata bukan orang yang dicarinya. Jujur, sebenarnya beberapa kali Digo pernah hendak memberi tahukan Galang akan kesalahpahaman tersebut. Tapi keadaan tidak pernah memihaknya. Sampai pada akhirnya, Digo melupakan hal itu, karena sudah terlalu nyaman sama mereka.

"Maaf," ucap Digo akhirnya.

Galang tersenyum remeh mendengar permintaan maaf Digo. "Telat, lo bukan teman yang baik Go!" Balas Galang dan langsung pergi mendahului Digo yang mematung mendengar kalimat terakhir Galang.

Bukankah ini tidak adil baginya?

°°°°

"Kamu baru pulang dari mana?" Tanya seorang bapak-bapak kepada sang gadis yang baru pulang jam 1 pagi tersebut.

"Apa itu penting?" Sarkas sang gadis seraya menatap tajam sang Papa.

"Papa kan cuma nanya? Kamu baru pulang darimana? Kenapa setelat ini?"

Nina mengalihkan pandangannya, "baru pulang jalan sama temen,"

"Temen siapa? Namanya? Kenapa bisa telat?" Selidik sang Papa khawatir.

"Nggak usah ngomel nggak bisa apa? Tiap pulang selalu ditanyain sampe ke akar. Enek tau nggak?" kesal Nina dan langsung berlari melewati sang Papa ke kamarnya.

Bhummm

Terdengar jelas kalau pintu kamar Nina di bentur keras. Papanya Nina, atau bisa kita sebut dengan Danil hanya mampu mengusap dadanya. Meningkatkan kesabaran dan kembali mencari cara agar bisa kembali mengambil hati anaknya.

Nina. Bukannya dia tidak merindukan gadis kecilnya, hanya saja selama ini Santi selalu menahannya.

Dan saat dia kembali lagi, Nina nya bukan lah lagi gadis kecil yang masih bisa dipangku di pangkuannya. Nina-nya hanyalah Nina yang mempunyai kebencian teramat besar kepadanya.

Di lain sisi, Alea sedang mendengarkan hal-hal yang memang sering terjadi belakangan ini dengan sendu. Andai saja sekali saja Nina mau mendengarkan nya, dia pasti akan menceritakan seberapa besar papanya merindukan dia. Saking besarnya, sampai terkadang papanya lupa bahwa dia masih punya gadis kecil lain di sisinya.

°°°°

"Gimana? Lo udah pergi nemuin psikiater yang gue saranin?"

"Enggak, males,"

Elvan yang mendengar jawaban Alvin lansung bangkit dari kasurnya dan menatap Alvin tidak santai.

"Malas apanya sih Al. Lo angkat galon putar-putar tangga sehari sampe puluhan kali itu apa?"

"Ya, itu gabutz,"

Alvin memang sulit diterka. Kadang tanpa angin apapun dia sering melakukan hal random. Seperti ini contohnya.

"Bego gue kalo bicara ma lo!"

"Bodo amat,"

Elvan menghela nafas dan duduk di meja belajarnya.

Sesaat dia menarik nafas dan berkata "Al, mau tuker posisi nggak?"

Alvin yang mendengarkan pertanyaan Elvan sedikit mendongakkan kepalanya. "Maksudnya?"

"Gue jadi lo. Dan lo jadi gue!"

"Boleh emang?"

"Ya, boleh. Tapi ati-ati Jan sampe katahuan,"

"Okeyy," balas Alvin dengan senyum smirknya.

°°°°

Continue Reading

You'll Also Like

164K 14.7K 46
Jika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang m...
211K 11.5K 20
Debby Natasha gadis berusia 16 tahun, berprofesi sebagai pengamen jalanan untuk kebutuhan sehari-hari nya. Ia tinggal di sebuah kontrakan,saat memutu...
1.1M 33.2K 44
"Sialan Dara?!" "Si bangsat Aksa?!" Setelah kedua manusia itu saling melempar umpatan, lalu hening sekejap seolah semesta bercanda mempertemukan mere...
558K 589 37
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...