Mikrokosmos [REMAKE] βœ”

By claa_Park

5.2K 615 66

πŸŽ‡ MIKROKOSMOS πŸŽ‡ Ada hal lain yang membuat sosok asing itu terlihat mencurigakan. Darah di bagian bahu, ping... More

Prologue : [Say What You Want, Vagabond]
1 : [Have a pure, cheerful, and energetic suicide!]
2: [Do you know when it's all right to chicken out and go home?]
3 : [for the real catastrophe brewing on the horizon]
4: [It proves my disappointment to you]
5 : [How Beautiful] (!!)
7: That's what being a partner means, right?
8 : [The character's happiness] (!!)
Epilogue : [I think i really am stupid] (βœ”)

6 : [It's still not over?]

388 53 6
By claa_Park

Dengan cepat hari berganti menjadi Selasa. Sehun harus menerima kenyataan bahwa liburannya telah berakhir. Ia harus kembali ke kantor dan menyelesaikan laporan yang tertunda karena Chanyeol.

Tidak buruk, sih. Lelaki itu memberikan waktu yang menyenangkan. Kesulitannya hanya saat membersihkan bekas cumbuan di leher. Tanda kemerahan itu tidak bisa hilang dalam semalam.

"Sehun-ssi," sapa jumnyeon begitu bertemu karyawannya setelah sekian lama, "Aku merindukanmu."

"Padahal jumnyeon-ssi bisa makan siang bersama yang lain," abai Sehun, memfokuskan diri pada setumpuk pekerjaan di meja.

Pria itu menarik kursi kantornya di depan meja sehun, "Aku ingin mendengar cerita mengapa laki-laki amnesia bisa membuat rekan kesayanganku cuti."

Sehun tersentak dan menatap junmyeon horor. Entah, ia hanya curiga pria itu menyadari perubahan dalam dirinya, tepatnya bekas cumbuan yang susah payah ia tutupi dengan kerah pakaian.

"Melihatmu cuti demi orang asing bukan hal biasa," seru junmyeon, "Mungkin dia bukan orang asing lagi sekarang."

"Nanti saja, junmyeon-ssi. Aku harus menyelesaikan tugasku sekarang," alibi Sehun. Suara ketikan kembali terdengar di dalam biliknya.

"Oke, makan siang," putus Junmyeon sebelum beranjak dari kursinya.

Ia mengedipkan sebelah matanya saat Sehun melirik, "Sushi gratis untukmu."

Sehun balas tersenyum senang. Hanya sesaat, luntur karena perkataan ketua divisi itu selanjutnya.

"Tapi ingat gajimu bulan ini dipotong karena satu hari cuti dan setengah hari bekerja."

.

.

.

Memikirkan apa yang Chanyeol lakukan di rumah memang membuat Sehun sedikit khawatir. Tapi sejauh ini, ia belum pernah melanggar janjinya. Chanyeol tidak akan melakukan percobaan bunuh diri lagi dalam waktu dekat. Itu selama Sehun memberikan penawaran yang menarik setiap malamnya.

Semalam Chanyeol meminta bercinta di kamar mandi, membuat wajahnya merah padam. Sehun sengaja bangun lebih dini agar tidak ditagih, juga pergi ke kantor tanpa pamit. Ia harus mengulur waktu pemenuhan hasrat lelaki itu atau lubangnya akan menjadi korban.

"Sehun-ah, kau tidak memakan sushi mu?" interupsi Junmyeon.

Yang dipanggil tersentak dan segera meraih sumpitnya.

"Sepertinya kau sedang merencanakan sesuatu setelah pulang kerja," penasaran sang ketua.

Sehun langsung tersedak. Ia terbatuk berulang kali dan meminum air di sebelah mangkuknya setelah baikan.

"Oh, aku tahu! Sesuatu yang sangat intim sampai kau-,"

"Jumnyeon-ssi," sergah Sehun.

"Apa kalian berkencan? Menghabiskan malam bersama sampai kau sakit dan cuti?"

"Dia yang sakit. Aku baik-baik saja," jawab Sehun lalu memakan Sushi lagi.

"Bawahanku ternyata sedang kasmaran," goda Junmyeon, berhasil membuat wajah Sehun memerah malu.

