Terjebak Miliarder Posesif

By FitTreeFitri

7K 433 248

Cerita full di Karyakarsa By Fit Tree Fitri Michael Hardianto, pria keturunan Tionghoa dan menjadi orang terk... More

Prakata
Michael Hardianto
Mitos Tentang Cinta
Pertemuan Pertama
Guci Pernikahan
Pengalaman Pertama Fahima
Tekanan Michael pada Fahima
Michael Pemaksa
Kemarahan
Kehendak Tuhan (Completed)

Michael Mencari Fahima

447 38 23
By FitTreeFitri

Leo mencari Fahima hingga ke tempat parkir tetapi ia tidak menemukannya, hingga ia mendengarkan ponselnya berdering, panggilan dari Fahima.

"Fahima, kamu dimana?" tanya Leo menjawap panggilan dengan nada khawatir.

"Salam dulu, Tuan Leo." Fahima tertawa.

"Maafkan aku, assalamualaikum dan jangan panggil aku Tuan ketika tidak di hotel!" Leo duduk di atas bagian depan mobilnya.

"Waalaikum salam.' Fahima tersenyum.

"Kamu dimana?" Leo mengulangi pertanyaannya.

"Maaf, aku langsung pulang, kamu tidak perlu memberi gajiku untuk hari ini," ucap Fahima.

"Apa yang terjadi?" tanya Leo lagi.

"Tidak ada apa-apa, bisakah kita bertemu?" tanya Fahima pelan.

"Tentu saja, apa kamu di rumah?" tanya Leo.

"Tidak, aku di pantai seberah hotel Paraday," jawab Fahima.

"Tunggu aku di sana." Leo mematikan ponselnya dan masuk ke dalam mobil, ia tidak tahu Michael terus memperhatikan dirinya.

"Hmm, sepertinya wanita itu terlalu special untuk Leo. Apa mereka sepasang kekasih?" Michael tidak bisa mengikuti Leo karena ia tidak membawa mobil ke Bangka.

Mobil putih milik Leo keluar dari kawasan hotel Paraday dan menuju pantai Montain yang ada di sebelah hotel tempat ia bekerja. Leo mengendarao mobil dengan perlahan agar ia bisa melihat Fahima. Pria itu tersenyum, seorang gadis dengan gamis berwarna merah jambu berdiri di tepi pantai dengan tas punggung berwarna merah dan hijab panjang yang melambai-lambai tertiup angin.

Leo memarkirkan mobilnya dan dengan cepat berlari kearah Fahima, ia sangat senang bisa bertemu dengan wanita itu dengan hanya berdua saja. Ada banyak pria yang berharap bisa menjadi pasangan wanita berhijab dan cantik itu.

"Pantai masih sepi." Leo berdiri di samping Fahima.

"Terima kasih sudah datang." Fahima tersenyum.

"Kita adalah teman sekolah dari dulu dan hingga saat ini, aku akan selalu ada untuk kamu." Leo memiringkan kepalanya untuk melihat wajah cantik Fahima.

"Besok, aku akan pergi ke Serang." Senyuman di wajah Fahima hilang, ia seakan tidak bisa meninggalkan mama dan neneknya.

"Untuk apa kamu pergi ke Serang? Apakah tugas guru?" tanya Leo.

"Ya." Fahima duduk di atas pasir pantai yang putih dan bersih.

"Ini pertama kalinya kamu pergi ke luar Bangka, dan pertama kali naik pesawat terbang. Apa kamu takut?" tanya Leo lembut.

"Aku tidak takut, Allah akan selalu menjagaku." Fahima tersenyum.

"Lalu, kenapa kamu terlihat ragu? Apa kamu mau aku temani?" Leo tersenyum.

"Aku memikirkan mama dan nenek, sebenarnya aku butuh bantuan kamu." Fahima menunduk.

"Katakan saja, aku akan membantu sebisaku." Leo menatap wajah cantik itu dengan lembut.

"Aku akan pergi selama dua bulan dan gajiku akan terpakai untuk kehidupanku di sana." Suara Fahima semakin pelan.

