Pasangan Park-Park itu kini tengah berada di sebuah rumah sakit yang tak jauh dari hotel tempat mereka menginap.
Kebetulan Dokter Elizabeth Davis, rekan kerja Dokter Sam sedang ada jadwal praktik hari ini. Kemarin Dokter Sam memberikan kartu nama rekannya itu pada Loey dan memintanya agar menghubungi Dokter specialis kandungan tersebut untuk membuat janji.
"So, Mr and Mrs Park. Congratulations. It's 5 weeks old." Ucap Dokter Davis sambil tersenyum pada Rosie dan Loey.
Sepasang suami istri itu merasakan ada jutaan bunga tumbuh di hati mereka. Tidak dapat di percaya, keduanya akan segera menjadi orang tua secepat ini.
Loey menggenggam erat tangan istrinya. Pria itu benar-benar bersyukur atas kejutan dari Tuhan. Akan tiba lagi satu malaikat kecil dalam hidupnya. Yang suatu hari nanti tangisan dan tawanya akan memenuhi rumah mereka. Produser NNG itu bahkan saat ini tengah meraba-raba bagaimana wajah polos nan menggemaskan anaknya nanti.
***
Sekarang sudah satu minggu lebih Loey dan Rosie berada di kota Honolulu. Mereka memang berencana menghabiskan waktu dua pekan untuk berlibur dan bulan madu di sini. Lebih tepatnya mereka tengah berlibur. Semenjak dinyatakan hamil, Rosie sangat membatasi diri dengan Loey. Dia hanya memperbolehkannya memeluk, mencium dan... Sepertinya hanya itu. Alasannya karena takut suaminya itu kebablasan.
Loey tampak membawa sebotol vitamin dan segelas air putih di ke dua tangannya. Pria itu menghampiri Rosie yang sedang bersila di atas kasur dan membaca artikel dari ponselnya.
"Night vitamin!" Seru Loey mengambil posisi duduk di tepi kasur.
Rosie menengok ke arah suaminya dengan ekspresi datar. Tampaknya Rosie masih kesal pada Loey karena tadi siang suaminya itu meninggalkannya saat sedang tidur. Dan saat Rosie terbangun, ternyata Loey tidak ada di sebelahnya dan justeru menulis memo bahwa pria itu sedang ke minimarket.
"Bisakah kau berhenti mengacuhkanku, sayang? Aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi saat kau sedang tidur." Kata Loey dengan wajah memelas.
"Ne." Jawab Rosie singkat. Istri Loey itu mengambil vitamin dan segelas air yang ada di tangan Loey. Kemudian meminumnya.
Sudah dua hari ini, Loey merasa istrinya sekarang menjadi sensitif sekali. Selain itu Rosie benar-benar manja berlebihan. Berdasarkan yang dikatakan oleh Dokter Davis kemarin, beberapa wanita memang akan bersikap seperti itu ketika tengah hamil muda. Salah satu alasannya karena perubahan hormon. PR untuk Loey agar selalu mengingatnya.
Produser NNG itu tersenyum lalu tangannya terulur mengelus perut rata Rosie.
"Hey, kau yang membuat Mommy jadi mudah marah akhir-akhir ini ya?" Kata Loey berbicara pada perut Rosie. Bukan, bukan itu. Yang dimaksud adalah berbicara dengan janin yang berada dalam perut Rosie.
Melihat tingkah suaminya, dia merasa ada kehangatan dalam ucapan Loey itu. Rosie mengulum senyumnya membiarkan tangan Loey terus mengelus lembut perutnya.
"Bisakah kau sampaikan permintaan maaf Daddy pada Mommy? Daddy tidak ingin tidur dalam keadaan Mommy-mu masih marah." Ucap Loey lagi.
Seketika Rosie tidak bisa lagi menahan kekehannya. Istri Loey itu pun tertawa kecil.
Diletakkannya ponsel yang dia pegang di sampingnya lalu tangannya meraih tangan Loey yang masih terus mengelus perutnya.
"Katakan pada Daddy bahwa Mommy sudah memaafkannya." Kini Rosie yang berbicara dengan perutnya sendiri.
Kemudian Rosie dan Loey saling bertatapan dan tersenyum. Dengan cepat Loey mengecup bibir plum istrinya membuat Rosie terkejut.
"Aku bisa saja berubah pikiran, Oppa." Nada bicara Rosie terdengar ketus lagi. Itu membuat Loey bergidik ngeri.
