You Are Mine

By Syur_ya

1M 81.9K 25.4K

Tukang COPAS DILARANG KERAS MENDEKAT !! Karya By : Syur_ya 12/04/2020 Cerita ini sequel dari My Queen, bisa b... More

Dua tahun berlalu
Pertemuan tak di harapkan
Crying
Belum bisa kembali
Breaking News
Cafe
Gallery Photo
Flashback (1)
Flashback End
Hospital
Kembali seperti semula
Bucin
Monster manja
Sayang
New Game
Salad or Pizza
The Klub seni Notting Hill
Di rampas
Terhapus
Gadisku, harga diriku
Senyum itu, bahagia ku.
Di mulai.
Bos Alin (special part)
Di mulai (2)
Gedung tua
Game over
Empat bayi besar
Negeri China
Trending topic
Over thingking
Love your self
Alka or Dafi ?
Planning
Birthday or Bad day ?
Kesempatan tak terduga
Birthday is a bad day
Putus
Status baru
Tamu tak di undang
Dafi game
Boy's Godard Game
Psikopat ?
Gara-gara ice cream
Indonesia
Taruhan
Malam terakhir
Special day
Dansa
Pagi yang berbeda
Mengambil hak ku
Anak Dafi
Paris and Indonesia
Kondisi Alin
9 bulan
Wanita bermuka dua
Yang sebenarnya
Kabar baik & kabar buruk
Cerita Dirga
Semakin posessif
Selingkuh ?
Castle
Kembali seperti dulu
Hukum Alin
Saudara setan
Happy and Sad
Detik detik
Baby ❤
You are mine
EXTRA PART
EXTRA PART II

Kabar buruk

7.9K 875 525
By Syur_ya


Haii haii haiii ada yang kangen ? rindu ??  sama YAM ?? angkat kaki oke 😂😂 atau mungkin udah pada hapusin YAM dari library kalian karena udah lama nggak up ? 😞😞

Maap nih udah hampir sebulan kayak nya aku off, bukan apa-apa itu di sebab kan karena idenya mendadak stop jadi aku putusin stop sejenak dari pada feel nya ilang.

NAAAAAHH !!! sekarang aku udah ada ide yang sangat bagus yang akan menguras emossi kalian 😂😂😂

Yang baca jam 02 ke atas komen dong, mau tau apa masih ada yang mellek jam segini 😌😌

Happy reading beb....

Dc corp
15:30

Dafi memasuki mobil yang akan dia kemudikan sendiri, di dalam dia melepas kemeja formal panas yang menjadi outfit nya setiap hari di kantor. Tak cukup itu saja, dia melepas kedua kancing di setiap pergelangan tangan kemeja navy nya kemudian menggulung kedua lengan kemeja sampai siku.

Selanjutnya dia tidak langsung menyalakan mesin mobil, dia terdiam dengan posisi bersandar dengan kedua mata terpejam erat. Helaan nafas teratur keluar masuk hidung mancung nya, cukup lama posisi Dafi terus seperti itu hingga akhir nya bayangan Alin melintas seperkian detik membuat Dafi segera memutuskan untuk menyalakan mesin mobil dan bergegas pergi dari area kantor.

Selama perjalanan dia mencoba menghubungi Alin, sejak pagi tadi dia belum menelfon atau mengirim pesan untuk istri nya itu. Semua kesibukan nya hari ini menyita waktu untuk sekedar bertanya kegiatan apa yang sedang Alin lakukan di rumah mertua Dafi, mansion Nicholson. Tidak ada balasan dari pesan yang dia kirimkan, Dafi mencoba untuk menelfon Alin dan tetap saja sama, tidak di angkat.

"Dimana Alin ?" tanya Dafi cepat, dia memilih untuk menghubungi anak buah yang dia tugaskan menjaga Alin

"nona ada di dalam tuan, tidak kemana-mana" sahut sang pengawal

Dafi terdiam sejenak, mungkin Alin sedang menikmati kebersamaan dengan keluarga nya sehingga tidak merespon pesan serta panggilan Dafi. Tanpa mengatakan apapun lagi, setelah mendapat jawaban itu Dafi langsung mematikan sambungan telepon tersebut. Kaki nya menginjak gas semakin turun, dia ingin segera menemui Alin, memeluk nya dan bermanja-manja di kala lelah menyerang seperti ini.