"Hentikan, Junmyeon-ssi."

"Iya, iya. Aku tidak akan membahasnya lagi. Sekarang habiskan sushi gratismu. Aku akan membayarnya di kasir," pamit pria itu.

Sehun mengangguk senang. Walaupun diusili, setidaknya ia mendapat makan siang gratis hari ini. Chanyeol bisa menghangatkan masakannya, jadi Sehun tidak perlu khawatir meninggalkannya sampai sore.

.

.

.

Lelaki yang terus berada dalam pikiran Sehun baru bangun saat matahari sudah tinggi. Ia langsung berjalan menuju dapur dan mengintip sarapan Sehun.

Itu akan menjadi makan siang hari ini, pikirnya sambil menyalakan api kompor untuk menghangatkan kuah. Chanyeol berencana untuk makan terlebih dahulu sebelum membersihkan diri.

Asap mengepul saat lelaki itu mengangkat tutup panci. Itu kuah untuk chazuke. Chanyeol menemukan nasi dan kepiting sisa kemarin di samping kompor, serta rumput laut kering. Ia tidak habis pikir bagaimana Sehun bisa merencanakan sebuah masakan dalam waktu singkat.

Semangkuk chazuke buatan si carrier sangat lezat. Chanyeol tidak perlu ragu lagi untuk menjadikannya istri. Ya, itu kalau seorang Oh Sehun bersedia. Kalau tidak pun, Chanyeol masih akan tetap mendesaknya hingga setuju.

Hari ini, berhubung tidak ada tugas rumah yang diberikan Sehun, Chanyeol berencana untuk keluar rumah. Sehun memberikan nomor selulernya kalau-kalau lelaki itu ingin menghubungi.

Walaupun malam itu ia yang memenangkan pertandingan, ingatannya harus tetap kembali. Chanyeol  harus mengusahakan itu agar tidak menjadi suami tidak tahu diri.

Insting menyuruh lelaki itu pergi ke kafe internet terdekat. Tapi untuk menemukannya, ia memerlukan aplikasi penunjuk arah. Ia tidak dapat meminjam milik Sehun. Ponsel itu pasti berada di kantor bersama empunya. Cara lain yaitu bertanya pada tetangga.

"ajhumma, apa kau tahu kafe internet terdekat?" tanya Chanyeol saat berpapasan dengan seorang wanita yang tengah menyiram kebunnya.

"Jangan mencarinya di perumahan! Pergilah ke jalan besar." Petunjuk yang sangat minim membantu. Chanyeol bertaruh wanita tadi tidak pernah pergi ke kafe internet.

Untungnya lelaki itu bisa menemukannya. Kafe internet yang berjarak satu kilometer meter dari gang sebelah rumah Sehun. Tidak begitu jauh. Hanya saja kaki Chanyeol kelelahan karena tidak pernah digerakkan secara aktif. Ia masuk ke dalam dan duduk di depan sebuah monitor. Tujuannya adalah mencari "Park Chanyeol" di internet dan melihat artikel atau berita yang muncul.

"Tidak. Tidak," sebalnya ketika hanya menemukan penulis novel Jepang zaman dahulu.

"Tidak berhasil," gerutunya sambil bersandar di kursi kafe.

Pencarian singkatnya gagal. Tidak ada dokumen dan foto dari manapun yang mewakili dirinya.

"Kukira semua orang akan bermain game ketika berada di kafe internet," celetuk seseorang di sebelahnya.

Chanyeol menoleh dan menemukan orang aneh di sampingnya. Orang aneh yang tetap mengenakan pakaian tebal di cuaca panas pantai. Terlepas betapa berbahayanya laki-laki itu, Chanyeol tidak merasa gentar. Ia balas mendengus kesal.

"Kau tidak diburon polisi, hum?" sindir Chanyeol.

Sosok di sebelahnya tertawa pelan, "Mereka tidak bisa menangkap kalau aku bersembunyi dengan baik."

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Karena aku teroris. Aku sedang menerormu."

Sehun mendecih, "Aku tidak takut. Sebaiknya kau pergi dan cari mangsa lain."

"Tapi sang kekasihmu ketakutan," goda sosok itu. Entah apa yang ia lakukan dengan papan ketik dan monitornya, tapi Chanyeol merasakan sesuatu yang berbahaya.

