Playboy Ketemu Pawangnya!!!

By xykrn_

110K 7.1K 972

Bagaimana jika seorang playboyboy sekolah seperti Rey, berusaha mendekati seorang gadis dingin dan galak sepe... More

01. Si Buaya
02. Pertemuan Yang Buruk
03. Merasa Tertantang
04. Galau? Gak Dulu
05. Taruhan
06. Lo Kalah
07. Di Labrak Mantan
08. Balapan
09. Pulang Bareng
10. Seenaknya
11. Kepergok
12. Siapa Yang Menang?
13. Emang Cewek
14. Gak Mau Dipukul, Maunya Dicium
15. Ngerjain Tugas
16. Ngintilin Mulu Perasaan
17. Dilabrak Lagi
18. Kencan Dengan Alvaro
19. Rey Digebukin
20. Makin Buruk
21. Nginep Di Dumah Sakit
22. Masa Lalu Kembali
23. Sudah Dihak Paten
24. Raka Tukang Rusuh
25. Bekal Dan Susu Kotak
26. Berantem Sama Raka
27. Sialan
28. Kebarakan
29. Balik Sama Raka
30. Gegabah
31. Jadi Pacar Gue?
32. Doni Punya masalah?
33. Pergi Ke Suatu Tempat
34. Ternyata Angela
35. Diterima
36. Alvaro Makin Panas
37. Empek-empek
38. Di Teras Belakang
39. Elena
40. Kembali
41. Tujuan Kembalinya
42. Break
43. Gak Jadi
44. Sembunyi-sembunyi
45. Jeniper
46. Rey Dan Elena
47. Memulai Aksi
48. Keputusan Sinta
49. Masih Butuh Penjelasan
51. Alasan Sinta
52. Karin Tempat Berlabuh
53. Sama-sama Sakit
54. Alvaro Ikut Serta?
55. Hancurnya Alvaro
56. Berduka
57. Gak Akan Biarin Lo Mati
58. Mama Rey Yang Ngebet
59. Ada Kejanggalan
60. Latihan Berdua
61. Penyelesaian
62. Kembali
63. Selesai
64. Kehilangan Dan Merasa Bersalah
65. Lily Si Pencinta Donat

50. Masalah Basecamp Kembali Diungkit

1.2K 65 48
By xykrn_

~•°•~


Follow ig:

@reyputrawjy
@sinnta10
@_alyamhn
@bimamggla
@alvaro.snjy68
@angelaaa.mrkl
@_doniii.prsty69
@_kesyalazurdi
@xykrn_
@nurkrnia_

***

"Sinta!! Buruan!! " Teriakan seseorang terdengar begitu nyaring.

Sinta yang tengah bersiap di kamarnya pun mendeisi tajam. Berdecak, "Mulut Raka ya emang! " Dengusnya. Ia lalu mengambil tas juga sepatunya, memakainya. Setelah siap, ia berjalan ke arah cermin panjang di kamarnya, melihat pantulan dirinya.

Kemudian ia bergegas pergi, menghampiri Raka yang sejak tadi terus saja berteriak bak orang tak tahu adab bertamu. Tak sabaran sekali.

Di bawah, terlihat Raka yang tengah duduk bersama Jefri di pantry dapur. Menikmati roti juga susu yang tampak hangat. Ah, bahkan dia saja masih makan.

Sinta menghampiri mereka, berdecak, memukul kepala laki-laki berseragam SMA itu. "Anjir lo, gue udah buru-buru tau! " Dengusnya.

Raka terkekeh, menyeruput terlebih dahulu susu hangatnya. Lalu menatap Sinta dengan ringisannya. "Lagian lo suka lelet, " katanya.

Ah, anak ini...

Terdengar Sinta berdecak, wajahnya tampak kesal. "Udah ayo buruan berangkat, keburu telat nanti! "

"Loh kamu gak makan dulu? " Tanya sang Kakak.

Oh ya, kondisi Jefri baik-baik saja, hanya luka kecil dan cedera kaki saja. Waktu itu ia terlalu syok dan menyebabkan ia kehilangan kesadaran. Tak ada yang perlu di khawatirkan, Jefri baik-baik saja.

Sinta menggeleng, "Enggak deh Bang, nanti aja di sekolah. " Jawab gadis itu. Ia lalu beralih menatap Raka yang masih asik menyantap roti yang Jefri buat untuk Sinta. Gadis itu berdecak lagi, menarik tas punggung laki-laki itu. "Buruan nanti telat, udah siang ini. "

"Bang kita berangkat dulu ya! " Kata Sinta pada sang Kakak.

"Iya ati-ati di jalan. "

Sedangkan Raka mendengus kesal, "Sin apaan sih?! Gue masih laper!! "

"Nanti telat Ka....! "

Mereka pada akhirnya berangkat dengan Raka yang kesalnya setengah mati. Dia sedang asik dengan sarapan, perutnya belum terisi penuh. Sinta ini mengganggu saja.

