CALISTA [COMPLETED]

By cinta_claudya

25.9K 2.8K 1K

SEDANG DIREVISI. JIKA ADA KESALAHPAHAMAN, HARAP DIMAKLUMI!! :) Mulai revisi 17 Mei 2021. JANGAN LUPA FOLLOW S... More

Prolog
1. Pandangan Pertama
2. Unknown Paket
3. Takdir Tuhan atau Kebetulan
4. Rival?
5. UKS
6. Melody Music Course
Cast
Part 10 -Rian-
Part 11 -Awal kedekatan-
Part 12 -Lelah-
Part 13 -Cinta Pada Pandangan Pertama?-
Part 14 -Rasa Strawberry-
Part 15 -Gak ada Penolakan-
Part 16 -Just mine & only-
Part 17 -ABC Mall-
Part 18 -Dijodohin?-
Part 20 -Aku yakin❤️-
Part 21-Pergi Lagi-
Part 22 -Day 1-
Part 23 -Day 2-
Part 24 -Day 3-
Part 25 -Sakit yang mendalam-
Part 26-Penjelasan dan rencana-
Part 27 -Baikan-
Part 28 -Berulah lagi-
Part 29 -Darah dan Mama-
Part 30 -Tasya-
Part 31 Malam Minggu
Part 32 -Sandra-
Part 33 -Surat biru langit-
Part 34 -A Plan?-
Part 35 -Gak Ada Surat?-
Part 36 -Tak ada kabar? kemana?
Part 37 -Curhatan Alex-
Part 38 -RafAlana-
Part 39 -Persiapan-
Part 40 -CampDay1-
Part 41 -CampDay2-
Part 42 -CampDay3- (Maya)
Part 43 -Curhatan&Penjelasan-
Part 44 -Siapa Pelakunya?-
45 -Cctv?-
Part 46 -LastDayExam-
Part 47 -Stop atau putus-
Part 48 -Beautiful in Red-
Part 49 -Kedatangan-
Part 50 -Senja Pergi-
Part 51 -Kata-kata Alex-
Part 52 -Kemana?-
Part 53 -Gak Enak-
Part 54 -Awal Manis/Awal Pahit-
Part 55 -Sekali Saja-
Part 56 -Sedikit Berbeda-
Part 57 -Mengundurkan Diri-
Part 58 -Tears and Hurt-
Part 59 -2X Lie+Hurt(2)-
Part 60 -Pergi yang tak dicari-
Part 61 -Bruk Brak Dugh Bugh-
Part 62 -Pergi-
Part 63 -Ngamuk-
Part 64 -Percobaan yang Gagal-
Part 65 -Ini Dorr Beneran-
Part 66 -Menyesal dan Flashback-
Part 67 -I'm Looking For You-
Part 68 -Sedikit Flashback-
Part 69 -Ketahuan-
Part 70 -Selamat Tinggal-
Lanjutan Pt 70 -Apa Harus Diberitahu?-
Part 71 -Alasan Sebenarnya-
Part 72 -Tugasku Selesai-
✨End✨
✨Extra Part✨
PENTING! BUKA SEKARANG!!

Part 19 -Confused-

330 41 30
By cinta_claudya

"Aku bingung harus apa.
Bantu aku untuk meyakinkan hati ini."
.
.
.
.
.

Hai semwahh👋
Makasih udah vote di part sebelumnya ❤️

HAPPY READING SODARA-SODARA

Aku bingung harus apa saat aku akan dijodohkan dengannya. Dengan keras aku menolak, karena ku tahu dia seperti apa. Tapi di satu sisi, mereka memintaku untuk memperkenalkanmu dengan mereka. Lantas bagaimana tentang perasaanku denganmu? Sudahkah ku dapat memastikan hati ini benar-benar hanya untukmu?

Weekend ini, Calista bersama dengan keluarganya menginap di Perumahan Green Park, begitu juga dengan keluarga Alex. Mereka sedang kumpul keluarga. Tidak terlalu ramai memang, karena Bima dan Ana hanya memiliki dua anak, yaitu Aksa dan Reno. Aksa juga hanya memiliki satu anak, yaitu Alex.

Pagi ini mereka sedang menghabiskan waktu di taman belakang rumah dan kolam berenang.

Calista duduk di pinggir kolam berenang bersama dengan Alex. Ia bingung, apakah ia harus menceritakan kejadian semalam dengan Alex.

Ah, sudahlah. Lebih baik ia simpan sendiri saja dulu. Toh, Reno dan Selina sudah tahu bahwa Calista memiliki pacar.