Membayangkan nya saja semakin membuat Dafi tidak sabar untuk segera sampai di mansion Nicholshon.

*****

Dengan bucket bunga mawar segar nan harum di tangan kanan, tambah lagi kantong plastik berisikan ice cream di tangan kiri Dafi masuk mencari Alin di area ruang tamu mansion. Melihat disana kosong Dafi memutuskan untuk langsung saja menuju kamar Alin, kamar mereka juga sekarang.

Dua anak tangga sekaligus dia lewati untuk mempercepat waktu menuju lantai dua, rasa lelah, lesu dan semua urusan kantor menguap begitu saja jika sudah di hadapkan dengan Alin.

"Nak Dafi !" tegur Rose kala dia melihat Dafi hendak mendorong pintu kamar Alin dengan siku nya, Dafi menoleh sembari melempar senyum paling menawan yang dia punya.

"Sudah pulang ?" tanya Rose lagi, berdiri tepat di sebelah Dafi

Dafi mengangguk kecil, dia menaruh bunga di tangan Kiri kemudian tangan kanan nya meraih tangan Rose untuk dia cium. Rose tersenyum hangat melihat nya
"Alin di dalam kan mom ?" tanya Dafi melirik pintu kamar Alin sejenak

"iya, dari tadi dia nggak keluar kamar. Ini aja momy mau nge cek dia takut tidur, udah mau magrib soal nya" jawab Rose membuat kening Dafi mengerut kecil, kalau Alin sejak tadi di kamar lalu kenapa pesan dan panggilan nya di abaikan oleh Alin ? entah kenapa perasaan Dafi semakin tidak tenang.

"Dia makan berapa kali hari ini mom ?" tanya Dafi sedikit cemas, wajah Rose terlihat berfikir beberapa detik kemudian mengatakan jika Alin makan dua kali namun untuk kedua kali nya harus sedikit pemaksaan

"kalau gitu biar aku saja yang mengecek nya mom"

Rose mengangguk setuju, dia melangkah pergi sedangkan Dafi langsung masuk melewati pintu yang memang tidak di kunci.

"Sayang..."

Dafi mendorong pintu dengan siku nya agar kembali tertutup. Tidak ada Alin disana, di setiap sudut ruangan kamar mereka termasuk kamar mandi, namun Dafi langsung bernafas lega ketika melihat bayangan seseorang dibalik tirain balkon, siapa lagi kalau bukan seseorang yang sejak tadi dia cari.

Dafi menaruh semua bawaan nya di ranjang, dia berjalan pelan menghampiri Alin lalu memeluk tubuh kecil itu dari belakang. Alin sempat menegang sejenak, menandakan jika dia sama sekali tidak menyadari kedatangan Dafi bahkan panggilan Dafi tadi tetapi badan nya langsung kembali rilex ketika aroma parfume yang dia kenal menyeruak harum dari belakang.

"Ngapain disini, udara nya dingin loh" tegur Dafi lembut sembari menyusup ke leher Alin, menghirup rakus aroma menenangkan disetiap tubuh istrinya itu.

"Lihat burung-burung pulang ke atas pohon, mereka lucu" jawab Alin pelan, mata nya menatap pohon besar di depan sana sedangkan kedua tangan nya bertumpu di atas telapak tangan Dafi yang melingkar sempurna di perut Alin

Dafi terkekeh gemas, dia pun ikut melihat ke arah mata Alin. Memang benar, disana banyak burung ber terbangan kembali ke atas pohon untuk hinggap dan tidur disana sebelum malam hari tiba beberapa menit lagi.

"Sayang.." panggil Dafi memecah keheningan

"iya ?"

"ponsel kamu kemana ?"

"ada kok" jawab Alin santai

Dafi membalik badan Alin sehingga kini mereka berdiri saling berhadapan namun masih dengan kedua lengan Dafi mengikat tubuh Alin dalam kurungan lengan besar nya.

"Terus kenapa pesan sama telfon aku nggak di bales ? hmm ?" sorot mata Dafi tegas namun nada nya tetap lembut, dia sedikit kesal kalau Alin tidak membalas pesan apalagi telfon dari nya. Dafi menjadi lelaki super duper khawatiran kalau tidak mendapat kabar dari Alin sekali saja, maka dari itu meski hanya satu balasan itu sudah cukup menjadi jawaban kalau gadis nya baik- baik saja dan menjalani hari dengan bahagia.