Sifat menyebalkan Sinta sepertinya kembali lagi.

*

Mereka berdua sampai di pekarangan sekolah, sudah terlihat ramai karena waktu memang sudah siang. Sinta turun dari motor bebek milik Tante Arini, ya, Raka menggunakan motor sang Ibu. Bukan karena apa, motornya yang masih berada di bengkel juga kakinya yang belum sembuh total membuatnya berpikir,-lebih baik mengenakan motor yang praktis saja.

Sinta merapikan ikatan rambutnya yang berantakan karena terterpa angin. Ia masih berdiri di sana, menunggu Raka yang tengah memarkirkan motornya.

"Udah, yuk! " Kata Raka setelah memarkir motor.

Mereka kemudian berjalan beriringan menuju ke kelas masing-masing yang sama-sama berada di lantai tiga. Mereka tampak sesekali terkekeh mendengar celotehan atau candaan satu sama lain.

Sampai mereka melewati salah satu kelas, Sinta tak sengaja melihat gadis yang tengah duduk di salah satu bangku ruangan itu. Sinta tampak mengerenyit heran.

"Ka, Elena kok bisa di pindah ke kelas IPS 2 sih? Dia kan anak IPA tadinya. " Tanya Sinta.

XII IPS 2? Bukankah itu kelas Rey? Ah, gadis itu benar-benar seperti penguntit.

Raka tampak berpikir, "Kaya tukeran gitu sih sama Alvaro, waktu itu gue gak sengaja denger Bu Prita ngobrol sama kepala sekolah. "

Sinta tampak mengerenyit, masih terheran-heran dengan hal ini. "Tukeran? " Monolognya.

Baru ingin menginjakkan kaki mereka ke anak tangga berikutnya, tiba-tiba saja seseorang datang, dan-

BUGH!

Laki-laki itu tiba-tiba memukul Raka begitu saja, tak tahu alasannya. Sinta memekik terkejut, menatap Raka yang kini telah jatuh terduduk di bawah sana. Dia bahkan harus terguling dari beberapa anak tangga.

"Raka! " Sinta langsung menghampiri anak itu, membantunya untuk berdiri.

Kemudian di tatapnya laki-laki yang tengah menghampiri mereka-Raka dan Sinta- dengan tatapan sengit. "Rey, apa-apaan sih lo?! " Bentaknya yang tidak di hiraukan oleh Rey.

Rey berjalan menghampiri Raka yang kini memegangi sudut bibirnya, terasa perih, pukulan Rey kerasnya bukan main.

Laki-laki itu bersiap untuk melayangkan pukulan lagi, namun dengan sigap Raka menahannya, memutar balik kondisi. Satu pukulan Raka berhasil lolos mengenai perut Rey.

"Maksud lo apa tiba-tiba dateng mukul gue, ha? " Tanya Raka.

Rey menarik ujung bibirnya ke atas hingga terukir senyuman miring di wajahnya. Ia yang semula terduduk di lantai kini bangkit dengan memegangi perutnya yang masih teras sakit.

Ia berjalan sedikit mendekat ke arah Raka, menatap tajam ke arah laki-laki itu. "Enggak karena gue diem, bukan berarti gue lupa sama kelakuan lo anjing! " Katanya.

"Gue diem bukan berarti bendera perang yang lo kibarkan gak bakal gue ladenin. Udah ada korban, satu anggota gue mati gara-gara kejadian itu.

Dan lo, harus dapet balesan yang setimpal. " Ujar Rey. Mendorong bahu Raka.

Raka tersenyum remeh, menatap Rey. "Gue kan udah pernah bilang, kalo masih doyan nelen informasi mentah-mentah gak usah jadi ketua gang, gak cocok! " Ucapnya remeh.

Rey mulai tersulut kembali, tatapan nyalang terlihat begitu menakutkan. Tangannya mengepal kuat, siap untuk melayangkan pukulan. Lalu-

"Banyak bacot lo anjing! "

BUGH!

Pukulan kembali mendarat di pipi Raka, kini keduanya saling adu pukul. Tak menghiraukan siswa-siswi yang kini telah datang mengerubungi mereka.

Tak terkecuali, dua teman Sinta dan Alvaro, terlihat juga Elena ada di antara siswa-siswi yang ada di sana. Entah bagaimana bisa mereka datang kesana di saat jam pelajaran setelah istirahat telah di mulai.

Tak menghiraukan apa pun, Rey mendekati Raka dan menarik kerah bajunya dan siap kembali melayang pukulan. Namun dengan sigap Raka menendang perutnya hingga Rey terpental dan memberikan ruang untuknya bergerak, ia bangkit dengan susah payah.

