RUWET [END]

By susantiyunni

2.3K 365 53

[HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMAKASIH] [BELUM DI REVISI] Warning! 18+ Murder scene, strong language, (no... More

Meet the Cast.
1. Awalan yang klise.
2. Akting Jayden yang gagal.
3. Perbincangan di sela makan malam.
5. Pertemuan yang tak diduga.
6. Jayden's world.
7. Kaluna, si gadis baru.
8. Lunch.
9. Si pendiam, Luna.
10. Si tidak peka, Jayden
11. Menurut pendapat Elga.
12. Do you wanna be my boyfriend?
13. Cakra Worries.
14. Bukti kecil
15. Keganjalan mulai muncul.
16. Si Rubah cilik.
17. Acara makan malam yang gagal.
18. Permintaan maaf di terima.
19. A Little Secret.
20. Pengawas Dadakan
21. Masih saja bodoh.
22. Maaf lagi?
23. Percakapan di pagi hari.
24. Mine.
25. Forgive.
26. Romantisme.
27. Si rubah licik yang tak kehabisan akal.
28. Pertolongan dari Jayden.
29. Maksud terselubung.
30. Holiday in beach.
31. Promise.
32. Kabar duka.
33 Kau akhirnya membongkarnya, Elga?
34. Si rubah licik itu memang sudah gila.
35. Selamat yang terlambat.
36. Break.
37. Shock.
38. Electric Shock.
39. Hot News.
40. Apa Itu salah?
41. Si cantik itu tak sepolos kelihatannya.
42. Jadi dia berhasil melawan takdir?
43. Date in game center's
44. Date in minimarket.
45. Sick.
46. Dia aneh saat sakit.
47. Dia aneh saat sakit pt.2
48. Hug me, please.
49. Something weird.
50. Anything for you.
51. Like a jerk.
52. Si berengsek, Jayden.
53. Pencerahan dari Cakra.
54. Pernyataan cinta Gilang.
55. Loser.
55. Daddy's secret.
57. Pertemuan keluarga.
58. Masih ada harapan.
59. Destiny.
60. A long time ago.
61. Janji suci.
62. Pernyataan cinta Elga.
63. Tunggu aku cintaku.

4. Bayangan Kelam.

75 13 6
By susantiyunni

Jayden menghempaskan tubuhnya di kasur dengan kasar hingga tubuhnya memantul beberapa kali. Perkataan sang mama nampaknya berhasil membuat kepalanya pening, ingatannya melayang pada kejadian belasan tahun yang lalu.

"DASAR ISTRI TIDAK BERGUNA!"

Jayden kecil yang berada di dalam kamarnya terlonjak kaget mendengar teriakan sang papa. Dengan rasa penasaran yang besar, Jayden melangkahkan kakinya keluar dari kamar dan mendekati kedua orang tuanya yang saling melemparkan teriakan satu sama lain.

"Aku hanya meminta sedikit uangmu tapi kau tak mau memberikannya?!" seru Bram, papa Jayden untuk kesekian kalinya.

"Aku sudah tidak memiliki uang sepeser pun, kau sudah mengambil semuanya kemarin!" seru Rasti dengan raut wajah frustasi yang begitu ketara.

"Itu artinya kau harus bekerja lebih keras lagi, sialan! Kalau perlu, jual saja tubuhmu! Pasti banyak pria kaya raya yang menginginkannya," cerca Bram yang seakan tak cukup memaki istrinya dengan kalimat kasar yang terus ia lontarkan.

"Mama..."

Jayden kecil melangkahkan kakinya mendekati sang mama yang nampak terkejut dengan kehadirannya.

"Sayang, kenapa kamu ada disini, hm? Sekarang Jayden masuk kamar lagi ya," ujar Rasti sembari mengusap pelan pucuk kepala anak semata wayangnya. Ia tidak ingin Jayden mendengar semua kalimat buruk yang diucapkan papa kandungnya sendiri, meskipun kenyataannya Jayden telah mendengar semuanya.

"Kau juga, kau sama tidak berguna nya dengan ibumu itu. Apa gunanya kau hidup, huh? HARUSNYA AKU MEMBUNUHMU SAAT KAU LAHIR DULU, MATI SAJA KAU ANAK SIALAN!"

Jayden terlonjak terkejut mendengar seruan papanya, ia segera meringsut mundur ke dalam pelukan sang mama.

Kedua mata Rasti memicing tak suka, "kau sadar dengan apa yang kau katakan, Bram? Kau menyumpahi anakmu sendiri?!"

Bram berdecak keras, kedua matanya menatap tajam Jayden yang masih meringsut ketakutan dipelukan istrinya.

"Dia bukan anakku, aku tidak pernah memiliki anak tak berguna sepertinya."

"Kau benar-benar sudah gila. Sepertinya kehilangan perusahaan membuatmu ikut kehilangan akal sehatmu," tukas Rasti.

Bram benar-benar sudah gila, sejak perusahaan yang dipimpinnya gulung tikar 4 bulan yang lalu, dia seakan berubah menjadi orang lain. Suaminya yang dulu begitu sabar dan menyayangi dirinya berserta Jayden seakan telah mati, suaminya yang sekarang begitu kasar.

Dia seakan-akan melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga yang memenuhi kebutuhan keluarga, membuat Rasti mau tak mau harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhan mereka setiap harinya.

Sedangkan yang dilakukan Bram setiap harinya hanya menghabiskan uang hasil kerja kerasnya dengan cara mabuk-mabukan dan berjudi.