"Emang kakak nelfon aku ?"

Oh tuhan, begitu polos nya pertanyaan itu meluncur dari bibir Alin. Bisa-bisa nya wajah tanpa dosa Alin menatap Dafi seakan tidak pernah berbuat salah, padahal tanpa kabar dari nya sudah mampu membuat Dafi cemas selama perjalanan pulang.

Alin melepas diri dari Dafi, dia berjalan masuk ke kamar dan mengambil ponsel nya di atas nakas. Benar saja di aplikasi what*** sudah banyak spam chat dari Dafi, disana juga ada puluhan telfon tidak terjawab. Alin meringis melihat itu, dia benar-benar tidak tahu kalau Dafi menghubungi nya.

"Masih mau nanya apa aku nelfon kamu atau enggak ?" pertanyaan Dafi lebih terdengar seperti sindiran halus, Alin menoleh kearah Dafi menampilkan senyum kuda tanpa dosa
"aku udah pernah bilang kan, kalau lagi nggak sama aku ponsel harus terus di bawa" kata Dafi memperingati untuk kesekian kali

"maaf, aku nggak tahu" sesal Alin tanpa sadar mengucutkan bibir nya yang mana membuat Dafi mau tidak mau menggeram gemas saat itu juga dan langsung mengecup bibir Alin

"kak !" sentak Alin kaget mendapat ciuman kilat dari Dafi.

Dafi tertawa kencang merasa bahagia bisa mencium Alin kapan pun karena status baru mereka ini. Jika dia tahu menikah akan se bebas ini dia sudah menikahi Alin jauh-jauh tahun, bahkan sejak pertama kali mereka kembali bertemu.

"Ini buat kamu" Dafi memberikan bucket dan satu kantong kresek ice cream yang tadi sempat dia taruh, Alin menerima nya dengan wajah sumringah.

"Hmmm harum" gumam Alin mencium aroma bunga di pelukan nya "makasih kak"

"sama-sama sayang" balas Dafi mengusap sayang pipi kanan Alin "tuh kan pipi kamu dingin, ini gara-gara kamu berdiri di balkon jam segini" imbuh Dafi mengomel

"mau aku siapin air hangat buat mandi nggak ?" tawar Alin mengalihkan pembicaraan

"sayang aku lagi negur kamu loh"

Alin mengangguk kecil "iya aku ngerti, lain kali aku nggak akan angin-anginan lagi di jam segini" jawab Alin tersenyum hangat, senyum yang langsung menghangatkan hati Dafi

Dafi menarik Alin masuk dalam pelukan nya kemudian mencium lama pucuk kepala Alin "selesai mandi kamu ceritain semua kegiatan kamu seharian ini ya" kata Dafi bersemangat, berbeda dengan Alin yang langsung terdiam bisu.

Kejadian hari ini tidak ingin dia bahas, tidak ingin dia ingat dan kalau bisa tidak ingin sampai terulang lagi. Alin bisa menerima sikap kasar orang lain kepadanya, seperti Aryana, dan beberapa orang jahat yang pernah ingin melenyapkan nya waktu itu. Dia hanya akan sakit fisik kemudian sembuh berkat pengobatan tapi untuk sekarang kasus nya berbeda, meski tidak menyakiti fisik namun kejadian hari ini sangat menyakiti hati Alin.

Alin tidak pernah berfikir sampai ada peristiwa pahit seperti ini yang dia terima dari kakak nya sendiri, dia terlalu manja dan mereka juga selalu memanjakan nya. Sehingga mendapat perlakuan kasar dari Dirga tadi pagi begitu menyakiti hati Alin dan menganggu pikiran nya seharian penuh.

"Sayang !"

"eh,, i-iya kak. Nanti aku ceritain apa aja aktifitas aku hari ini, sekarang aku siapin air hangat dulu ya"

Alin segera pergi dari hadapan Dafi tanpa berani mengangkat kepala, dia takut Dafi bisa menebak kalau dia sedang berpikir berat hari ini. Alin masih sadar dan paham kalau Dafi sama seperti Adam, dapat melihat perasaan Alin hanya dengan beberapa detik saling bertatapan.