Raka menyeka darah yang keluar dari ujung bibirnya, kembali tersenyum miring. "Lo harusnya cari tau dulu yang sebenernya, gampang banget di kibulin cewek! "

"Gak usah bacot lo bangsat! "

Rey kembali memukul Raka tanpa ampun, ia benar-benar menghajar Raka dengan brutal. Disaat emosinya yang tidak stabil akibat masalahnya dengan Sinta dan dengan kebetulan Raka yang memang musuh bebuyutannya sejak lama.

Melihat perkelahian yang ada di depan matanya saat ini membuat Sinta takut. Gadis itu mendesis tajam, kemudian berlari menghampiri dua laki-laki itu.

"Rey udah!! Cukup!! " Ia mencoba melerai perkelahian itu. Akan tetapi malah siku Rey dengan kuat mengenai hidungnya.

Sinta kesakitan, memegangi batang hidungnya. Dan ia rasa ada sesuatu yang mengalir dari sana.

Darah.

"Kak Sinta! " Angela yang melihat itu langsung menghampirinya. Terlihat panik tatkala melihat sang Kakak sepupu mimisan.

Suara Angela mengalihkan perhatian si pemeran utama dalam kejadian ini, Rey dan Raka. Melihat Sinta jatuh terduduk membuat Raka langsung mendorong tubuh Rey, berlari menghampirinya.

Raka berlari menghampiri Sinta yang sudah berlumuran darah dan terduduk disana. Raka langsung menyeka darah yang terus mengalir dari hidung Sinta, "Sinta, lo gak papa? Kita ke UKS ya. "

Dengan cekatan Raka menggendong Sinta ala bridal style, membawanya ke UKS. Walaupun kini dirinya babak belur.

Sekarang hanya menyisakan Rey, Elena, dan Alvaro disana, murid-murid yang tadinya menonton pun mulai pergi satu-persatu. Rey masih mematung dengan tatapan memandang tempat Sinta jatuh terduduk tadi, entah kenapa ia seperti orang linglung. Ia bingung harus bagaimana.

"Rey, kamu gak papa kan?! Kita ke UKS atau mau ke rumah sakit? " Tanya Elena dengan raut wajah khawatir. Laki-laki itu hanya melirik Elena sekilas, "Gak, gue gak papa. "

Rey tampak begitu frustasi.

"Ternyata lo masih sama aja kaya dulu ya Rey. " Kata seseorang yang berdiri di belakang Rey.

Rey menoleh, melihat siapa yang berbicara. Itu adalah Alvaro. Laki-laki tampan itu berjalan mendekat dengan senyuman. Rey menatap Alvaro datar.

Alvaro masih saja tersenyum remeh, "Lo masih sama kaya Rey yang gue kenal, Rey yang gampang emosi, ceroboh, dan gampang percaya sama omongan orang lain entah itu bener atau enggak.

Sifat lo masih kaya bocil. " Kata Alvaro.

Lalu Alvaro memegang pundak Rey, "Gue cuma mau ingetin, lo akan terus jadi orang bodoh kalo lo terlalu gampang percaya sama orang yang emang sengaja ngebodohin lo." Katanya lalu melenggang pergi begitu saja.

Rey kini masih berdiri mematung dengan raut wajah bingung, ia tak paham dengan segalanya. Di dalam otaknya ia bertanya-tanya apa maksud yang dikatakan Alvaro tadi? Apa tindakannya ini salah?

Rey mendecak kesal, ia benar-benar geram dengan perkataan Alvaro yang seringkali menjadi teka-teki baginya.

Rey meremas rambutnya, frustasi.

"AARRGGHH! " Ia menggeram, menendang tempat sampah untuk melampiaskan kekesalannya.

***

Setelah di bawa ke UKS oleh Raka, Sinta segera membersihkan baju seragamnya yang berlumuran darah di bantu oleh Angela. Kini Sinta tengah duduk di pinggiran bangsal UKS dengan menggunakan sweater hitam milik Raka. Karena tidak mungkin jika Sinta dibiarkan menggunakan kemeja seragam yang basah.

Angela membuka tutup minuman mineral yang masih tersegel, "Minum dulu kak! " Katanya sembari menyodorkan air mineral itu kepada Sinta.

"Makasih." Setelah minum setidaknya Sinta sedikit tenang.

Sinta melihat Raka yang terus menatapnya kini, ia sedikit miris melihat wajahnya yang penuh luka lebam dan sedikit darah keluar dari sudut bibirnya. Sinta bangkit dan menghampiri Raka yang duduk tak terlalu jauh.

Raka yang sepertinya tengah melamun pun tersadar. "Kenapa berdiri, udah tiduran aja. "

Sinta tak menghiraukan perintah Raka, ia malah mengambil kotak P3K yang berada tak jauh dari sana. Di hadapan Raka, Sinta menatap satu persatu luka yang membiru keunguan di wajah Raka.