***
Wanita dengan tongkat itu terlihat sedang asik bercocok tanam dengan bibit-bibit bunga yang baru dibeli oleh Susternya kemarin. Suatu hobi yang menguntungkan bagi lingkungan tentunya.
"Dia benar-benar tidak menepati janjinya. Dia bahkan memblokir nomorku. Teganya lelaki itu." Celoteh Wendy masih sibuk dengan sekop di tangannya.
Yoona yang mendengar ucapan Wendy itu, rasanya sudah terlalu bosan.
"Kau sudah mengatakannya kemarin, Wendy-ah. Kenapa masih terus memikirkannya? Chanyeol sudah punya kehidupannya sendiri." Timpal Suster cantik itu.
Kalau bukan Loey yang memohon pada Yoona untuk merawat Wendy sampai sembuh, mungkin Yoona lebih baik melamar pekerjaan di Panti Jompo saja. Daripada setiap hari harus mendengar ocehan dari mulut Wendy yang terdengar seperti harapan kosong.
"Sudah 5 bulan aku tidak melihatnya lagi. Waktu di rumah sakit dia janji akan mengajariku jalan. Sampai sekarang aku bahkan masih menunggunya." Ucap Wendy lagi.
Yoona menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghelanya dengan perlahan.
"Sudah kukatakan Wendy-ah, dia sekarang memiliki kehidupannya dengan Rosé dan dia tidak pernah kemari karena dia menjaga perasaan istrinya. Lagipula sekarang kau sudah bisa berjalan walau masih dibantu dengan tongkat. Berterima kasihlah padaku!" Diam-diam Yoona juga menahan emosinya.
"Kenapa dunia seolah memojokkan diriku? Apa kesalahanku di masa lalu memang seburuk itu?" Mendengar hal itu terucap dari mulut Wendy, tiba-tiba saja hati Yoona merasa kasihan padanya. Lalu Suster itu mendekati Wendy.
"Semua orang memiliki dosa di masa lalu. Dan semuanya pun mendapatkan hukuman masing-masing. Baik itu di kehidupan kini atau pun kehidupan nanti." Yoona menatap Wendy lekat berharap wanita itu paham akan ucapannya.
"Begitulah ketetapan Tuhan dan hukum alam. Cobalah untuk realistis dan jangan terlalu terobsesi pada sesuatu yang bahkan tidak lagi untukmu." Kata Yoona lagi.
Yoona bisa melihat mata Wendy kini berkaca-kaca. Kemudian dia memalingkan wajahnya dari Suster cantik itu. Wanita itu tidak ingin terlihat lemah dihadapan Yoona hanya karena air matanya.
"Aku tidak terobsesi Unnie. Aku hanya memegang teguh milikku yang dulu pernah kusia-siakan. Pernahkah kau mendengar sebuah kalimat yang berbunyi 'Hasil tidak akan menghianati usaha'? Aku akan melakukan apapun untuk itu, bahkan jika harus berhadapan dengan istrinya." Ucap Wendy dengan penuh yakin dan percaya diri. Benar-benar tak tahu malu.
Yoona menggeleng dan terkekeh mendengar ucapan Wendy. Wanita itu seolah-olah sudah kehilangan akal sehatnya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal yang begitu risih didengar oleh orang yang waras pikirannya? Sepertinya seseorang harus membawanya ke rumah sakit jiwa.
"Kurasa, kau memang hobi sekali menentang takdir dan berangan-angan yang berlebihan. Ya! Ireona!" Celetuk Yoona dengan nada jengkel
Tiba-tiba tangan Wendy melayang ke arah wajah Yoona. Wanita itu berniat untuk menampar Susternya yang dia rasa selalu berkomentar menjatuhkan dirinya. Beruntung dengan sigap, Yoona berhasil menangkis pergelangan tangan Wendy. Kalau Yoona mau, dia bisa mematahkan tangan Wendy agar nasibnya sama seperti kakinya beberapa bulan lalu. Namun Yoona hanya meremasnya dengan tenaga yang masih dia tahan.
"Gerakanmu sangat lambat Nyonya Son!" Kata Yoona. Lalu Suster itu menghentakkan tangan Wendy dengan kasar.
"Aawww!!!" Wendy tampak kesakitan. Bekas jemari Yoona dapat terlihat di kulit putih pucat Wendy. Siapa suruh cari masalah?
Dengan tidak memedulikan Wendy, Yoona meninggalkan wanita itu di halaman rumah tersebut. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Wendy akan melakukan hal sekasar itu padanya. Selama ini Yoona optimis bahwa Wendy akan berubah menjadi wanita lebih baik. Tapi ternyata dugaannya salah besar.