*******

20:00

Malam ini Alin dan Dafi memutuskan untuk bermalam di mansion Godard, tentu atas permintaan Alin yang mengatakan masih rindu dengan Rose padahal itu hanya alasan karena Alin masih ingin menyelesaikan urusan nya dengan Dirga sedangkan Dafi sebagai suami bisa apa kecuali mengatakan 'iya' akan permintaan Alin itu. Asal bersama Alin Dafi siap bermalam di mana saja.

Selesai makan malam Rose langsung tidur, sedangkan Alin masih ada janji untuk bercerita tentang aktifitas nya kepada Dafi. Saat ini mereka berdua sedang duduk di ruang tamu dengan posisi Dafi tidur ber alaskan paha Alin menghadap ke atas agar bisa memandang wajah isteri nya itu.

"Jadi setelah abang berangkat ke spanyol kamu bantuin momy masak ?"

Alin mengangguk "setelah itu kamu ngapain ?" tanya Dafi lagi

Alin diam berfikir sejenak, apalagi alur bohong yang akan dia ceritakan kepada Dafi. Sebenarnya tidak ada acara masak bersama Rose hari ini, tidak ada aktifitas apapun kecuali Alin yang melamun di kamar dengan sesekali menelfon Dirga saat dia rasa jam kantor Dirga sedang istirahat. Benar-benar hari paling sulit bagi Alin, sifat overthingking nya membuat dia tidak tenang sama sekali sebelum tau penyebab dari kasar nya sikap Dirga semalam dan tadi pagi.

"Setelah itu aku belanja sama momy, kita keliling mall seharian, makan seafood terus borong koleksi fashion baru sama momy. Pokok nya aku seharian ini sama momy menghabiskan uang" Alin mengarang bebas dengan begitu semangat seakan dia benar-benar melakukan aktifitas menyenangkan itu hari ini.

"Terus terus kamu beli baju apa aja, aku nggak suka ya kalau ada yang kurang bahan" sahut Dafi memperingati

"nggak ada kak, semua nya aman kok"

tangan Dafi terangkat untuk mengelus pipi kanan Alin lembut, Alin menunduk sembari mengelus rambut hitam legam milik Dafi.

"Syukurlah kalau hari mu menyenangkan sayang" ujar Dafi lembut "hari ini aku sibuk banget sampai nggak ada waktu untuk chat kamu dan video call seperti biasa"

"iya gapapa, aku ngerti kak" dan Alin bersyukur sekali akan kesibukan Dafi hari ini, dengan begitu Dafi tidak tahu kalau sebenarnya setengah hari Alin di isi dengan air mata.

"Kamu kenapa lihatin pintu aja dari tadi" tanya Dafi mulai jengah karena Alin terus menatap pintu sesekali di tengah obrolan mereka

"kak Dirga belum pulang" jawab Alin lirih sembari terus menatap pintu besar mansion nya

"belum pulang ?" gumam Dafi kebingungan, dia berubah posisi menjadi duduk di samping Alin "jam kerja seharus nya selesai pukul empat sore kan ?"

Alin mengangguk "nggak tau dia kemana, kayak nya lagi ada masalah. Soal nya wajah kak Dirga sayu banget tadi pagi" kata Alin menunduk lesu, wajah sayu serta tatapan sengit dari Dirga langsung menyakiti hati Alin ketika mengingatnya

"mungkin sekarang dia sedang menyelesaikan masalahnya itu sayang, jadi kamu doain aja biar kak Dirga cepet pulang dengan masalah yang sudah selesai dan nggak sayu lagi" hibur Dafi berharap bisa membuat Alin sumringah, sekarang dia tahu kenapa wajah Alin terlihat cemas sejak tadi.

Karena Dirga yang terlihat tidak baik-baik saja itu lah yang menganggu pikiran Alin, Dafi hafal betul Alin tipe overthingking yang mana masalah sepele saja akan dia pikirkan sampai berlarut-larut.

"Sekarang ke kamar yuk, aku lelah" ajak Dafi berdiri lebih dulu, Alin menurutinya dan sebelum mereka naik ke lantai dua, Alin masih menyempatkan diri sekali lagi menoleh ke pintu utama berharap ada Dirga masuk dari sana dengan ekspresi yang lebih baik.