Byurrr ...

Dengan sengaja Marcel lompat ke kolam berenang tepat dari sebelah Calista, dan membuat gadis itu basah kuyup. Sengaja Calista duduk di pinggir kolam karena ia hanya ingin bermain air saja, tidak berenang.

"MARCELLLLLL!!" teriaknya menggelegar sambil mengusap wajahnya yang basah karena air. Marcel langsung berenang ke tengah, takut dikejar Calista. Sementara Alex tertawa terbahak-bahak menatap kekesalan gadis itu.

Alex juga ikut basah akibat ulah Marcel, namun sebelumnya ia juga sudah berenang, jadi tidak masalah.

"Cal, jangan teriak-teriak dong," tegur Selina dari taman sana.

"Si Marcel, Mah, dia lompat pas banget di sebelah Calista, 'kan basah jadinya," balas Calista emosi.

"Yaudah, sih, tinggal berenang aja apa susahnya, elah...," kata Marcel dari tengah kolam tanpa rasa bersalah.

"Iya, Cal, ayo, dah, berenang. Kita habisin si Marcel," ajak Alex yang turun ke dalam kolam.

Calista mengangguk dan mengikuti Alex. Keduanya mengejar Marcel, Marcel terus berenang untuk menghindar.

Hingga akhirnya, Calista berhasil menangkap adiknya itu. Ia menjambak rambut Marcel dengan kuat, membuat Marcel teriak kesakitan.

"MAHHH, TOLONG ... MARCEL DIJAMBAK NIH ... SAMPE MAU PUTUS KEPALA MARCEL!!!" teriak Marcel sembari berusaha melepaskan tangan Calista dari rambutnya.

"Mampus lo, gantian," ketus Calista.

Lagi-lagi Selina menggeleng menatap tingkah laku kedua anaknya, benar-benar ajaib.

Mira terkekeh. "Sudahlah, Sel, emang begitu kakak adik. Coba aja Alex punya adik atau kakak pasti juga bakal sering ribut."

"Mau punya anak lagi, kah?" goda Reno terkekeh.

"Mau, sih, tapi Mira yang gak mau hahaha," jawab Aksa juga ikut tertawa.

Mira langsung memukul lengan Aksa. Ia menunduk malu.

Ana datang dari dalam rumah. "Emh, kita sarapan dulu, yuk, makanannya udah siap."

Mereka semua mengangguk lalu beranjak masuk ke dalam rumah. Bima menoleh ke arah kolam berenang dan melihat cucu-cucunya sedang asik berenang.

"Lex, Cal, Cel, kita mau sarapan dulu di dalam. Kalian sarapannya di sini aja, ya, nanti makanannya diantar Bi Nina," ucap Bima.

Mereka semua mengangguk. "Iya, Opa, kita di sini aja. Kalo kita ikut masuk ntar jadi licin lantainya."

Sembari berenang, Calista teringat sesuatu. "Oh, ya, Kak, lo kenal Tasya, gak, sih? Dia adik didik aku di MMC, katanya rumahnya di dekat sini juga." Ia berbicara kepada Alex.

Alex tampak berpikir sejenak. "Tasya ...
Oh, ya, gue kenal sama dia. Si cantik itu, 'kan? Hahaha, sayang masih SD." Ia terkekeh.

"Doyan lo sama bocah?" tanya Marcel sinis.

"Doyan matamu. 'Kan udah gue bilang, sayang masih SD. Kalo doyan juga udah gue pepet, tuh. Tapi gue ingat umur juga kali," balas Alex sambil menggeplak kepala Marcel, "emang kenapa, Cal?" lanjutnya bertanya kepada Calista.

"Dia minta aku buat main ke rumah dia, kalo aku lagi nginap di sini," jawab Calista sekenanya.

Alex mengangguk mengerti dan berkata, "rumah mnya gak terlalu jauh kok. Naik sepeda juga sampe, ya tapi kalo jalan kaki, sih, cape juga."

"Ya, sama aja jauh goblog," celetuk Marcel lalu berenang ke pinggir kolam karena melihat Bi Nina sudah datang dengan membawa sarapan pagi.

"Pengen gue tampol adek lo, Cal," kata Alex seraya menggelengkan kepalanya.

"Sama, gue juga."

❤️❤️

Alex, Calista, dan Marcel berniat mengunjungi rumah Tasya menggunakan sepeda. Alex dan Marcel sudah mengeluarkan sepeda mereka dari dalam garasi, namun Calista belum juga keluar rumah.