***
Aku memutuskan untuk berhenti merawatnya sekarang juga. Jika kau tidak ingin membayar gajiku, itu tidak masalah.
Loey mengernyitkan keningnya ketika membaca pesan dari Suster Yoona yang baru saja diterimanya. Suami Rosie itu penasaran kenapa Yoona tiba-tiba mengirimkannya pesan seperti itu.
"Nugu?" Tanya Rosie sambil memakan makan siangnya. Sebenarnya ini makan siangnya yang kedua.
"Yoona Noona." Jawab Loey.
"Lalu kenapa wajahmu menjadi agak murung, Oppa?" Tanya Rosie penasaran.
"Dia memutuskan untuk berhenti merawat Wendy."
Nama itu lagi. Bahkan di luar Korea saja, nama wanita itu masih terus mengganggu pendengaran Rosie.
"Kenapa? Dia tidak tahan pada Wendy yang terus memintanya untuk menghubungimu agar kau mau menemui man-tan istrimu lagi?" Celetuk Rosie dengan kalimat sarkasnya yang menekankan kata 'mantan'. Bisa dilihat ada gurat kesal sekaligus cemburu di wajah Rosie.
Istri Loey itu menjauhkan makanannya yang belum habis.
"Aku sudah kenyang." Bukan, bukan itu kalimat yang ingin diucapkan Rosie. Karena sebenarnya dia kehilangan selera makannya.
Tentu saja, nama mantan istri Loey itu selalu membawa dampak negatif tersendiri bagi Rosie. Dan Loey sudah pasti mengetahuinya. Namun pria itu memilih diam daripada nanti salah bicara lagi.
Loey menempelkan ponsel itu di telinganya. Dia mencoba menghubungi Yoona.
"Yeoboseyo?" Ucap Yoona. Loey menekan tombol loudspeaker agar tidak terjadi kesalah pahaman dengan istrinya. Jadi Rosie bisa mendengar sendiri apa yang akan Loey dan Yoona bicarakan.
"Ne, Noona. Apa maksud dari pesanmu itu? Apa yang terjadi?" Tanya Loey yang sangat penasaran.
"Dia sudah gila. Aku tidak bisa merawat orang yang tidak waras. Karena aku tidak memiliki keahlian seperti itu."
Loey dan Rosie justeru saling bertatapan. Keduanya tidak bisa memahami ucapan Yoona.
"Noona, kumohon katakan yang jelas. Aku masih tidak bisa memahami maksudmu." Kata Loey tegas.
Lalu Yoona memberikan penjelasan tentang kejadian yang dialaminya saat bersama Wendy tadi. Suster itu benar-benar tidak bisa terima atas perlakuan Wendy yang menurutnya sangat kurang ajar. Loey dan Rosie mendengarkan dengan seksama. Rosie bahkan tidak habis pikir dengan sifat asli Wendy yang belum pernah dia tahu sebelumnya.
"Kumohon jangan berhenti dulu Noona. Sampai aku mendapat penggantimu. Bantulah dia dulu, demi aku."
Mendengar penuturan Loey yang tampak berharap sekali, Rosie mendelik. Baginya, Loey terdengar seperti menyimpan perasaan khawatir pada Wendy.
"Dia tidak membutuhkan orang untuk merawatnya lagi. Dia sudah bisa berjalan walau masih dibantu dengan tongkat. Kau tidak perlu mengkhawatirkannya Chanyeol-ssi! Soal bertahan hidup, dia lebih hebat dari yang kau ketahui. Aku tetap pada keputusanku. Maaf tidak bisa memenuhi permintaanmu lagi."
Tuuut....
Sambungan telepon itu diputus sepihak oleh Yoona. Sepertinya Suster itu merasa sangat tersinggung dan kesal dengan perlakuan Wendy. Loey tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Yoona sudah kukuh dengan keputusannya. Tidak ada tawar menawar lagi.
"Kenapa kau tampak gusar, Oppa? Kau khawatir padanya?" Tanya Rosie dengan nada bicara agak sinis.
"Tidak." Jawab Loey singkat.
"Geojitmal hajima!" Kata Rosie menyentak. Istrinya itu mudah sekali meledak.
Oke, Loey harus ingat bahwa Rosie tengah dalam masa-masa sensitif karena perubahan hormonnya.
"Sayang, aku tidak berbohong. Aku hanya merasa tidak enak pada Yoona Noona karena Wendy telah memperlakukannya demikian." Jawab Loey dengan lembut berharap Rosie dapat memahaminya.