Tapi sayang nya sampai Alin dan Dafi tidur lelap bahkan semua penghuni mansion itu terlelap dalam mimpi Dirga belum juga datang menginjak kan kaki nya ke mansion.

Layak nya pasangan suami istri lain, Dafi memeluk erat tubuh Alin dibawah selimut tebal bermotif bunga. Dua jam, tiga jam hingga empat awal tidur mereka tidak ada yang aneh, sampai di pukul dua belas malam Dafi merasa terusik oleh suara tertentu. Dia yang masih setengah sadar itu tahu kalau suara tersebut sangat dekat dengan nya, perlahan Dafi membuka mata yang terasa begitu lengket dikala dia tertidur dalam kondisi lelah

"sayang,, Queen !" kesadaran Dafi mendadak full ketika melihat Alin mengigau tidak jelas dengan wajah hingga leher Alin sudah lembab akan keringat dingin

"hei bangun" kata Dafi mencoba mengeluarkan Alin dari alam mimpi yang entah sedang terjadi apa sehingga Alin terlihat sangat cemas dan sedih secara bersamaan.

Alin terus mengigau dan cara terakhir yang Dafi ambil adalah memeluk erat sembari mengusap lembut punggung gadis itu, dia berharap mimpi buruk Alin segera berlalu dan tidak menganggu tidur nya.

"Mimpi apa, hmm ? sampai kayak gini" tanya Dafi sambil mengusap peluh di kening Alin, kini isterinya sudah tenang kembali meski wajah sedih masih terlihat jelas

Dafi mencoba kembali tidur tetapi tidak se pulas tadi, dia takut Alin mengalami demam atau semacam nya sehingga Dafi tidak tenang dalam tidur sampai akhirnya pukul empat pagi barulah Dafi bisa tidur nyenyak di sisa waktu sebelum akhirnya dia kembali bekerja.

******

Mansion Godard 07:00

Semua pelayan sudah berkutat dengan pekerjaan mereka masing-masing, bagian dapur, taman, mansion dan sudut lain sudah ada yang mengurus. Bahkan jadwal mobil-mobil untuk di cuci sudah berjejer rapi di pencucian mobil yang memang tersedia tidak jauh dari mansion Godard.

"Tuan Dirga belum pulang ?" ucap salah satu pengawal yang bertugas mencuci mobil kepada salah satu teman nya

"sepertinya belum, lihat saja mobil nya tidak ada" sahut teman lain

"kelihatan nya akhir-akhir ini tuan Dirga banyak masalah, kemaren saja aku melihat dia bertindak tidak biasa nya kepada nona muda Alin" kata nya sembari menggosok lembut permukaan mobil mewah milik Adam, tidak boleh ada yang tergores sedikitpun kalau tidak mau kulitmu yang di gores sebagai ganti nya, itu lah pesan Adam yang sedikit menyeramkan.

"Maksud nya ?" sahut teman lain tidak mengerti

"kemaren aku nggak sengaja lihat tuan Dirga menarik kasar dirinya dari pegangan nona muda Alin sampai nona Alin hampir terjatuh"

"tidak mungkin, tidak pernah ada sejarah nya putra Godard kasar kepada nona Alin. Mereka sangat menyayangi nya, bahkan aku tidak pernah melihat tuan Adam menaik kan nada suara ketika berbicara dengan nona muda" kata sang teman tidak percaya omong kosong itu

"aku melihat kejadian itu dengan mata kepala ku sendiri"

"sudah sudah kalian ini para lelaki penggosip, lebih baik cepat selesaikan biar kita bisa main catur lagi" tegur satu orang di antara mereka yang sejak awal percakapan hanya menjadi pendengar.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar percakapan itu, orang itu segera berbalik pergi mengurungkan niat hendak mengambil sesuatu di dalam mobil yang posisinya sedang di cuci.

Pukul 07:30, Alin sudah menyiapkan setelan jas warna apa yang akan Dafi gunakan hari ini. Berhubung Dafi sedang mandi maka Alin memutuskan untuk keluar kamar menuju kamar Dirga dia ingin memastikan apa kakak nya semalem datang atau tidak.

