Fleurs Séchées | The Golden S...

By penajelita

1.3M 142K 13.6K

A heartfelt tale. Michael Leclair has a neighbor. He never thought he would be able to love again after years... More

PROLOG
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
XLIX
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX
LX
LXI
LXII
LXIII
LXIV
LXV
LXVI
LXVII
LXVIII
LXIX
LXX
LXXI
LXXII
LXXIII
LXXIV
LXXV
LXXVI
LXXVII
LXXVIII
LXXIX
LXXX

XXI

12.5K 1.5K 77
By penajelita

           Malam itu, Mikael sedang berada di dalam kamar dan memeriksa ulang barang-barang yang Andaka siapkan untuk kepulangannya besok ke Paris. Pria itu hanya mampu memberi Jakarta kesempatan selama satu minggu. Ia sudah cukup merasa berantakan dan kosong sehingga ia tidak mampu memberi lebih banyak waktu. 

          Jakarta sudah lama kehilangan dirinya sepuluh tahun yang lalu. 

          Mikael sedang melepas kancing-kancing kemeja biru mudanya setelah ia menyudahi telepon dari Tyler Karim tentang keberangkatan mereka besok. Baru saja Mikael meletakkan ponsel di atas meja saat ponselnya kembali berdering dan melihat nama Alana di sana. 

          "Mikey, you crazy!" Alana berseru ketika Mikael menerima panggilannya.

          "Don't waste my time. Kalau kamu hanya-"

          "Alana bisa menikahi Alan Asmaralaya?" potong Alana masih memekik karena ia kesal setengah mati kepada Mikael. "Tadi Papa bercerita tentang CLAIR dan juga—oh, tentu saja—saranmu yang sangat konyol dan gila. Memangnya aku terlihat seperti penyuka anak kecil, Mikael?"

          "Apa ada yang salah? Kamu juga anak Papa dan keturunan Leclair," jawab Mikael tidak acuh dan Alana menggeram gemas.

          "Jelas saja salah!" seru Alana lalu Mikael tertawa kecil mendengar adiknya marah-marah. 

          "Mikey, umur kita sama. Coba kalau kamu yang menikahi anak SMA, apa kamu mau? Saranmu itu sangat bodoh."

          "Alana, kamu berlebihan."

          "Mikael, kamu bodoh dan menyebalkan."

          "Ya, terima kasih kalau begitu. Teleponmu tidak penting dan aku masih harus membaca email dan packing," Mikael berkata.

          "Dasar workaholic. Kamu jadi ke Paris besok?" tanya Alana.

          "Iya," jawab Mikael datar sebelum alisnya bertaut ketika ia mendengar suara yang ramai dari sisi panggilan Alana. "Alana, kamu di mana? Kenapa terdengar ribut sekali?"

          "Aku mau ikut ke Paris boleh ya? Sehari saja untuk membeli Ladurée dan ke Fouquet's. Aku tiba-tiba ingin macaron."

          Mikael tidak mempedulikan perkataan Alana dan ia kembali bertanya, "Alana, kamu di mana?"

           "Ingin tahu sekali sih," cibir Alana lalu menjawab, "Aku sedang menemani Alyssa ke rumah sakit."

           "Rumah sakit? Kenapa larut sekali? Ini sudah jam sebelas malam," Mikael melirik Patek Phillipe di tangannya. Setahu Mikael, adiknya itu jarang sekali keluar malam kecuali untuk hal yang penting-penting saja.

           "Well, Alyssa memintaku mengantarnya ke rumah sakit karena Raeden Agratama yang sakit jiwa itu membuat Rose jatuh dari tangga," kata Alana.

            Mikael tertegun. Sesuatu di dalam dadanya bergemuruh begitu kencang ketika mendengar kata-kata Alana. 

            "Halo? Apa kamu masih di sana Mikael?"

            Mikael tidak menjawab sama sekali dan ia memejamkan matanya. Rose harus baik-baik saja.

            "Aku ingin ke sana. Kirimkan aku alamat rumah sakitnya sekarang, Lan," perintah Mikael kepada Alana lalu mengambil kunci mobilnya dengan sangat cepat. 