"Hey, aku tidak suka melihat dirimu ragu." Leo mengangkat tangannya ingin membelai kepala yang tertutup hijab tetapi tidak ia lakukan karena, Fahima tidak akan suka itu.

"Apa aku boleh meminjam uang untuk menutupi kebutuhan mama dan nenek selama aku di Serang?" Fahima mengangkat wajahnya dan melihat kearah Leo sekilas, wanita itu tidak akan menatap lawan jenisnya dengan lama.

"Tentu saja, berapa yang kamu butuhkan?" tanya Leo dan tersenyum, ia sangat bahagia karena Fahima meminta bantuan dirinya.

"Terima kasih." Fahima tersenyum, ia bisa tenang pergi ke Serang.

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Leo.

"Ya." Mata indah Fahima menatap lurus ke lauatn lepas.

"Apa yang terjadi di kamar tamu hari ini?" tanya Leo pelan.

"Kenapa? Apa pria itu marah?" Fahima melihat kearah Leo dan kembali membuang pandangannya.

"Dia mau bertemu kamu." Leo sangat penasaran dengan kejadian di kamar Michael.

"Aku akan pergi besok dan aku tidak mau bertemu dengan pria itu. Apakah akan bermasalah dengan kamu?" tanya Fahima khawatir.

"Tidak apa, tetapi katakan apa yang terjadi?" Leo tersenyum memaksakan Fahima untuk bercerita.

"Oooh, ini sangat memalukan." Fahima memasukan wajahnya pada lutut yang ia tekuk.

"Apa kamu melakukan kesalahan?" tanya Leo.

"Hah, pria itu tidur telanjang," jawab Fahima dengan wajah yang masih bersembunyi.

"Apa?' Leo tertawa terbahak-bahak.

"Itu tidak lucu." Fahima menatap tajam pada Leo dan kembali melihat kearah laut.

"Sayangnya, mata suci wanita ini telah ternodai." Leo terus tertawa.

"Apa ada yang lain?" tanya Leo lagi.

"Aku membungkus tubuh pria itu dengan selimut sseperti bayi sehingga ia tidak bisa bergerak, lali aku pergi, itu saja," jelas Fahima.

"Jika hanya itu, untuk apa dia mau bertemu dengan dirimu?" Leo berpikir.

"Mungkin dia marah karena aku membungkus tubuhnya." Fahima tersenyum.

"Hmm, Michael tidak akan terlalu perduli dengan hal kecil dan sepele. Kejadian itu juga tidak disengaja." Leo melihat jam di tangannya.

"Apa kamu kembali ke hotel?" tanya Fahima.

"Tidak, aku tidak mau di tanya tentang kamu." Leo tersenyum.

"Ayo kita jalan-jalan di tepi pantai." Fahima beranjak dari pasir.

"Ayo." Leo tersenyum, tidak banyak kesempatan bisa bersama dengan wanita itu.

Ketika waktu zuhur tiba, Fahima pulang ke rumah dan Leo kembali ke hotel. Mereka berpisah tepat di depan pintu gerbang Hotel Paraday. Pria itu tahu Michael sedang melakukan pertemuan dengan rekan bisnis, setidaknya untuk hari itu ia tidak akan bertemu dengan bos besar yang suka memerintah semua orang.

Fahima tiba di rumah dengan motornya, ia segera membersihkan diri dan melaksanakan salat zuhur, merapikan koper dan perlengkapan yang akan ia bawa ke Serang. Jika bukan untuk masa depan yang lebih baik, ia tidak mau pegi ke luar Bangka, meninggalkan mama dan neneknya.

"Imah, apa kamu tidak bekerja?" tanya mama lembut.

"Hari ini aku hanya pergi bertemu Leo." Fahima tersenyum.

"Apa mama dan nenek sudah makan siang?" tanya Fahima dan beranjak dari lantai.

"Ayo kita makan berdua." Mama menarik tangan Fahima.

"Bagaimana keadaan nenek?" Fahima menghentikan langkah kakinya dan melihat ke kamar nenek.

"Nenek sedang tidur." Mama tersenyum, wanita itu tidak mau membuat putrinya ragu untuk pergi ke Serang.