"Nona !" tegur salah satu pelayan lelaki, dia sedikit berlari mendekati Alin yang hendak membuka pintu kamar Dirga

"iya ada apa pak edo ?" tanya Alin ramah

"saya hanya ingin memberikan ini" ujar pak Edo mengulurkan dompet kulit berwarna cokelat tua "sepertinya tuan Dafi meninggalkan nya di mobil"

"oh,, terimakasih pak" Alin mengambil dompet yang memang milik Dafi tersebut dan setelah nya pak Edo izin pergi.

Alin melanjutkan niat nya mengecek kamar Dirga dengan tangan kiri menggenggam dompet Dafi, helaan nafas lesu mewakili perasaan Alin ketika melihat bahwa kamar tersebut kosong, Dirga belum pulang dari kemaren. Alin masuk ke kamar nuansa putih itu, tatanan selimut bantal begitu rapi, tidak ada yang special di dalam sana hanya ada beberapa lukisan dari seniman ternama idola Dirga.

Alin duduk perlahan di bibir kasur, mata nya menjelajah kesetiap sudut kamar Dirga. Aroma khas Dirga tercium sejak pertama kali dia masuk membuat nya begitu merindukan Dirga detik itu juga. Pikiran Alin benar-benar melayang jauh tidak tergapai, dia kalut, dia takut, sedih dan bingung secara bersamaan. Satu posisi Alin ingin berpikir positif tentang kejadian kemaren dimana dia ber asumsi bahwa perilaku kasar Dirga karena efek terlalu lelah atau mungkin ada masalah kantor yang membuat nya reflek melampiaskan ke siapapun tapi di sisi lain dia kenal sekali bagaimana kakak kedua nya itu. Dirga terkenal paling sabar sejak dulu di antara kedua kakak Alin lain nya, dia paling kalem dalam menghadapi masalah sebesar apapun dan perlahan menyelesaikan nya dengan sangat tenang jadi sangat tidak mungkin kalau kemarahan Dirga kemaren di sebab kan masalah kantor saja, pasti ada masalah lain.

Kening Alin mengernyit ketika mendengar suara notifkasi pesan masuk tak jauh dari dia duduk, dia menoleh kesana kemari untuk mencari asal suara tersebut dan berhenti di lantai tepat dimana ponsel Dirga tergeletak dengan layar menyala karena ada telepon masuk disana. Alin mengambil ponsel tersebut dan membaca panggilan masuk yang ternyata dari sekretaris Dirga, dengan segera Alin mengangkat nya

"hallo tuan !" sambar sekretaris Dirga terdengar begitu tidak sabaran, Alin hendak membuka mulut dan mengatakan jika dia bukan Dirga tapi terhenti ketika suara sekretaris Dirga menerobos untuk menjelaskan sesuatu

"saya sudah mendapat informasi baru tentang keberadaan nona Bunga, dia tidak keluar negeri tuan dia masih ada di Indonesia. Dan kabar mengejutkan nya lagi dia dalam kondisi hamil muda tuan"

mulut Alin menganga lebar, dia bahkan menutup nya dengan telapak tangan agar seruan terkejut tidak keluar begitu mendengar kabar tersebut. Alin tidak mengeluarkan suara apapun, dia terdiam kaku namun telinga nya menangkap semua yang sekretaris Dirga katakan.

"Saya akan mengirimkan video bukti yang saya dapat kepada anda setelah ini dan maaf saya harus mematikan telpon ini karena sedang menyetir, permisi tuan"

.

.

Btw ada yang bisa nebak Bunga hamil anak siapa ???

menurut kalian Bunga mutusin Dirga karena merasa tidak pantas dengan keluarga Dirga atau masalah lain ???

jawaban yang mendekati nanti aku kasih love banyak 😅😅

Aku mau komen tembus 300 kalau kalian mau next cepat☺☺

see youu beb ....

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 167K 35
Yang baru ketemu cerita ini jangan baca, sudah di hapus sebagian !!! Bagaimana jika laki-laki setenang Ndoro Karso harus menghadapi tingkah istrinya...
5.6M 144K 72
WARNING ⚠ (21+) 🔞 Tidak ada deskripsi langsung baca saja. apabila tidak sesuai bisa langsung di skip. jangan meninggalkan komentar jahat kecuali ko...
866K 55.7K 32
Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1...
2.5M 144K 49
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...