'Akan sangat indah jika bunga
kosmos juga tumbuh pada saat salju.'
Saat itu Sehun mengatakan hal
ini padaku sembari menatap langit.
Dengan senyuman manisnya,
dan tatapannya yang begitu tulus.
Membuatku membayangkan..
Akan secantik apa bunga itu
jika ia tumbuh di musim dingin.
Akan seindah apa senyuman
yang terukir di wajahnya?
***
"Wah.. Salju pertama!"
Seru Sooyoung mendongak dan mengarahkan telunjuknya pada buliran-buliran putih yang jatuh dari langit. Menghentikan langkahnya diikuti Sehun yang mengekor di belakangnya.
"Ah.. Musim gugur sudah berakhir."
Gumam lelaki itu seraya menghembuskan nafas panjang. Menghasilkan kepulan asap yang terlihat keluar dari bibirnya. Lain halnya dengan Sooyoung yang tampak bahagia. Selain hujan, gadis itu juga menyukai salju. Ia sangat menyukai segala suasana yang dapat membuatnya merasa tak perlu menggunakan pendingin ruangan.
"Oh Sehun, apa yang kau lakukan disana? Ayo! Kau tak boleh di luar terlalu lama."
Ujar Sooyoung menyadarkan Sehun dari lamunannya. Gadis itu mengeluarkan kepalanya melalui jendela mobil yang ia naiki dan memberi isyarat pada Sehun agar segera masuk.
"Aku datang."
Sahut lelaki itu bergegas memasuki mobil dan duduk di sebelah Sooyoung. Ia menatap keluar jendela cukup lama sebelum akhirnya mobil yang mereka naiki mulai melaju.
"Apa yang kau lihat?"
Tanya Sooyoung begitu menyadari jika sahabatnya itu sedari tadi hanya terdiam.
"Tak ada lagi bunga kosmos."
"Mengapa kau selalu mempermasalahkannya? Kita bisa melihatnya lagi begitu musim dingin berakhir."
"Bisakah.."
Gumam lelaki itu nyaris tak terdengar.
---
"Halo bibi.."
Sapa Sooyoung serta Johnny begitu pintu di buka dan menampakkan sosok Yoona. Wanita paruh baya itu tersenyum ramah pada dua orang dihadapannya. Ia sedikit bergeser untuk mempersilahkan tamunya masuk.
"Dimana Sehun?"
"Ia ada di kamarnya. Baru saja bangun. Kalian masuk saja. Bibi akan membuat beberapa camilan."
"Terima kasih bibi."
Sahut Sooyoung bergegas menaiki tangga diikuti Johnny di belakangnya. Tak membutuhkan waktu lama bagi keduanya untuk sampai di kamar bernuansa putih itu. Sehun yang tengah mendengarkan musik melalui earphone pun tersenyum dan mengubah posisinya menjadi duduk begitu melihat kedatangan mereka. Melepas benda elektronik yang sedari tadi menggantung di telinganya.
"Bagaimana keadaanmu?"
Tanya Sooyoung yang kini terduduk di tepi ranjang. Lelaki itu meregangkan tubuhnya sejenak seraya menguap.
"Aku cukup sehat hari ini."
"Bro, ingin bermain game?"
Ajakan Johnny yang memegang stick playstation di tangan membuatnya mendapat tatapan mematikan dari Sooyoung. Dengan sigap ia menghentikan pergerakan Sehun yang hendak turun dari ranjangnya. Membuat lelaki itu menatapnya bingung.
"Tidak untuk hari ini."
"Tapi.."
"Kau harus banyak istirahat. Seo Johnny, letakkan kembali benda itu."
Titah Sooyoung yang membuat lelaki bertubuh bongsor itu hanya bisa menghela nafas dan mengangguk pasrah. Ia kemudian lebih memilih duduk dan memainkan ponselnya. Mengabaikan dua orang yang kini tampak asik dengan dunia mereka. Hingga pintu kembali terbuka menampakkan sosok Yoona yang membawa nampan di tangannya. Dengan segera Sooyoung bangkit dan berjalan mendekat. Membantu wanita paruh baya itu menghidangkan camilan di atas meja.
"Terima kasih bibi."
"Terima kasih kembali calon menantuku."
Ucap Yoona yang membuat Sooyoung mengerjap beberapa kali dengan pipinya yang merah merona sementara wanita paruh baya itu tersenyum penuh arti.
"Jika kalian membutuhkan hal lainnya, bibi ada di ruang tengah."
Ujar Yoona sembari mengusap lembut punggung Sooyoung dan Johnny sebelum akhirnya pergi meninggalkan tiga orang lainnya.
"Apakah hari ini ada PR?"