"Hmm." Fahima melangkah kakinya menuju dapur sederhana yang menyatu dengan meja dan kursi kayu sebagai ruang makan.

"Nenek kamu harus segera dirawat." Mama melirik Fahima yang sedang menikmati makanan sederhana, karena mereka harus berhemat.

Waktu berlalu begitu cepat, Fahima telah berada di atas tempat tidur, ia berusaha memejamkan matanya tetapi bayangan tubuh telanjang Michael mengganggu dirinya.

"Astaqfirullah, ya Allah, hapuslah ingatanku tentang hari ini." Fahima memindahkan imaginasinya dengan ingatan yang lainnya dan berusaha melupakan pria asing yang tidak ia kenal.

Fahima berhasil terlelap dalam tidur, mimpi tentang masa lalu kembali muncul, ingatan ketika ia masih sekolah, Fahima termasuk gadis yang populer sehingga banyak pemuda yang menyukai dan kagum pada dirinya. Seorang pemuda keturunan Tionghoa menyatakan cinta tetapi di tolak oleh gadis berhijab itu.

Penolakan itu membuat pemuda yang menjadi kakak kelas Fahima marah sehingga ia menarik tangan Fahima, mencium paksa pipi dan memeluk tubuh itu. Pengalaman itu menjadi mimpi buruk bagi Fahima membuat dirinya membenci pria keturunan Tionghoa. Di matanya mereka adalah orang yang tidak tahu aturan dan tidak menghormati agamanya.

"Kenapa ingatan yang sudah lama itu kembali muncul?" Mata indah Fahima terbuka, sayup-sayup terdengar suara Azan. Dengan cepat ia turun dari ranjang tua dan berkarat berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan perintah Tuhan.

"Aku kesulitan tidur sehingga tidak terbangun di waktu tahajud." Fahima mengambil Alquran dan membacanya dengan suara lembut, lantunan ayat-ayat suci memenuhi rumah tua itu.

Wanita itu melakukan rutinitas pagi menyiapkan semuanya dengan sempurna untuk nenek dan mamanya. Air mata mengalir di wajah cantik ketika ia selesai mengerjakan semua pekerjaanya. Ia harus perdi selama dua bulan dan meninggalkan dua wanita yang ia sayangi.

"Ma, ayo makan." Fahima menarik tangan mamanya.

"Kenapa kamu bersedih, ingat kamu harus lulus." Mama mengusap kepala Fahima.

"Imah, pasti lulus." Fahima tersenyum lebar dan menikmati sarapannya hingga selesai.

"Ma, ini uang untuk keperluan selama Imah di Serang." Fahima menyerahkan seikat uang ratusan kepada mamanya.

"Kenapa banyak sekali?" Mama melihat uang.

"Jangan sampai mama dan nenek kekurangan uang, jangan lupa bawa nenek ke rumah sakit juga." Fahima memeluk mamanya.

"Jaga diri baik-baik, jangan lupa makan." Air mata wanita itu mengalir.

"Ya." Fahima melepas pelukannya dan menemui nenek yang duduk di tepi tempat tidur.

"Nenek, Imah pergi belajar dulu ya." Fahima memeluk neneknya.

"Cucuku yang cantik dan pintar, Allah akan menjaga kamu." Wanita tua itu mencium dahi Fahima.

Fahima pergi dengan diantar Leo menuju bandara internasional Depati Amir Pangkal Pinang. Air mata menemani kepergian wanita itu hingga ia menaki pesawat terbang dan melambaikan tangannya pada Leo−pria yang terus menyimpan rasa cinta untuk Fahima.

Leo kembali ke hotel dengan keepatan tinggi karena Michael telah menunggu dirinya, menagih janji untuk bertemu dengan Fahima.

"Apakah manajer hotel ini sering pergi ke luar?" Michael berdiri tepan di depan pintu mobil Leo yang baru saja terbuka.

"Maaf, Tuan. Saya ada urusan sedikit." Leo tersenyum, ia sangat senang bisa membantu Fahima.

"Dimana wanita itu?" tanya Michael.

"Dia tidak ada di rumah," jawab Leo.

"Antarkan aku kerumahnya!" Tanpa menunggu jawaban Leo, Michael duduk di kursi penumpang bagian belakang.