"Kenapa harus dirimu yang merasa tidak enak? Yang berlaku kasar pada Suster itu adalah Wendy, Oppa! Jangan merasa seperti itu! Kau tidak melakukan kesalahan apapun!" Sepertinya Rosie salah mengartikan jawaban Loey. Istrinya itu terus saja kesal.
Tidak ada cara lain. Jika Loey terus menjawab kata-kata Rosie, bisa saja istrinya itu akan salah paham lebih jauh. Jadi Loey hanya tersenyum melihat Rosie yang sedang jengkel.
"Kenapa kau tersenyum dan menatapku begitu, Oppa? Aku sedang marah padamu!" Walau kesal, Loey bisa melihat Rosie tampak tersipu ditatap lekat olehnya.
"Kau terlihat lebih seksi saat sedang marah." Ucap Loey masih setia dengan senyumnya.
Rosie langsung memalingkan wajahnya. Ucapan Loey membuat Rosie memerah. Produser NNG itu pun menyadarinya. Menyenangkan sekali menggoda Rosie dengan cara seperti ini.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Rosie melipat kedua lengannya di dada.
Loey masih terus tersenyum.
"Apakah dia yang membuatmu tampak seksi dan lebih keluar auranya? Kurasa jawabannya iya." Pria itu menunjuk ke arah perut Rosie dengan dagunya.
"Kita sedang membahas Wendy, Oppa!"
"Untuk apa membahasnya? Saat ini aku lebih suka membahas betapa cantik dan seksinya istriku."
Oke, itu membuat Rosie tidak bisa menahan senyumnya. Istri mana yang tidak merasa senang ketika suaminya menyanjung dirinya.
"Lupakan soal Wendy! Aku tidak pernah suka membahas tentangnya." Titah Loey pada Rosie.
"Kau yang membahasnya lebih dulu." Tutur Rosie.
"Lalu kenapa kau meneruskannya?"
Huweekkk....
Tiba-tiba perut Rosie terasa mual. Loey langsung diam namun tetap siaga takut-takut Rosie benar akan muntah di meja makan. Istrinya itu mengatupkan mulutnya dengan sebelah tangannya. Dan tangan yang lain memegangi perutnya.
"Lihatlah! Anakmu saja tidak suka jika mendengar namanya! Jadi berhenti menyebut nama jelek itu!" Pekik Rosie. Apakah itu merupakan alibinya? Dan kenapa Rosie jadi berkata se-savage itu? Sungguh ini di luar dugaan Loey.
"I-iya... Maafkan aku kalau begitu." Ujar Loey terbata, merasa bersalah.
Rosie tampak kesal dan dia langsung saja pergi meninggalkan Loey kemudian keluar menuju teras kamar.
"Sudah menghilangkan nafsu makanku. Sekarang juga membuat perutku terasa mual!" Gerutu Rosie sambil duduk di ayunan.
Loey bisa mendengar celotehan istrinya itu. Pria bertato itu berdiri di dekat pintu kaca. Memperhatikan Rosie yang tengah memasang wajah mode kesal. Istrinya itu tidak pernah marah dan kesal sesering ini ketika belum hamil. Entah sampai kapan mood Rosie akan naik turun seperti ini. Mulai sekarang Loey harus berhati-hati saat bicara dengan Rosie agar tidak mudah menyinggung perasaannya.
Melihat Loey yang menghampirinya, Rosie justeru melempar pandangan ke arah lain. Pokoknya dia tidak ingin melihat wajah Loey.
Kini Loey berdiri tepat di hadapan Rosie. Namun wanita itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya.
Ck...
Loey berdecak.
"Kenapa kau berdecak? Kau kesal padaku?"
Astaga, seharusnya Loey yang menanyakan itu pada Rosie. Kenapa semakin hari Rosie semakin mengerikan? Benar-benar mudah tersinggung. Sensitif. Disenggol sedikit pecah. Begitu kalau kata orang-orang. Menyebalkan.
Sebagai suami yang pengertian, Loey memaklumi hal itu. Mau tidak mau, Loey harus berorientasi dengan mood Rosie yang seringkali berubah-ubah.
"Kau tidak mau memaafkanku?" Tanya Loey dengan suara beratnya.
Rosie diam. Bahkan masih tidak ingin menoleh ke arah Loey.
Suaminya itu menghela nafas berat.