"KAK CALLL, YUHUUUUU ... CEPETAN DONG!!" teriak Marcel dari depan rumah.

"Jangan treak-treak juga, oncom. Malu sama tetangga," tegur Alex. Marcel hanya nyengir.

Tidak lama kemudian, Calista keluar dengan sepedanya.

"Lama amat, sih," sinis Marcel. Calista hanya mencibir.

"Yaudah, ayo jalan," ajak Alex lalu melajukan sepedanya lebih dulu menuju rumah Tasya.

Di sepanjang jalan, ditanami berbagai macam pohon-pohon, membuat udara di sini terasa sangat segar walaupun letaknya tepat di tengah-tengah ibu kota.
Tidak heran jika dinamakan Perumahan Green Park. Semuanya serba hijau.

"Cal, itu rumahnya," ucap Alex menunjuk rumah bercat hijau muda itu. Mereka bertiga melajukan sepedanya menuju rumah itu.

Tapi tunggu, ada sebuah mobil yang tidak asing bagi Calista terparkir di depan rumah bercat hijau muda itu.

"Kayak kenal mobilnya," gumam Calista yang masih bisa didengar oleh Alex.

Alex menoleh. "Mobil Gerald bukan, sih?" tanyanya memastikan.

"Ah, ya, mobilnya Kak Gerald itu," balas Calista.

Setelah mereka memarkirkan sepeda, mereka berjalan masuk ke rumah itu, kebetulan Tasya keluar ingin mengambil boneka yang tertinggal di ayunan taman.

"Kak Calista," seru Tasya, lalu berlari menghampiri Calista.

"Hai," sapa Calista yang berjongkok di depan Tasya.

"Akhirnya kakak ke sini juga," ucapnya senang.

"Oyy, Tasya, lupa nih sama Kak Alex?" canda Alex.

Tasya menoleh ke Alex dan memeluk Alex.

"Hehe ... Gak lupa kok, Kak. Yaudah masuk, yuk. Di dalam ada teman mama juga."

Mereka masuk ke dalam rumah, dan benar saja, di sana ada dua orang yang juga tidak asing bagi Calista dan Alex.

Sandra dan Gerald. Ya, dua orang itu adalah mereka. Hanya kebetulan atau takdir Tuhan?

Pandangan Gerald dan Calista bertemu. Gerald menatap Calista dengan tatapan bingung.

"Mi, ini Kak Calista. Kakak yang ajarin Tasya di MMC," ucap Tasya, lalu duduk di sebelah Indira. Ya, namanya adalah Indira.

"Oh, ya. Hai, Calista ... Saya Indira, mamanya Tasya," ujar Indira dengan mengulurkan tangannya.

Calista membalas uluran tangan Indira dan berkata, "Calista, Tan, sepupunya Kak Alex, dan ini Marcel adik aku."

"Oh, jadi sepupunya Alex. Silahkan duduk," kata Indira.

Jadi Marcel nama adiknya. Sialan, dia yang bikin gue salah sangka kemarin, batin Gerald mengendus.

"Alex, temannya Gerald, 'kan?" tanya Sandra memastikan, karena memang Alex dan yang lainnya sudah jarang main ke rumah Gerald, sehingga Sandra samar-samar mengingat wajahnya.

"Iya, Tan." Alex mengangguk tersenyum.

Gerald masih diam dan memperhatikan Calista. Mungkin belum saatnya untuk memperkenalkan Calista dengan Sandra, pikirnya.

"Oh, ya, Mi, kemarin Tasya minta Kak Calista buat main ke sini. Gapapa, 'kan, Mi?" tanya Tasya kepada Indira.

Indira mengangguk dan menjawab, "ya, gapapa dong."

"Yaudah kalo gitu, kita main di luar, yuk, Kak. Kak Alex, Kak Gerald, dan kakak ini juga ikut. Yuk," ajak Tasya dengan menunjuk Marcel.

Marcel pun terkekeh. Bener aja Kak Alex ngomong kayak tadi pagi. Orang anaknya gemoy begini, batinnya terkekeh.

Saat tiba di taman tempat Tasya mengambil bonekanya tadi, Alex sengaja mengajak Marcel untuk pulang lebih dulu agar Calista dapat menghabiskan waktu bersama Gerald.

"Kenapa harus balik, sih? Gue masih mau main bareng adek gemoy tadi," gerutu Marcel sembari menggoes sepedanya.

"Tadi aja sok bilangin gue, lo, sekarang doyan juga, 'kan, lo, setan," cibir Alex, kemudian melaju mendahului Marcel.

"Tungguinlah setannnnn!!"