"Kau tahu pistol tidak boleh digunakan sembarangan?" ancam Chanyeol terselubung, kedua maniknya berkilat serius.

"Tapi aku teroris," balasnya pelan, "Tidak ada aturan yang mengikatku."

Lelaki itu tiba-tiba beranjak dari kursinya dan menaruh chip memori ke meja bilik Chanyeol.

"Padahal aku berharap kau sudah mengingat namaku," tutupnya sebelum menghilang dari pintu kafe, "Sayang sekali."

Chanyeol tersadar dan mengambil chip memori barusan dan berlari keluar kafe. Ia melemparkan chip itu ke udara, membuatnya meledak dan mengundang perhatian. Tak terkecuali si pemilik chip yang masih berada di sekitar sana.

Lelaki itu kemudian tersenyum dan melanjutkan langkahnya lagi, meninggalkan Chanyeol dikerubungi pasukan kepolisian karena diduga sengaja meledakkan bom di tengah kota.

.

.

.

Kantor sudah mencapai jam pulangnya. Dan saatnya bagi Sehun untuk ikut pulang. Ia baru teringat kalau Chanyeol tidak memiliki alat komunikasi. Ia juga tidak menggunakan layanan telepon rumah. Sulit untuk menanyakan kabar- ralat, memastikan rumahnya baik-baik saja dengan keberadaan laki-laki itu.

Sehun tengah membereskan barang-barangnya, memasukkan laptop, ponsel, serta lembar laporan acuan yang mungkin akan ia kerjakan di rumah nanti. Ketika ia hendak keluar dari ruangan, Kim Junmyeon menghadang di jalan.

"Sehun-ah, kekasihmu menunggu di lobi," ujar pria itu.

Sehun sendiri terkejut. Wajahnya memerah malu memikirkan bahwa Junmyeon sudah melihat penampakan Park Chanyeol.

"Dia cukup tampan walaupun agak aneh. Kau beruntung mendapatkan dominan yang unggul. Anakmu mungkin juga akan setam-,"

"Aku permisi," hambur Sehun membawa tasnya dan menerobos pertahanan Junmyeon di ambang pintu.

Atasannya itu mendengus pelan. Sehun selalu pergi sebelum ia selesai bicara. Selalu.

Kembali lagi pada si carrier. Sehun tergesa-gesa berlari menuju lift. Di dalam ruang sempit itu ia mengetuk-ngetukkan sepatunya ke lantai. Merasa senang bercampur gugup.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya pintu lift terbuka. Sehun hanya tinggal berjalan ke arah lobi, tidak akan sampai lima menit. Namun ponsel di tasnya berdering.

Dengan berat hati ia berhenti sejenak dan merogohnya. Sehun itu mengangkat panggilan tanpa melihat nama kontak atau nomor yang tertera di sana.

"Annyeonghaseo," jawabnya sambil berjalan ke lobi. Itu bisa membuat waktunya efektif.

"Oh Sehun, Ini Kepolisian Kota Seoul. Kami menghubungi Anda sebagai kontak darurat Park Chanyeol. Saat ini Park Chanyeol sedang ditahan karena diduga melakukan pengeboman di tengah kota-,"

Sehun refleks menjauhkan ponsel dari telinganya dan meneliti seseorang yang tengah menunggu di lobi. Dia bukan Chanyeol. Chanyeol tidak mungkin berada di dua tempat yang berbeda.

Lelaki di lobi itu menoleh ke arah Sehun. Ia tersenyum simpul seraya melambaikan tangannya, "Selamat sore, Oh Sehun."

Penjahat yang menerornya sejak Chanyeol datang ada di sini. Kedua azure itu menatapnya tak percaya, "Dari mana kau tahu namaku?"

Ponselnya masih tersambung dengan kepolisian. Tapi Sehun tidak berniat menyahut. Ia juga tidak berniat untuk bicara dengan teroris di hadapannya. Kakinya gemetar saat mengambil langkah mundur.

"Kami para teroris selalu memiliki cara untuk mencari informasi," jelasnya santai.

"Chanyeol juga bisa melakukannya," kemudian ia melirik ke atas dengan malas, "Kalau dia mengingat caranya."