            "Mau ngapain?!" Alana memekik heran. 

            "Jangan banyak bertanya, Alana. Kirimkan saja aku alamatnya sekarang. Aku harus ada di sana."

***

            Michael Leclair menyusuri lorong rumah sakit cepat. Ia kemudian menemui Alana yang menunggu di dekat pintu kamar rawat Rose dan Alana ketakutan saat melihat kedua mata Mikael. Alana tahu Mikael marah besar. Namun, yang membuat Alana bingung adalah mengapa pria itu marah dan berkata pada sambungan telepon tadi bahwa ia harus ada di sana. 

             "Alyssa sudah tahu kamu mau ke sini dan dia sedang mengurus administrasi di bawah," kata Alana.

            Mikael tidak peduli dengan Alyssa karena saat ini ia hanya ingin masuk ke kamar rawat Rose.

            "You look so pissed," kata Alana lagi.

            "I am. Mana Raeden?" 

            Alana bergidik ngeri ketika mendengar suara Mikael. "Alyssa sangat marah tadi sampai menyuruh Raeden pulang. So, he's gone. Kalau kamu mau apa di sini, Mikey? Setahuku kamu tidak pernah dekat dengan Asmaralaya?"

           Alana mengangkat sebelah alisnya dan ia tersenyum miring saat Mikael tidak menjawabnya dan berjalan ke pintu kamar rawat Rose. Ada satu hal yang Alana pikirkan, tetapi ia tidak mengungkapkannya karena ia tidak ingin Mikael semakin marah.

           Mikael mendatangi kedua penjaga di depan pintu kamar, "Bisa saya masuk?"

           "Maaf, Pak, hanya untuk keluarga. Bapak siapanya Ibu Rose?" tanya penjaga itu dan segan-segan menatap Mikael.

           "Saya Michael Leclair," jawab Mikael dengan dingin. Kedua penjaga itu menundukkan kepala dan akhirnya mempersilakan Mikael masuk ke dalam kamar rawat Rose. 

           Pria itu langsung terpaku ketika melihat Rose yang terbaring di atas kasur dan memejam begitu tenang. Mikael menarik napas untuk menenangkan diri sebelum menarik kursi ke sebelah kasur dan duduk dengan perasaan yang sangat sulit ia jelaskan.

           Hal yang pertama kali mencuri perhatian Mikael adalah gips di tangan Rose. Ia semakin ingin menghancurkan Raeden setelah melihatnya dan beberapa memar di tubuh Rose termasuk lebam di mata wanita itu yang tadi sore setengah mati ditutupi darinya. 

           Mikael mengamati Rose dan menyibak helaian rambut yang jatuh menutupi dahi wanita itu. Kemudian Mikael menyadari banyak bekas luka di sana dan ia menutup mata saat mengumpat Raeden dalam hatinya. 

           "Hi. Kamu di sini," Rose terbangun karena sentuhan Mikael di dahinya.

          "Close your eyes and back to sleep, Rose." 

          Rose tidak mendengarkan Mikael dan hidungnya sedikit mengerut. "Mikael, kenapa kamu di sini dan kenapa kamu kelihatan marah?"

          "Itu tidak penting."

           "No, aku mau tahu kenapa kamu di sini."

           Mikael menjawab Rose, "Menurutmu?"

           "Memangnya kamu tidak sibuk? Besok kamu pulang ke Paris."

           "Paris can wait. Tapi kamu? Kamu dengan memar-memar dan penyangga bahu kamu di rumah sakit ini tidak bisa menunggu," kata Mikael dan ia sekali lagi menyingkirkan anak rambut Rose. 

           "Aku juga tidak perlu menunggu kamu," Rose menjauhkan tangan Mikael dari dahinya lalu bertanya, "Kenapa kamu terdengar marah?"

            "Tidak ada yang marah."

            "Kamu tahu kamu pembohong yang buruk kan?" tanya Rose sehingga Mikael mendesis sinis.