Sementara di sisi lain ...

"Kenapa bisa ada di perumahan ini?" tanya Gerald kepada Calista.

"Hm, nginap di rumah oma," jawab Calista sekenanya.

"Kak, lebih kencang dong dorong ayunannya," celetuk Tasya.

Gerald tersadar, lalu kembali mendorong ayunan itu lebih kencang. Ya, mereka sedang bermain di taman depan rumah.

"Itu tadi mama kakak? Kenapa gak dikenalin?" Calista bertanya bingung.

"Nanti ada waktunya. Emang lo udah pengen banget gue kenalin ke mama gue?" goda Gerald dengan menaikkan sebelah alisnya.

Seketika Calista bersemu, dan berkata, "apa, sih ... Enggaa!!"

"Kak, beli es krim, yuk," ajak Tasya dengan mendongakkan kepalanya ke belakang.

Gerald mengangguk. "Ayo." Ia memegang tangan Tasya untuk turun dari ayunan.

"Ayo, Kak Cal." Tasya menarik tangan Calista.

Mereka berjalan menuju mini market yang tersedia dia perumahan itu, tidak terlalu jauh jaraknya.

Tasya digandeng oleh Calista di sebelah kiri dan Gerald di sebelah kanan.

Ia langsung mengambil tiga es krim dan beberapa cemilan dari rak. Lalu menuju kasir, dan Gerald membayar semua yang anak itu ambil.

Setelahnya, mereka duduk di bangku besi yang ada di depan mini market itu. "Kak, bukain dong," suruh Tasya pada Calista.

Calista mengangguk dan membukakan bungkus es krim itu.

"MMC apa, Cal?" tanya Gerald tiba-tiba.

Calista terdiam sejenak dan kembali teringat dengan kejadian semalam. Haruskah ia bercerita? Atau menyembunyikannya saja? "Ah, ya ... Tempat aku ngajarin Tasya main alat musik. Aku jadi pengajar di sana. Melody Music Course."

Gerald hanya ber oh ria. Ia sudah tahu alat musik apa yang Calista ajarkan, karena memang ia sudah melihat Instagram gadis itu. Seperti yang Abraham bilang kemarin.

Ia memperhatikan Tasya yang sedang memakan es krimnya dengan lahap. Sesekali memasukkan makanan ringan itu ke mulutnya.

"Felling like that we are a lil family," bisik Gerald di telinga Calista.

Jantung Calista kini berdegup dua kali lebih cepat dan terlihat semburat merah di pipinya.

Dengan gemas Gerald mengacak rambut Calista. Perlakuan seperti ini membuat hati Calista menghangat.

I don't know, as it's named love? batinnya berkecamuk.

Tasya membisikkan sesuatu di telinga Calista. "Kak, kita main lari-larian, yuk, supaya Kak Gerald ngejar kita."

Calista terkekeh, lalu menggandeng tangan Tasya dan berlari bersama.

Sontak Gerald terkejut. "Mau ke mana, hey?" tanyanya cukup keras.

"Kakak kejar kita dong," jawab Tasya sambil terus berlari bersama Calista.

Gerald terkekeh kecil. "Nantangin," gumamnya pelan

Ia langsung berlari mengejar mereka. Tidak butuh waktu lama, Gerald sudah bisa menangkap Calista dan Tasya. Ia memeluk keduanya dari belakang.

Tasya tertawa. "Cepat banget, sih, Kak, larinya."

"Iya dong," balas Gerald sambil mengacak rambut Tasya.

Calista melihat tangan Gerald melingkar di pinggangnya, ia tersenyum tipis.

Jantung aman?

"Yaudah, deh, Kak, pulang, yuk. Tasya cape." Tasya menatap Calista.

"Yuk."

"Tapi gendong," titahnya dengan menampilkan puppy eyes.

Happ ...

Bukan Calista, tapi Gerald yang langsung menggendong tubuh mungil anak itu. "Jangan sama Kak Calista, di lemah, pasti gak kuat gendong kamu."

Calista melotot dan langsung mencubit pinggang Gerald. "Eh, enak aja."

"Aku gak mau kamu cape, sayang," bisik Gerald, kemudian berjalan lebih dulu.

Gadis itu mematung. Lagi dan lagi, Gerald berhasil membuat jantung Calista menari-nari. "Duh, gue deg-degan banget," gumamnya dengan tersenyum tipis.

Ia menyusul Gerald dan menyeimbangkan langkah mereka.

Setibanya di rumah Tasya, ternyata Sandra dan Indira sedang duduk di kursi teras.