Tanpa berpikir panjang, Sehun berbalik ke belakang, melarikan diri dari sang teroris. Tujuan pertama yang terlintas di kepalanya adalah kembali ke bilik. Mungkin Junmyeon masih berada di sana dan bisa membantunya.

Namun sesampainya di depan ruangan, tidak ada siapapun. Pintunya bahkan sudah digembok dari luar.

Sehun frustasi. Ia berlari menuju tangga darurat dan terus naik, berharap sembunyi di tempat tertinggi tidak akan bisa mengelabui teroris itu.

Di atap gedung, angin sore berhembus kencang. Sehun terengah-engah sambil memastikan kondisinya aman. Ia merasa tidak ada siapapun selain dirinya dan memutuskan untuk berada di sana sementara waktu.

Sampai mungkin penjahat itu pergi karena merasa sudah cukup menerornya.

"Oh Sehun," seseorang menyebut namanya lagi, sama dengan orang yang dihindari Sehun.

Sehun mengepalkan tangannya erat-erat. Kakinya melangkah mundur, terhenti ketika mencapai pembatas rendah di pinggir lantai. Saat ini jantungnya berdebar amat kencang, seakan kematian berada di ujung tanduk, di tangan lelaki itu.

"Padahal aku sangat ingin mengobrol denganmu," ujarnya kemudian melipat kedua tangannya.

Sehun mengernyitkan dahi. Jantungnya masih bergedup tak karuan, tapi situasi malah menuntutnya untuk rileks.

"Chanyeol tidak akan semudah itu kehilangan minat bunuh dirinya. Seseorang yang selalu sendirian. Aku tidak pernah melihatnya dekat dengan gadis manapun dan dia sudah mencuri hati seorang carrier."

Perlahan Sehun melepaskan kepalannya dan menatap lelaki itu lurus-lurus.

"Tidak, sepertinya aku salah bicara," sosok itu berdehem, "Aku tidak pernah melihatnya melindungi gadis manapun."

Sehun diam saja. Ia tidak tahu apakah perkataan seorang teroris dapat dipercaya atau tidak. Selain itu, meyakini pernyataan barusan hanya akan membuatnya besar kepala. Soal Chanyeol, ia belum bisa mempercayai semuanya. Termasuk apa yang akan dilakukannya setelah ingatannya pulih.

"Kurasa aku membuatmu sedikit lebih bahagia dengan membagikan fakta itu."

Sosok itu merogoh sakunya, mengambil sebuah pistol dari dalam sana dan mengarahkannya pada dahi Sehun, "Dan kurasa mati dalam keadaan bahagia adalah bagian yang terbaik."

.

.

.

Di balik jeruji sementara kantor polisi, Chanyeol terduduk di atas lantai sambil memeluk kedua kakinya. Berada dalam ruangan sesempit ini tidak membuatnya frustasi, melainkan meninggalkan Sehun di saat orang aneh itu berkeliaran.

Beberapa penjaga terus hilir mudik di depan teralis, sepertinya sedang menjaga laki-laki itu agar tidak kabur. Chanyeol sendiri tidak berniat kabur. Tindakan itu hanya akan memperparah keadaan.

Ia hanya berharap dalam hati agar Sehunnya baik-baik saja. Tapi sudah bisa dipastikan bahwa perasaannya tidak. Di luar sana sudah gelap. Sehun pasti sudah sampai di rumah. Kalau tidak, pihak kepolisian sudah menghubunginya soal penahanan.

Andaikan Chanyeol bisa menebak langkah orang aneh itu, ia tidak akan mendesak Sehun untuk bercinta tempo hari. Sekarang ia membayangkan masa depan di mana Sehun akan hidup dengan seorang anak, tanpa dirinya.

Pengeboman bukan tuduhan yang sederhana. Ia bisa saja dipenjara dua puluh tahun atau dipenggal begitu saja. Saksinya sangat minim. Mungkin hanya teroris itu saja yang bisa membuktikannya. Itu pun kalau kesaksian orang aneh diperhitungkan dalam pengadilan.

"Chanyeol?" celetuk seseorang dari luar jeruji.