"Tahu apa kau jalang? Lebih baik berikan aku uang sekarang! Aku butuh uang sialan!"

"Sudah ku katakan, aku tidak memiliki uang lagi!" Kalaupun punya, Rasti tak akan sudi memberikan uang hasil jerih payahnya kepada Bram lagi.

"Jalang sepertimu pasti berbohong, berikan aku uang sekarang juga atau aku akan mengobrak-abrik rumah peyot ini!

"Aku tidak memilikinya!"

"Benar-benar keras kepala."

Bram segera melangkahkan kakinya menjauh, memasuki kamar tidur istrinya dan mengobrak-abrik isi lemari, hingga baju yang berada di dalamnya tercecer di lantai. Kedua tangannya terulur mengambil kotak kayu yang berada di lipatan baju dan benar saja, ada uang di dalamnya.

"Akhirnya ketemu juga."

Bram meraup semua uang yang berada di dalam kotak itu dengan senyuman yang mengembang lebar.

"Jangan ambil uang itu, Jayden belum membayar uang sekolahnya selama 3 bulan!"

"Apa yang kau katakan? Uang sekolah? Untuk apa menyekolahkan anak tak berguna itu? Suruh saja dia mengemis agar mendapatkan uang."

Rasti menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Jangan, jangan ambil uang itu. Kembalikan!"

"Aku mengambil uang ini agar kita bisa hidup lebih layak seperti dulu, tidak kah kau mengerti?!"

"Tentu saja tidak! Yang kau lakukan hanya berjudi dan membuang-buang uangku!"

PLAK!

Bunyi tamparan nyaring menggema di dalam rumah kecil itu. Tubuh Rasti terlempar dengan wajah menoleh ke samping, sebelah tangannya terangkat saat rasa perih menjalar di pipinya.

"Tutup mulutmu jalang, kau tidak tahu apapun tentangku! Kau hanya perlu mencari uang dan memberikannya padaku," caci Bram untuk terakhir kalinya sebelum melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruangan.

"Tidak, kembalikan uang itu!" jerit Rasti, ia merangkak untuk mencapai kaki suaminya tapi malah ditendang hingga hidungnya mengeluarkan darah.

"MAMA!"

Jayden berteriak kencang melihat perlakuan kejam papanya kepada sang mama, namun ia tak bisa melakukan apapun selain menangis.

"Diam! Suaramu sangat memekakkan telinga! Mau ku robek mulutmu, hah?!" bentak Bram kepada anaknya, Jayden menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan, menghalau suara tangisnya sekuat tenaga.

"Hah, lebih baik aku pergi dari sini. Aku bisa gila!" ujar Bram sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah tersebut.

"Bram! Bram! Kembalikan uangku!" teriak Rasti putus asa. Air matanya mengalir dari pelupuk matanya, itu adalah uang terakhirnya dan entah bagaimana lagi caranya ia mendapatkan uang untuk membayar uang sekolah Jayden lusa.

"Mama..." Jayden segera berlari dan memeluk erat tubuh sang mama.

"Jayden, maafkan mama, maafkan papamu," lirih Rasti.

"Papa kenapa jadi jahat? Papa menendang mama dan meneriaki Jayden," ujar Jayden di sela-sela tangisnya yang semakin kencang.

"Papamu hanya sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi perkataannya tadi jangan dimasukkan kedalam hati ya?"

"Tapi hidung mama berdarah."

Jayden mengusap pelan darah yang terus mengalir dari hidung mamanya, ia takut mamanya kenapa-kenapa.

Rasti mencoba untuk menampilkan senyumnya agar sang anak tak merasa khawatir namun malah berakhir menyedihkan.

"Mama tidak apa-apa, jadi Jayden jangan menangis."

Tapi sekarang mereka sudah bebas, Jayden merasa sangat beruntung karena pria itu telah mati karena tertabrak truk saat mencoba lari dari kejaran polisi setelah ketahuan mencopet. Setidaknya ia dan sang mama tidak lagi merasakan sakit dan takut karenanya, semua kejadian di masa lalu bagaikan mimpi buruk yang sangat ingin Jayden lupakan dalam ingatannya.

"Dia bukan orang tua gue, jadi buat apa gue ngunjungin dia?"

Bagi Jayden orang tuanya hanya satu, hanya mama Rasti. Dia adalah satu-satunya malaikat yang ia miliki, dia adalah sosok mama sekaligus papa baginya, ia tidak butuh orang lain. Kebahagiaannya bergantung pada kebahagiaan mamanya, ia sangat mencintai mamanya melebihi apapun di dunia ini.

Jayden memang mencintai Bella, tapi sang mama adalah prioritas utama di hidupnya.

To Be Continue.

Sorry for typo(s).

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 206K 80
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!] Cerita pertama jadi masih banyak kesalahan! (Udah tamat! Tapi males nge revisi! Wajar kalo masih banyak typo) Samudr...
188K 8.2K 43
(Perfect cover by @alphagraphic) Giandra Claretta, gadis pintar dengan wajah cantik. Dipertemukan dengan Atha, laki-laki yang menurut Giandra sangat...
7.1K 3.8K 22
"Aku nggak sempurna, Tristan. Ada yang cacat dalam diri aku." "You don't have to be perfect. You just gotta learn to love me." "Sekalipun aku udah...
1M 42.4K 58
Kai sangat membenci Ana. Baginya Ana hanyalah parasit penganggu yang menyebalkan. Mengganggu kehidupannya, dan perlahan menghancurkan semunya. Baginy...