Tasya turun dari gendongan Gerald dan menghampiri Indira.

"Hai, gimana mainnya?" tanya Indira tersenyum.

"Senang, Mi, hehehe. Tadi main kejar-kejaran sama Kak Gerald, larinya kenceng banget," lapor Tasya hingga membuat mereka semua terkekeh.

Kini Sandra menatap Calista. "Hai, Calista. Kamu udah kenal juga sama Gerald?"

Calista mengangguk. "Udah, Tan, aku adik kelasnya Kak Gerald," jawabnya tersenyum.

Sandra hanya mengangguk mengerti.

"Mah, Gerald anterin Calista pulang ke rumah omanya dulu, ya, nanti Gerald balik lagi," ucap Gerald. Sandra mengangguk lagi.

"Eh, gak usah, Kak. Aku bawa sepeda kok," tolak Calista.

"Bisa boncengan, 'kan? Ntar gue jalan ke sini." Gerald menatap dingin gadisnya itu.

Calista mengangguk. Ia tahu Gerald tidak suka penolakan.

Keduanya berjalan menuju sepeda dan berlalu dari sana. Gerald membonceng Calista, dan Calista duduk di besi depan jok.

"Rumah di mana?" tanya Gerald sembari menggoes sepeda.

"Blok D, belok kanan situ udah sampe kok." Calista menunjuk gang yang ada di depan sana.

Bukannya belok kanan, Gerald malah belok ke kiri.

"Eh, Kak mau ke mana, sih? Belok kanan, bukan belok kiri."

"Mau ke ..."

"Ke mana?" tanya Calista dengan mendongakkan kepalanya menatap Gerald.

"Ke hati lo."

Calista langsung memalingkan wajahnya ke depan, dan Gerald pun meletakkan dagunya di atas kepala Calista. "Ya, elah, gitu doang blushing lo." Gerald berujar dengan santainya.

Astaga, Gerald, siapa yang tidak blushing dengan kata-kata itu? Bahkan cowok sekalipun pasti akan jedag-jedug, tuh, jantungnya.

"Gak, kok, ish, sok tau," sangkal Calista.

Setelah cukup lama mutar-mutar di komplek, akhirnya Gerald menghantarkan Calista.

Kebetulan ada Reno dan Selina di sana. Calista turun dari sepedanya bersamaan dengan Gerald yang memarkirkan sepeda.

"Cal, ini siapa?" tanya Reno dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Ah, yah, Pah ... Ini Kak Gerald," jawab Calista sekenanya.

Gerald langsung menyalam Reno dan Selina. Jadi ini orang tuanya Calista, batinnya.

"Gerald, Om." Gerald memperkenalkan diri.

"Pacar Calista, Pah, Mah," cetus Calista membuat Gerald terkejut. Bahkan Gerald sendiri tahu bahwa Calista belum menerimanya dengan setulus hati, dan tadi pun Gerald tidak memperkenalkan Calista kepada Sandra. Tapi, mengapa Calista seperti ini? Namun Gerald senang. Itu artinya ada kesempatan mendapatkan lampu hijau dari Reno dan Selina.

Reno dan Selina mengangguk tersenyum. Selina berkata, "oh, jadi, ini pacar kamu? Ganteng, Cal, pande kamu milihnya," kekehnya.

Gerald ikut terkekeh. "Tante bisa aja. Yaudah, kalo gitu Gerald pamit dulu, ya, Tan, Om, soalnya mau jemput mama juga, lagi di rumah temennya di dekat sini," pamitnya kembali menyalam Reno dan Selina.

"Hati-hati," ujar Reno.

Setelah kepergian Gerald, Calista langsung masuk ke dalam rumah.

"Gimana rasanya bertigaan bareng mereka? Hahaii," goda Alex saat Calista hendak naik ke kamarnya.

"Rasanya manis kayak garem," jawab Calista, lalu melanjutkan langkahnya.

Alex tertawa. "Cal ... Cal ...," gumamnya menggeleng.

❤️❤️

Gerald sedang berada di dalam mobil bersama Sandra untuk perjalanan pulang. Sedari tadi senyum manis terpatri di bibirnya.

"Heyy," tegur Sandra sambil menepuk lengan Gerald.

Gerald terkaget. "Eh, ya, Mah, kenapa?"

Sandra menggelengkan kepalanya dan berkata, "kenapa senyum-senyum sendiri, sih? Bagi-bagi dong."

Gerald terkekeh kecil. "Gapapa kok, Mah."

Saat di perjalanan, tidak sengaja pandangan Gerald tertuju pada tiga orang yang sangat ia kenal.