Pertanyaan Sehun membuat Sooyoung tersadar dari lamunannya. Gadis itu berbalik dan tersenyum kemudian menggeleng pelan. Kembali terduduk di tepi ranjang dan merebahkan dirinya.
"Wah.. Kamarmu rapi sekali."
Ucap Sooyoung berdecak kagum, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Sehun, lelaki yang kini membuka salah satu buku yang ia ambil di atas nakas itu hanya tersenyum simpul menanggapi ucapan gadis yang kini kembali terduduk. Ia menatap Sehun cukup lama dan begitu intens membuat lelaki itu merasa sedikit terganggu.
"Apa yang kau inginkan Park Sooyoung?"
Sehun menutup kembali bukunya dan meletakkan di atas nakas. Mendekatkan wajahnya membuat Soyoung sedikit menjaga jarak darinya. Gadis itu bahkan tak berani membalas tatapan Sehun.
"Ah.. A-aku lapar."
Ucapnya tergagap seraya bangkit dan berjalan menuju sofa. Memilih duduk di sebelah Johnny yang tengah menikmati tiap potongan buah dihadapannya. Melihat tingkah Sooyoung yang begitu menggemaskan baginya membuat Sehun terkekeh geli. Ia memilih kembali membaca bukunya. Mengabaikan kedua temannya yang kini berebut makanan.
-
"Aku menyerah dengan Bahasa Inggris!"
Pekik Sooyoung dengan suara melengkingnya membuat dua lelaki disampingnya sontak menutup telinga. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Johnny seraya bermain dengan rambutnya. Sehun berdehem pelan dan meraih buku milik Sooyoung. Mengisi tiap jawaban pada lembar kerja gadis itu.
"Kau terlalu memanjakannya."
Ujar Johnny berdecak kesal karena ulah temannya. Lain halnya dengan Sooyoung yang kini tersenyum senang. Beralih memeluk Sehun dari samping dan menopangkan dagunya di bahu lelaki itu.
"Seperti yang diharapkan dari Oh Sehun. Sahabatku yang paling penger- aw."
Ucapan Sooyoung terpotong begitu ia mendapat pukulan dengan buku tepat di puncak kepalanya. Gadis itu menoleh menatap tajam kearah Johnny.
"Bagaimana kau bisa mengerti Bahasa Inggris jika selalu Sehun yang mengerjakan tugasmu?"
"Ck. Mengapa aku harus mempelajari Bahasa Inggris?"
"Itu karena-"
"Kita orang Korea bung. Aku juga tak ada niatan untuk pergi ke luar negeri."
"Hey-"
"Jadi untuk apa aku mempelajari bahasa yang bahkan tak akan aku gunakan?"
"Wah.. Aku tak bisa berkata-kaca."
Lelaki itu kembali menatap Sooyoung dengan raut wajah tak percayanya. Mendengar perdebatan diantara dua orang itu, Sehun hanya dapat tersenyum sembari menyerahkan kembali buku milik Sooyoung.
"Sehun, kau lihat itu kan? Aku tak percaya ada orang yang memiliki pemikiran sepertinya."
"Ck. Dasar tukang mengadu."
"Apa? Wah.."
"Hentikan. Mengapa kalian selalu bertengkar setiap bertemu?"
Ucapnya mencoba menengahi dan membuat keduanya terdiam kini. Sehun meregangkan tubuhnya sejenak. Melakukan pergerakan kecil untuk meredakan rasa pegal pada lehernya.
"Kau mau kemana?"
Tanya Sooyoung begitu melihat lelaki itu bangkit.
"Ke dapur. Aku haus."
"Biar aku saja. Ada makanan yang ingin aku ambil."
"Aku saja. Kau ingin makan apa?"
"Tolong ambilkan beberapa coklat buatan bibi. Itu sangat enak."
Ujar gadis itu seraya menyodorkan mangkuk kosong pada Sehun. Ia pun mengangguk pelan dan mengambil mangkuk dari tangan Sooyoung kemudian kembali melangkah menuju pintu.
Saat lelaki itu tendak meraih knop pintu, pergerakannya terhenti begitu merasakan sesak yang menyerang dadanya. Ia meletakkan telapak tangannya di dada, mencoba menarik nafas yang terasa sulit. Dengan nafasnya yang tersengal dan keringat yang mulai membasahi keningnya, Sehun mencengkram kuat dadanya.
"Sehun, kau kenapa?"
Tanya Johnny begitu menyadari ada yang aneh dari sahabatnya itu. Membuat Sooyoung yang bermain dengan ponselnya itu pun beralih menatap punggung Sehun. Seketika ia membelalakkan matanya begitu melihat lelaki yang kini jatuh bersimpuh.
"Sehun!"
~~~