"Tuan, Fahima sudah pergi ke Serang." Leo menatap tidak suka pada Michael.

"Apa kamu sedang menyenmbunyikan wanita itu dariku?" Michael menatap tajam pada Leo.

"Baiklah." Leo masuk kedalam mobilnya dan menjadi sopir Michael membawa pria itu ke rumah Fahima.

Tidak butuh waktu lama, mobil Leo berhentitepat di depan rumah semipermanen dengan dinding papan yang telah usang dimakan rayap.

"Apa kamu yakin ini rumahnya?" Michael menatap rumah yang seakan tidak layak huni dimata pria itu.

"Tentu saja." Leo turun dari mobil diikuti Michael.

"Apakah ini rumah?" Michael berdiri di depan halaman.

"Untuk bos besar, mungkin ini tidak layak huni, tetapi ada bidadari cantik tumbuh di rumah di sini." Leo tersenyum.

"Assalamualaikum." Leo mengucapkan salam dan tersenyum pada mama Fahima.

"Waalaikumsalam, Leo, kenapa kembali lagi?" Mama Fahima tersenyum.

"Ada tamu yang mau bertemu." Leo melirik Michael yang terus menaikkan alis matanya.

"Silakan masuk." Mama Fahima tersenyum.

"Apakah Fahima ada di rumah?" tanya Michael.

"Apa Anda tidak mau duduk dulu?" Mama Fahima tersenyum ramah dan tanpa menjawab pria itu duduk di kursi tua yang tidak empuk lagi.

Mata tajam Michael meneliti setiap sudut ruangan, ia bisa melihat ruang tamu yang berhadapan langsung dengan dua kamar. Pria itu bisa menebak pintu di hadapannya adalah kamar Fahima. Foto-foto prestasi wanita itu terpajang di dinding dari kecil hingga saat ini, semua terlihat cantik dan menawan.

"Bibi, bagaimana kabar nenek?" tanya Leo duduo di samping Michael yang terus mengamati ruangan kecil itu.

"Nenek harus dibawa berobat." Mama Fahima berjalan ke dapur untuk mengambi minuman.

"Dimana Fahima?" tanya Michael melihat kearah mama Fahima yang meletakkan kopi di atas meja.

"Fahima sudah pergi ke Serang untuk mendapatkan pelatihan guru professional," jawab Mama Fahima.

"Kapan dia akan kembali?" tanya Michael.

"Dua bulan lagi." Mama Fahima menatap Michael.

"Leo, kita kembali ke hotel sekarang!" Michael keluar dari rumah tanpa meminum kopi yang telah dibuatkan.

"Bibi, maafkan aku." Leo menyalami tangan Mama Fahima.

"Siapa pria itu?" tanya Mama Fahima.

"Bos besar," jawab Leo tersenyum.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang kembali ke hote Paraday. Meninggalkan rumah sederhana yang telah membesarkan seorang wanita cantik dan cerdas. Michael hanya terdiam, ia berpikir, mungkin dulu Mamanya tidak disetujui menikah dengan Papa karena hidup dalam kesederhanaan seperti Fahima.

Hidup sederhana berarti hidup yang bersahaja, tidak berlebihan. Merasa cukup untuk segala sesuatu, tidak selalu mendongak. Hidup dalam kesederhanaan berarti mensyukuri dan menikmati apa yang ada, tidak banyak mengeluh. Kesederhanaan merupakan cara pandang dalam kehidupan.

Continue Reading

You'll Also Like

8.1M 54.8K 66
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
4.5K 298 13
Kehidupan seorang wanita setelah menikah dengan idolanya dan memiliki anak dari pernikahan tersebut. Tak hayal banyak rintangan yang menerpa kehidup...
8.1K 994 58
Pertemuan Hafika dengan Haydan Acisclo membuat Hafika harus terjebak bersama lelaki itu. Hafika terpaksa menjadi pacar pura-puraan Haydan untuk memba...
13.5K 980 9
"hubungan itu terdiri dari dua orang, dua hati dan dua pemikiran. Itu berarti dua orang itu juga yang harusnya sama-sama berusaha untuk memperjuangka...