Ada Rian, Abraham, dan Maya. Sedang apa mereka di jalan seperti ini? Pikirnya.
Ia hendak berhenti sebenarnya, namun ia melihat Sandra yang mungkin sudah mengantuk, akhirnya ia memutuskan untuk pulang saja.

❤️❤️

Kamar Gerald ...

Setelah tiba di rumah, Gerald langsung beranjak ke kamarnya. Saat ini tujuannya adalah ingin menghubungi Abraham.

"Ngapain mereka di sana?" gumamnya bingung. Ia mengambil ponselnya dan menelepon Abraham.

Sekali, dua kali tidak diangkat. "Ke mana dia?" Ada rasa sedikit khawatir di hatinya, karena tadi Rian di sana.

Beberapa menit menunggu, tapi Abraham tidak kunjung meneleponnya kembali. Untuk yang ketiga kalinya Gerald menelepon, dan ... Diangkat!

"Halo, Rald ...," ucap Abraham dari sebrang sana.

"Lama banget angkat telepon gue."

"Ya, elah, gue lagi di jalan nganterin Maya pulang tadi."

"Gue lihat lo, Maya, dan Rian tadi di jalan. Ngapain dia?"

Flashback on ...

Maya menatap layar ponselnya sambil tersenyum kecil. Terpampang jelas foto Alex di situ. Belakangan ini Maya sering melihat Cassie berinteraksi dengan Alex.

I think that i've feeling to you, batinnya.

Terdengar suara ketukan pintu, membuat pandangannya teralih.

"May, mama masuk, ya," panggil seorang wanita paruh baya dari luar sana.

"Iya, Mah."

"May, mama mintol dong. Mintol beliin kue di Nata's Cake dua kotak, ya."

"Oke, Mah." Ia mengecup pipi mamanya, lalu pergi meninggalkan kamar.

Berjalan keluar rumah menuju persimpangan jalan, tidak sengaja tetangganya lewat menggunakan motor.

"Za, gue nebeng ke Nata, ya," ujar Maya.

"Oke."

Nata's Cake ...

Setelah sampai di tempat tujuan, Maya langsung mengambil 2 kotak kue favorit mamanya, kemudian berjalan ke kasir untuk membayarnya.

Saat hendak memesan ojek online untuk kembali ke rumah, ia tersadar bahwa ia tidak membawa ponselnya.

"Hp gue tinggal di atas meja, astagaaa." Ia menepuk jidatnya sendiri.

Terpaksa Maya harus menaiki angkutan umum, karena tidak ada pangkalan ojek terdekat dari tempat itu. Ia menyebrangi jalan, lalu menunggu di halte.

Saat sedang menunggu, Maya melihat kehadiran seorang laki-laki dengan motor besar di depannya. Tidak asing, pikirnya. Ia terdiam sejenak mengingat kembali orang itu.

Saat laki-laki itu membuka helmnya, Maya terkejut. Ngapain dia berhenti di sini? Batinnya.

"Ngapain lo?" ketus Maya.

"Sendirian aja, mau gue anterin pulang?" tawar laki-laki itu.

"Gak usah, makasih." Maya berjalan cepat menghindar dari tempat itu.

Laki-laki itu menarik tangan Maya hingga membuat sang empu berbalik dan meronta. "Lepasin gue, Rian!" bentak Maya. Ya, orang itu adalah Rian.

"Gue cuma mau nganterin lo pulang," balasnya enteng.

"Gak perlu!" Maya mencoba lagi untuk melepaskan tangannya dari genggaman Rian.

Bughhh ...

Satu pukulan mendarat di wajah Rian. Bukan Maya, tapi pelakunya adalah Abraham. Abraham tidak sengaja melewati jalan itu, dan melihat Maya sedang dipaksa oleh Rian.

"Kalo orang gak mau, gak usah dipaksa," tekan Abraham.

"Sorry, gue gak ada urusan sama lo," kata Rian dengan tersenyum miring.

"Apapun yang berhubungan dengan Maya, that's be my business!" Abraham menarik tangan Maya ke belakangnya.

Ucapan Abraham barusan membuat Maya tertegun.

Tidak melawan, Rian langsung menaiki motornya dan menancap gas pergi dari tempat itu.

"Lo gapapa, May?" tanya Abraham sambil membalikkan pergelangan tangan Maya.

"Gue gapapa, makasihh," balasnya hendak pergi namun Abraham menahannya.

"Gue anter pulang, May, tolong jangan ditolak!" titah Abraham mutlak, lalu menaiki motornya dan disusul oleh Maya.