Yang dipanggil mendongak dan melihat seorang berpakaian formal. Setelan jas panjang hitam, kemeja putih, dan celana kain hitam. Pakaian yang dikenakannya saat diketemukan Sehun. Rambutnya hitam kecoklatan. Hal yang membuatnya terlihat meyakinkan adalah sebuah kacamata.

"Akhirnya kami menemukanmu."

"Siapa?" bingung Chanyeol, menatap lelaki di depan jeruji kosong.

Ia mendengus pelan, kemudian mengeluarkan lencana dan menunjukkannya pada penjaga di depan jeruji.

Mereka balas memasang raut segan. Dengan terburu-buru membukakan kunci sel itu dan membiarkan Chanyeol keluar dari sana. Laki-laki itu menarik tangannya keluar, membawa Chanyeol ke depan kantor polisi.

"Siapa aku dan ke mana kau akan membawaku pergi?" interogasi Chanyeol.

Si pirang menggaruk tengkuknya sendiri, rautnya tampak terusik, "Apa hobimu memang menyusahkan departemen?"

Pria itu menghela napas, "SIAPA YANG MENYURUHMU MENINGGALKAN PONSEL DI KANTOR, PERGI MENYELIDIKI TERORIS TANPA IZIN, TERLUKA DALAM MISI, DAN AMNESIA BERHARI-HARI?"

"Huh?"

"DAN SEKARANG KAU HANYA BILANG 'HUH'? DASAR TIDAK WARAS!"

Chanyeol terdiam seribu bahasa. Sepertinya bicara lagi tidak akan menyelesaikan masalah. Ia lebih memilih diam dan menuruti lelaki itu.

"Sekarang aku akan mengantarmu ke apartemen. Kau harus kembali bekerja," perintahnya mendorong Chanyeol masuk mobil.

Lelaki itu duduk di kemudi sedangkan Chanyeol berada di sebelahnya.

"Oh iya, sebelum kau bekerja, kita harus mengembalikan ingatanmu," kesalnya sambil membenturkan kepala di atas setir mobil.

Bicara soal mengembalikan ingatan membuat Chanyeol memikirkan hal lain. Ia tidak bisa meninggalkan Oh Sehun begitu saja. Setelah semua masalah dan kerepotan yang diberikannya.

"Bolehkah aku meminjam ponselmu?" tanya Chanyeol.

Lawan bicaranya menoleh dan memberikan benda elektronik itu secara cuma-cuma.

"Itu milikmu. Aku membawanya untuk jaga-jaga."

Chanyeol mencoba membuka ponselnya sendiri. "Terkunci," keluhnya.

"Buka sendiri! Itu ponselmu," kesalnya.

"Aku tidak tahu kuncinya. Aku tidak ingat."

"KAU MENDAPAT PREDIKAT TERPINTAR DI DEPARTEMEN DAN KAU BAHKAN TIDAK BISA MEMBUKA PONSELMU SENDIRI?"

"Bisakah kau memaklumi orang amnesia ini? Katakan siapa namamu dan jabatanmu sebelum memarahiku," Chanyeol ikut pusing dengan Teman bicaranya yang gemar berteriak ini.

Ia menaikkan kacamatanya sejenak, "Jung Jaehyun, wakil ketua divisi penyelidikan departemen kementerian reformasi keamanan sipil."

"Apa itu?" bingung Chanyeol, "Lalu aku siapa?"

"Itu divisi pemerintahan yang mengurusi keamanan negara. Kau termasuk dalam tim penyelidikan keamanan warga sipil kelas S," tunjuk Jaehyun.

"Apa profesiku dalam bahasa yang lebih mudah dimengerti?"

Jaehyun berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Chanyeol.

"Kau mata-mata."

_T.B.C_

Ada apakah inii '-'

Votmennya ditunggu, pai paii~~

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 99 9
asli nya tuh saga cuek kaya kelelawar tapi kalo sama gua pasti kek siput so lembut
508K 36.4K 44
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
104K 5.2K 15
"Om! apa bedanya singa, sama penis om? " [JANGAN LUPA FOLLOW VOTE KOMEN]
100K 6K 40
Menceritakan sepasang kekasih yang terpaksa berpisah di karenakan lelaki cantik tersebut seorang Beta. Kekasihnya yang seorang alpha dominan dari kel...