"Gue obatin lukanya, kalo gak di obatin nanti infeksi. " Sinta sambil sibuk dengan kotak P3K yang ia ambil tadi.

"Gak usah ini cuma luka kecil doang besok juga udah kering, lo istirahat aja Sinta. " Tolak Raka.

Mendengar itu Sinta pun berdecak, "Gak usah bandel, nurut aja kenapa sih?! " Bentaknya.

Raka langsung terdiam, pasrah saja. Mau sepandai apapun Raka mengelak, ia tak akan bisa mengelak dari Sinta. Itu sudah pasti!

Sinta itu sudah seperti ibu keduanya.

Dengan perlahan dan dengan telaten Sinta mengobati satu persatu luka di wajah Raka. Sedangkan Raka, sibuk memandangi wajah Sinta dari dekat.

Entahlah padahal ia sudah bertahun-tahun melihat wajah gadis itu, namun sungguh tak ada rasa bosan.

"Ka, maksud omongan Rey tadi tu apa sih? " Tanya Alya tiba-tiba, membuat semua orang mengalihkan perhatiannya.

Sinta juga kini menatap Raka dengan tatapan bertanya. Ia juga sedikit bingung dengan perkataan Rey tadi, apa benar Raka orang dibalik penyerangan basecamp Rey hingga membuat tulang tangan laki-laki itu retak dan menyebabkan kematian salah satu anggota gang Rey?

Jika benar, Sinta sungguh kecewa bukan main. Bukan karena apa, itu sudah masuk dalam kategori tindakan kriminal.

Raka menghela napas samar, "Gue gak pernah nyuruh siapapun untuk nyerang Rey, suer! " Tungkas Raka. Semua masih bungkam, mereka masih menatap lekat Raka, yang ditatap tak nyaman. "Kalian gak percaya sama gue? "

Lagi-lagi tak ada jawaban dari tiga gadis itu. Kemudian Raka beralih menatap Sinta, "Sin, lo gak percaya sama gue? " Tanyanya lagi.

Gadis itu menatap lekat Raka, mencari kebohongan di matanya. Kemudian Sinta menghela napasnya, lalu ia tersenyum ke arah Raka. "Gue percaya sama lo, gue tau lo gak akan ngelakuin hal itu. "

Perkataan Sinta membuat Raka lega, tampak dari senyuman yang terukir di wajahnya.

"Terus kalo lo gak ngelakuin hal itu, kenapa Kak Rey nuduh lo? " Tanya Angela. Kembali membuat tanda tanya besar.

Semua orang-orang di dalam sana diam, memikirkan seseorang di balik masalah ini.

Tetapi pintu UKS yang berdecit mengalihkan perhatian mereka. Pintu itu terbuka, menampak Alvaro yang berdiri di ambang pintu. Terlihat kebingungan. "Kalian kenapa pada diem? " Tanyanya.

"Lagi mikirin orang yang jadi dalang dari masalah Kak Rey sama Raka. " Jawab Angela.

"Tasya. " Kata Alvaro tiba-tiba. Mengundang tatapan bingung dari semuanya. "Tasya orang yang berniat ngadu domba Raka sama Rey, dia juga yang nyuruh orang buat nyerang basecamp waktu itu. Dia dalangnya. "

"HAH?! " Semua memekik kaget, tak menyangka.


***

Readers: Alvaro banyak banget nyimpen rahasia, kasih tau lah rahasia-rahasia di PKP!

Alvaro be like:




Jangan lupa kewajibannya sayang(っ˘з(˘⌣˘ )

~•°•~

Continue Reading

You'll Also Like

17M 1.9M 87
SUDAH TERBIT VERSI NOVEL. Bisa didapatkan di toko buku dan marketplace fav kamu seperti shopee, tokped, webstore MIZAN. "Dia cewek gue." Atlanta Nath...
4.6M 333K 58
[ AREA 🔞🔞 WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] "Kejutan spesial untukmu, adalah memilih sendiri jodohmu di antara ketiga pria yang berprofesi sebagai seo...
34.8M 3.3M 85
⚠️ 𝐓𝐨𝐱𝐢𝐜 𝐑𝐞𝐥𝐚𝐭𝐢𝐨𝐧𝐬𝐡𝐢𝐩 ⚠️ "Cewek lo, buat gue." Magma. Cowok galak, dingin, pemaksa, egois, sombong, dan segala sikap kepenguasaannya...
1.6M 262K 37
Apa jadinya jika gadis anti pria berpindah ke tubuh gadis pengoleksi pria tampan, dia adalah Grana Jingga Aprilioka berpindah ke tubuh Qisya Baristia...