Flashback off ....

"Ya begitulah ceritanya, tamat ... Inilah pada zaman dahulu," ujar Abraham bernada.

"Gilak!" Gerald langsung memutuskan sambungan teleponnya.

Selalu nyari masalah lo, Rian, batinnya.

❤️❤️

Aku merasakan desiran aneh saat aku berada di dekatmu, bahkan saat kamu melakukan hal-hal kecil atau mengucapkan kalimat-kalimat yang dapat membuatku menghangat juga memerah.
Inikah yang dinamakan cinta? Entah lah.

Calista menatap langit-langit kamarnya sembari tersenyum memikirkan perkataan Gerald tadi, 'feeling like that we are a lil family', benar-benar terngiang-ngiang dalam pikirannya.

"Astaga ... Kenapa gue mikirin itu, sih?" gumamnya dengan menggelengkan kepala.

Tetapi, di satu sisi, ia juga merasa lega karena kini Reno dan Selina sudah mengetahui hubungannya dengan Gerald. Itu artinya, tidak ada lagi yang namanya dijodohin sama Rian, pikirnya.

Satu notifikasi terdengar dari ponselnya.

Geraldivndra

Minta no wa lo.

Buat apa?

Gue kasih ke penculik.

Nyenye

Sini no nya

Gak

Gue g suka ditolak

Bomat

Nantangin, hm?

Gak

Ksh atau gue kerumah oma lo

Ngapain?

Culik lo

Gilak.

Lo

Cantik

Emang, makanya gue suka.

Calista kembali memerah membaca balasan pesan dari Gerald.

Mandang paras😏

Suka2 gue

Gblh suka2

Cal..

APA???

I love you ❤️

Haduh, jangan tanyakan lagi seperti apa keadaan jantung Calista sekarang. Sudah menari-nari bak dancer.

Skip, alay hahah.

Gak mempan
Read

Beberapa menit Calista menunggu, namun tidak juga ada balasan dari Gerald.

Kenapa dia? Ngambek? Batinnya bingung.

Kak

Kak

Kak GERALLDDDD

Tidak juga ada balasan. Calista mengangkat bahunya tidak acuh, lalu meletakkan ponselnya di atas nakas.

Ia memejamkan matanya karena rasa kantuk mulai menyerangnya.

❤️❤️

Seseorang menekan bel rumah, dan yang membukakan pintu adalah Alex. Ia mengernyit melihat kedatangan Gerald. Bukankah tadi pagi baru dari sini, mengapa ke sini lagi? Pikirnya.

"Ngapain lo?" tanya Alex dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Calista mana?" tanya Gerald to the point.

Benar saja Gerald datang kembali ke Perumahan Green Park.

"Di kamarnya kali. Ayo masuk," ajak Alex.

Gerald memandang suasana rumah itu. Cukup sepi, pikirnya.

"Sepi," cetusnya singkat.

Alex mengangguk. "Bonyok gue, oma, opa, dan bonyok Calista lagi pergi ke luar. Gatau ke mana, dah. Lo mau ngapain, dah?" Ia bertanya lagi sembari merebahkan tubuhnya di sofa dan mengambil ponselnya hendak menonton.

"Calista mana?" tanya Gerald lagi.

"Di kamar loh, Rald ... Kamar!!!" tekan Alex, "dari tadi gue tanya lo mau ngapain, malah nanya balik Calista di mana."

Gerald menatapnya datar. "Mau ketemu dia. Panggilin!!" perintahnya.

"Lah, si anjing, malah merintah." Alex mengeluh, namun tidak urung ia melangkahkan kakinya menuju lantai dua.

Bukannya menunggu, Gerald justru mengikutinya dari belakang. Alex menoleh. "Lo ngapain ikut?"

"Suka-suka gue lah," jawab Gerald dengan santainya.

"Dihh, anak monyet, rumah juga rumah keluarga gue. Setan," umpat Alex lalu melanjutkan langkahnya.

Setibanya di depan kamar Calista, ia mengetuk pintu, namun tidak ada jawaban.

Gerald yang tidak sabaran, langsung membuka pintunya lalu masuk ke dalam. Pemandangan yang pertama mereka lihat adalah Calista sedang tidur.

"Lah, bobok dia," ucap Alex.

Gerald meraih ponsel Calista lalu menghidupkan layarnya. "Lo tau password-nya?"

"Mana saya tau, saya 'kan ikan," balas Alex tidak acuh, lalu berlalu dari kamar Calista.