            Aku lebih dari marah, Rose. Bukan hanya karena Raeden, tetapi karena kamu membuatku khawatir sampai aku lupa cara untuk bernapas. 

            "Stop talking, Rose," kata Mikael lalu hendak berdiri karena ia tidak lagi sanggup menatap luka-luka pada tubuh Rose. Namun, wanita itu meraih tangannya sehingga ia kembali duduk. 

            "Aku tidak akan diam sampai kamu memberi alasan mengapa kamu di sini. Kita belum sedekat itu, Mikael. Kamu membuatku bingung," Rose menautkan alisnya. 

           Mikael tahu Rose kebingungan seperti Alana. Semua orang bingung mengapa Mikael ada di sana. Bahkan Mikael sendiri juga tidak tahu jawabannya, tetapi ia tahu ia sangat tidak suka ketika mendengar Rose kembali dilukai Raeden apalagi kali ini sampai masuk rumah sakit.

            "You ran away from your sick fiancé to my penthouse dan sehari setelahnya ini terjadi. You put me here already and I'm not going to walk away saat aku tahu kamu terluka karena Raeden, you hear me? Kamu yang membuatku terlibat dan berada di sini, Rose."

            "Walaupun aku membuatmu terlibat, that doesn't mean you have to be here, Mikael." 

           Rose menyipitkan mata menatap Mikael. Ia tahu ia semakin membuat pria itu marah dan memang itu tujuannya. Rose ingin tahu alasan Mikael dan caranya adalah dengan bersikap menyebalkan. 

            Pria itu tertegun sebentar,"I don't have to but I want to. Aku juga tidak mengerti tetapi aku ingin berada di sini. Mungkin karena aku tidak suka melihat kamu terluka dan aku tahu aku bisa melindungi kamu. I told you, you need me, Rose."

            "Mikael, sekalipun kamu bisa menguasai seluruh dunia ini, tidak berarti kamu bisa melindungi aku," kata Rose dengan kesal. "I mean, who are you really? Kamu tidak bisa memaksaku, Mikael.You can control or force everything in this world, but not me. Aku baik-baik saja dan aku tidak butuh kamu untuk melindungi aku dari Raeden."

          Saat itu Mikael tahu Rose marah dan ia tidak lagi bisa menahan emosinya lalu berkata, "Kamu baik-baik saja? Oh, c'mon. Cinta yang kamu bilang kepada Raeden itu sudah berubah menjadi racun sehingga kamu terus berpikir bahwa Raeden melakukan ini semua karena dia cinta kamu. Apa matamu juga ikut buta sampai kamu tidak bisa melihat memar-memar dan arm sling di tanganmu?"

         Rose ingin sekali menjawab tetapi ia tidak bisa karena ia tahu Mikael benar. Mikael sangat benar. 

          "You know what, Rose?  Aku sudah berusaha menahan amarahku sejak aku mendapat telepon dari Alana—"

          "Tuh, kan, jadi benar kamu marah," Rose tersenyum saat Mikael memakan umpannya. Ia berhasil mendapatkan pengakuan yang ia mau. 

         "You're testing me," kata Mikael lalu menyipitkan matanya.

         "Iya," jawab Rose tanpa merasa bersalah.

         "I mean it, Rose. Every single words I said."

         "Iya, aku juga. Kamu tidak bisa seenaknya berkata kamu bisa melindungi aku. Tidak ada jaminannya, tidak ada alasan pastinya. Kamu merasa seperti itu karena kamu terbiasa menguasai semua hal. But you can say it again the next time you have the bet. Aku tunggu alasan kamu. Oke, Leclair?" 

          Rose tersenyum karena ia baru saja menantang Michael Leclair dan ia tahu pria itu tidak bisa menjawabnya. Namun yang Rose tidak tahu adalah Mikael selalu menyukai tantangan dan sangat mampu memberinya alasan yang ia tunggu. 

           Ya, Mikael memang sangat mampu.

Continue Reading

You'll Also Like

510K 516 15
Full adegan seks bercinta penuh nafsu bikin memek gatal
666K 29.7K 44
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
3M 312K 52
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
975K 4.5K 17
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!