"Aku merindukan Roseanne-ku yang jarang marah-marah." Tukas Loey. Berharap kali ini Rosie mau meresponnya. Namun tetap saja istrinya itu sibuk melihat pemandangan lain.
Akhirnya Loey merunduk. Mencuri kecupan di pipi istrinya.
"Ya! Oppa tidak sopan!" Pekik Rosie. Memandang Loey dengan sorot mata yang super sinis.
"Bagian mana yang tidak sopan?" Tanya Loey pura-pura tidak mengerti.
"Mengecup pipiku tanpa izin." Jawab Rosie dengan sengit.
"Oh maksudmu seperti ini?" Loey kembali menghujani pipi Rosie dengan kecupan-kecupannya.
"Yaaakk!! Air liurmu membasahi pipiku! Eewwwhh!" Rosie langsung menarik kaos yang sedang dikenakan Loey untuk membersihkan liur pria itu dari pipinya.
Loey tidak bisa menahan tawanya. Rosie marah ditambah mengoceh padanya itu tidak masalah. Asal tidak mendiaminya dan mendadak bisu seribu bahasa. Itu akan membuat Loey merasa diasingkan dari dunia untuk satu abad lamanya. Apa itu terdengar berlebihan?
"Huwaaaaa..... Eomma...Appa..." Tiba-tiba Rosie menangis dengan keras.
Sungguh itu juga di luar dugaan Loey. Pria itu tidak bermaksud membuat Rosie menangis. Apakah Rosie menangis karena ditertawai olehnya atau karena hal lain?
Astaga, apa mungkin semua suami yang memiliki istri hamil mengalami hal yang sama seperti Loey?
"Hey, Sayang... Ssst... Jangan menangis. Aku sungguh minta maaf. Astaga..." Loey benar-benar panik dan merasa bersalah.
Pria itu menghapus air mata istrinya. Namun Rosie masih tidak berhenti menangis.
"Roseanne, kumohon berhentilah menangis. Apa kau tidak malu di dengar olehnya?" Kata Loey lagi mengusap perut istrinya. Dan itu sukses membuat Rosie merasakan geli. Karena tangan besar suaminya itu langsung menyentuh perutnya yang polos tanpa dibalut bahan.
Mendadak Rosie terdiam ketika Loey bilang seperti itu. Memangnya janin berusia 5 minggu sudah bisa mendengar? Itu pasti hanya akal-akalan Loey untuk membuat istrinya berhenti menangis.
Loey terus mengelus lembut perut istrinya. Entah mengapa Rosie seperti merasakan ketenangan saat tangan besar suaminya menyatu dengan perutnya yang masih rata.
"Sepertinya anak Daddy ini penurut sekali." Celetuk Loey dengan nada bicara yang menghangatkan pendengaran Rosie.
Cup...
Rosie berjengit. Loey baru saja mencium perutnya. Percayalah, Loey adalah tipe suami idaman para kaum hawa dari dalam maupun luar Korea.
Perut Rosie itu masih sangat rata. Usia kandungannya saja baru 5 minggu. Tapi lihatlah wajah Loey yang selalu tampak bahagia ketika tangannya mengelus perut istrinya. Tentu saja, di dalam sana ada calon buah hati mereka. Bagi Loey sendiri, dia sangat bersyukur karena Tuhan memberikan calon keturunan untuknya lagi. Yang berasal dari rahim wanita yang sangat dia sayangi sekarang.
"Kau tidak boleh sering-sering membuat Mommy-mu marah, Aegi." Loey berbicara dengan perut istrinya.
Demi Kota Honolulu, kenapa pemandangan di depan Rosie ini sangat menggemaskan sekali? Apalagi saat pria itu memberikan sebutan Aegi pada calon bayi mereka.
Tangan Rosie terulur membelai rambut Loey.
Loey mendongak ke arah Rosie lalu pria itu tersenyum.
"Wae?" Tanya Loey dengan wajah bersahabat.
"Aniya. Aku hanya senang melihat kau berbicara dengannya walaupun dia belum bisa mendengar ucapan di sekitarnya." Jawab Rosie dengan jujur.
"Aku akan selalu mengajaknya bicara setiap hari. Tidak peduli walau dia belum bisa mendengar." Ujar Loey penuh yakin.
"Bukan begitu, Aegi?"
Cup...
Satu kecupan lagi dari pria bertato itu mendarat di perut Rosie.
***
Hey! Katakan bukan hanya aku yang senang dengan chapter ini!😩
Hayuu tinggal tunggu bagaimana si little Park berulah di dalam sana💃