Beberapa langkah berjalan, ia tersadar bahwa Gerald tidak mengikutinya. Ia kembali ke kamar Calista dan melihat Gerald sedang memperhatikan wajah tenang gadis itu.

Cantik, batin Gerald.

"Woi, ngapain lo. Ayok balik," ajak Alex, namun tidak digubris oleh Gerald.

"Ayo, Rald, gue mau mau nonton di bawah."

"Yaudah, turun aja sana lo. Ribet amat," balas Gerald sambil terus memperhatikan wajah Calista.

"Jangan ngadi-ngadi lo," ketus Alex. Jika nanti ada setan, bagaimana? Oh, tentu hal itu tidak boleh terjadi.

Calista yang merasa terusik dengan suara mereka pun terbangun. Pelan-pelan ia membuka matanya lalu menatap Gerald tepat berada di depannya. Ya, ia tidur dengan posisi menyamping.

Ia mengedipkan matanya lagi, berusaha untuk mengumpulkan semua nyawanya. "Kak Gerald?" gumamnya pelan.

Sedetik kemudian Calista tersadar lalu terduduk. "KAK GERALLDDDD, NGAPAIN DI SINI??!!" teriaknya kaget.

"Gak usah teriak-teriak bisa, gak, sih? Pusing gue liat lo berdua. Yang satu keras kepala, yang satu treak-treak," ketus Alex dari arah pintu membuat Calista menoleh.

Calista kembali menatap Gerald. "Kenapa bisa ada di sini?" Ia bertanya ketus.

"Gue udah bilang kalo gue gak suka ditolak. Yaudah gue dateng. Gue juga udah ambil nomor lo." Gerald membuka layar ponsel Calista dengan menggunakan jari gadis itu. Ya, sering disebut finger print.

Calista terbelalak. Gila, nih, orang, pikirnya.

"Yaudah, ayo turun. Cal, ajak, dah, cowok lo ini turun," ketus Alex, sebab waktu menontonnya terbuang sia-sia.

Calista beranjak dari tempat tidurnya lebih dulu, menuruni anak tangga dan meninggalkan mereka di atas.

Gerald menggelengkan kepalanya melihat tingkah pacarannya itu.

Mereka pun ikut turun dan melihat Calista duduk di ruang keluarga.

"Gue ke kamar mau nonton, bye ... Gara-gara lo berdua waktu nonton gue terbuang sia-sia." Alex melenggang ke kamarnya.

Kini tinggal Gerald dan Calista di ruang keluarga. Marcel dan Alex di kamarnya, para asisten rumah tangga pun berada di belakang.

"Bener aja kakak datang ke sini," ucap Calista sambil menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

"Gue gak pernah main-main sama ucapan gue," balas Gerald dingin.

Keduanya terdiam. Calista berulang kali menguap karena benar-benar mengantuk.

Gerald menarik kepala Calista agar bersandar di bahunya. Gadis itu sedikit tertegun, namun ia tidak menolaknya.

"Kalo lo tidur, kelihatan tenang banget. Cantiknya alami," ujar Gerald sambil mengusap kepala Calista.

Calista tersenyum. Ia merasa hangat dan nyaman ketika bersama Gerald.

"Masa, sih?" tanya Calista terkekeh.

Gerald mengangguk dan berkata, "tapi kalo udah bangun ..." Ia menggantung ucapannya.

"Kenapa?" Calista mengangkat kepalanya dari bahu Gerald. Ia menatap Gerald serius.

Gerald mendekatkan wajahnya ke telinga Calista dan berkata, "kelihatan galak banget."

"KAK GERALLDDDD!!! Baru juga senang, udah diejek aja." Calista mendengus kesal.

"Lo senang gue puji?" tanya Gerald dengan menoel pipi Calista.

"Gak." Calista menggelengkan kepalanya.

"Gak salah lagi, kali," kekeh Gerald, kemudian mengacak rambut gadisnya itu.

....

Gimana pt ini? Menarik? Semoga menarik, ya, hehe❤️
Jangan lupa tinggalkan jejak, sodara-sodaraku!!
Maafin kalau ada typo, ya!!

Follow ig aku untuk update foto dan video mereka!!

Cintaclaudya09
Ceritanyacinta_

Terimakasih, sodara-sodaraku❤️

Yukk, scroll lagiii!!!✨

📍 Direvisi, 15 Juni 2021

Sebenarnya aku ngantuk :(

(Gue gak pernah main-main dengan ucapan gue!)

........

Maya dan Abraham

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 22K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2.7M 145K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.7M 188K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
627K 71.6K 27
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santriwatinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah...