Follow dulu🗡️
Klik bintangnya takut lupa
***
Sekarang hari sudah mulai siang dan mentaripun bertengger cantik dengan indah cahayanya di bagian ufuk timur.
Tak terasa beberapa bulan pun terlewati, dan sebentar lagi Nisa akan menggapai kelulusannya.
Selama setengah tahun di sini, Nisa sedikit mengalami perubahan, salah satunya sudah terbiasa bangun subuh dan melaksanakan sholat tahajud yang dulu tidak pernah Nisa tunaikan. Dan untuk memakai kerudung gadis itu masih belum nyaman dan kadang langsung melepaskannya di saat waktu luang.
Kini seluruh santriwati tengah melakukan kegiatan rutinnya yakni berolahraga, tapi untuk sekarang mereka memilih senam karna tepat hari ini akan ada kegiatan tausyah yang berlangsung nanti malam, jadi banyak keperluan yang harus di siapkan oleh bu Ustadzah, para guru, tentunya juga dengan santriwati terpilih yang akan membantu bu Ustadzah menyiapkan semuanya.
Senam pun di pimpin oleh bu Maria, kini kehebohan terjadi karna bu Maria terjun dari atas mimbar.
Semuanya terkejut dengan musibah itu, mereka semua dengan sigap langsung menolong bu Maria yang kini tengah mencoba untuk berdiri.
Semuanya berkerumun untuk membantu beliau ada juga yang cuma ingin melihatnya.
"Ya Allah bu, ibu gak kenapa-napa kan?" ujar Gita salah satu santriwati yang cerdas di sini.
"Tidak apa-apa, tadi ibu terledor sampe terpeleset dan berakibat jatuh seperti ini"
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Sebaiknya ibu istirahat saja, untuk senam biar saya yang mengkondisikannya bu" tawar Gita dengan lembut.
Nisa, gadis yang tengah terduduk seorang diri dengan kedua kakinya yang berselonjor di tengah lapangan dan menatap semua kerumunan itu pun kini bangkit dan menghampiri bu Maria.
"Udah gue aja yang pimpin senam, kalian semua baris lagi kayak tadi. Dan untuk ibu mending istirahat aja. Jangan banyak gerak, lagian tadi ibu heboh banget senamnya" oceh Nisa yang membuat semua orang melongo termasuk bu Maria.
"Iya saya tidak hati-hati, dan untuk pemimpin senamnya tidak apa-apa Gita saja" ujar bu Maria dengan lembut.
"Saya itu orangnya baik hati dan tidak sombong, jadi saya menawarkan diri untuk menggantikan ibu. Dan tidak ada maksud lain yang terselip dalam benak saya"
Kini semua orang ngeri, apa yang akan di lakukan gadis itu jika ia yang memimpinnya?
Ya. Semua orang sudah mengenal Nisa, bagaimana tidak? Bukan sekali saja pesantren di buat heboh karna tingkah ajaib itu, bahkan sudah beberapa kali.
Makanya mereka sedikit curiga dengan kebaikan Nisa kali ini, mereka hanya seorang murid dan bu Ustadzah saja yang mempunyai pesantren di kerjai oleh Nisa, terus bagaimana dengan mereka?
Bu Maria tersenyum "Yasudah saya percaya, saya titip semua santriwati sama kamu dan ingat jangan aneh-aneh ya?" pesan bu Maria sebelum melangkah yang di bantu oleh Gita.
Nisa tersenyum "Iya bu, udah jangan mikirin kita. Kitanya aja gak mikirin kok" ujar Nisa sedikit keras
Dan tatapan Nisa pun beralih melihat semua santriwati "Kalian kembali lagi ke tempat, gue mau ganti lagunya"
Dengan ragu mereka menuruti perintah Nisa, karna mau bagaimana lagi? Sekarang tanggungjawab bu Maria sudah di alihkan pada Nisa jadi mereka harus menurutinya bukan?
Nisa tengah sibuk memilih lagu apa yang pas buat senam.
Ia melihat satu lagu dan sebelum memilihnya, Nisa melihat semua orang terlebih dahulu ternyata mereka sudah rapi di tempatnya masing-masing.
Ia pun mengkliknya dan langsung tergesa naik ke atas mimbar.
"Siap?" ujar Nisa cukup keras
"Siaaaap"
"Ikutin gue ya?"
"Iyaaa"
Sambala, sambala, bala sambalado
Terasa pedas, terasa panas
Sambala, sambala, bala sambalado
Mulut bergetar, lidah bergoyang
Mereka menyernyit, kok lagunya sambalado?
"Ikutin gueeee" tutur Nisa seraya memutar-mutarkan tangannya di atas kepala.
Mereka kembali menyernyit, senam seperti apa ini?
"Woiiii lo dengerin gue kagak sih? Ikutin gue. Ini tuh buat bikin lentur pergelangan tangannya biar gak kaku"
Terpaksa mereka semua menuruti lagi perintah Nisa.
Cintamu seperti sambalado ah ah
"Ah ah" Nisa mengikuti irama lagunya
"Guuuys ikutin Ah ah nya biar badan kalian ikutan berirama"
Gila!
Rasanya cuma di mulut saja ah ah
"Ah ah" mereka mengikuti apa yang Nisa ucapkan.
Janjimu seperti sambalado ah ah
"Ah Ah"
Enaknya cuma di lidah saja
O-o-o-ho ...
"Sekarang taro tangan kalian di pinggang, terus pinggulnya maju mundur"
Mereka meletakan tangannya pada pinggang seperti apa yang Nisa katakan
Colak-colek sambalado alamak oi
Dicolek sedikit, cuma sedikit
Tetapi menggigit
Ujung-ujungnya bikin sakit hati
Ho-ho-ho ...
Ujung-ujungnya sakit hati
Mereka memaju mundurkan pinggangnya dan mereka tak tau ini gerakan apa, karna tidak ada senam dengan gerakan seperti ini.
Ternyata benar apa yang mereka takutkan kini terjadi, semua pergerakan Nisa bukan merujuk pada senam melainkan pergerakan di luar senam.
Sedangakn Nisa, gadis itu tengah asik berjoged ria sendiri dan semua orang yang melihatnya pun mengikuti gerakan Nisa yang sangat bar-bar itu.
Akhirnya mereka pusing dan membiarkan Nisa berjoged sendirian.
Lagu pun berakhir, Nisa kembali melihat semua orang yang terdiam.
"Untuk penutupan, tarik nafas dalam-dalam"
Mereka pun menarik nafasnya
"Dan buang lewat pantat"
Tidak! Mereka malu kalau harus melakukan itu, Karna hal itu sangat tidak sopan.
"Buang woiii" ujar Nisa dan mendapati gelengan dari semua orang.
"Ck! Payah"
"Yaudah, tarik nafasnya lagi dalam-dalam"
Mereka pun menarik nafasnya lagi
"Tunggu, sampe gue bilang buang. Sekarang gue mau ke toilet dulu. Tahan ya tahan" ujar Nisa dan langsung berlari karna gadis itu ingin segera membuang hajatnya.
Sedangkan mereka semua berpikir, apakah mereka akan mati masal hari ini?
______
"Kamu kapan lanjut kerjanya lagi?" tanya umi dengan lembut
"Insya Allah besok malam Isal berangkat"
Kini Isal tengah bercengkrama dengan kedua orang tuanya setelah membantu abinya, mengabari pak Ustadz Ahmad Zaenudin untuk mengundangnya mengisi acara tausyah yang akan di adakan nanti malam setelah shalat isya.
Kali ini Abinya ingin berbeda, oleh karna itu beliau mengundang Ustadz/Utadzah untuk mengisi tausyahnya karna jika hari minggu biasanya akan di isi oleh para pengajar disini saja, makanya banyak persiapan yang harus siapkan.
"Ternyata salah satu hikmah di balik Nisa yang sempat koma itu, kamu bisa berlama-lama disini bantuin abi sama umi"
"Meskipun Isal di Jakarta, tapi kalo abi sama umi butuh bantuan Isal. Insya Allah Isal siap abi, umi"
"Iya sayang. Terimakasih sudah menjadi anak yang berbakti"
"Alhamdulillah"
"Isal, habis ini bantu abi cek semua proposal perwakafan ya? Karna ada seseorang yang mempunyai kedermawanan luar biasa, dan beliau ingin mewakafkan tanahnya untuk pesantren"
"Masya Allah, baik abi" Isal terkagum sampai binar matanya pun menyorot dengan terang.
______
Malam pun tiba, kini semua orang tengah bersiap-siap untuk mengikuti kegiatan tausyah dari Ustadzah Zainab yang sengaja di undang langsung oleh pak Kiai. Dan untuk waktunya sangat singkat, yaitu hanya satu jam saja.
Tikar sudah membentang di lapangan, semua santriwati kini mulai mengambil tempat duduknya. Nisa, ntah ada keajaiban apa gadis itu ingin duduk paling depan bahkan berhadapan dengan bu Ustadzah yang akan mengisi tausyahnya.
Dini, Sari, Kia. Mereka juga di buat heran dan masih menatap Nisa dengan tatapan bertanya-tanya. Pasalnya Nisa akan dengan ogah menolak ajakan mereka untuk duduk di depan dan sekarang.....? Bahkan gadis itu sendiri yang memintanya.
"Gue wanti-wanti aja kalo semisalnya bu Ustadzah jatoh lagi dari kursi kek tadi siang bu Maria, gue bakal dengan senang hati lanjutin lagi tausyahnya" ujar Nisa yang sontak membuat mereka semua terkejut dengan bola matanya yang seakan meloncat.
Mereka takut apa yang akan Nisa lakukan jika benar-benar bu Ustadzah terjatuh dari kursi, dan tausyahnya seperti apa yang akan Nisa sampaikan.
Jika seperti ini mereka menyesal telah menuruti Nisa untuk duduk di barisan depan.
Dengan gugup Kia berujar "I-Insya Allah tidak"
"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh" lantas ke tiga gadis itu terkejut dan langsung menjawab salam bu Zainab yang sudah terduduk manis di depannya.
"Waalaikumsallam Warahmatullahi Wabarakatuh"
"Para ukhti bagaimana kabarnya?" sapa bu Zainab dengan riang terlebih dahulu.
"Alhamdulillah baik"
"Alhamdulillah"
"Sebelum kita mulai, mari lantunkan sholawat terlebih dahulu"
Suasana terasa sejuk dengan di iringi lantunan sholawat untuk manusia paling sempurna yang di utus untuk memberikan rahmat pada seluruh mahkluk di dunia, yakni Nabi besar Muhammad SAW.
"Alhamdulillah, kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga kita masih bisa bertatap muka di satu langit yang sama, serta sholawat dan salam semoga tercurahkan pada sang suri tauladan Rasulullah SAW dan para keluarganya"
Bu Zainab pun tersenyum dan berhenti sejenak.
"Ada yang tau siapa saja cucu Rasulullah?" bu Zainab mengedarkan pandangannya dan mereka pun serentak berujar
"Tauuuu"
"Siapa saja?"
"1. Ali bin Abi Al Ash
2. Abdullah bin Ustman bin Affan
3. Usamah bin Zaid bin Haritsah
4. Umamah binti Abi Al Ash
5. Hasan bin Ali
6 Husain bin Ali ,
7. Zaynab binti Ali
8. Ummu Kultsum binti Ali ."
"Alhamdulillah pada tau semuanya" senang bu Zainab seraya bibirnya terus membentuk lekukan sabit.
"Sekarang ibu mau menyampaikan sedikit kisah dari salah satu cucu Baginda, yakni Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein"
"Putra dari siapakah beliau?" bu Zainab pun kembali bertanya
"Sayyidina Ali bin Abi thalib dan putri bungsu Rasulullah yaitu Sayyidah Fatimah Al-Zahra" jawab Nisa dengan lantang yang membuat semua orang terkejut.
Ya, meskipun itu pertanyaan yang sangat mudah, tapi mereka terkejut jika Nisa yang menjawabnya.
"Subhanallah jawabannya betul" ujar bu Zainab.
"Rasulullah yang memiliki sifat terpuji dan akhlaq Al-quran, sangat menyayangi dan mengasihi anak kecil. Terbukti dengan bagaimana cara Rasul menyayangi Sayyidina Hasan dan Husein dengan penuh cinta dan kesabaran"
Bu Zainab pun memulai tausyahnya yang membuat semua orang terfokus pada apa saja yang di ucapkannya.
"Sayyidina Hasan dan Husein merupakan cucu-cucu Rasulullah. Sama seperti menyayangi anak-anak kandungnya, rasa sayang Baginda Rasul kepada kedua cucunya ini sama besarnya. Atas kelahiran Sayyidina Hasan dan Husein, Rasulullah SAW sangat gembira. Ia tak henti-hentinya mengucap syukur ke hadirat Allah SWT atas karunia yang begitu besar dan mengagumkan tersebut"
Nisa, ntah ada angin apa? Malam ini ia tidak merasa ngantuk sedikitpun, matanya sangat terjaga dan pendengarannya pun terfokus pada setiap kata demi kata yang bu Ustadzah Zainab sampaikan.
"Sayyidina Hasan, cucu Rasul yang tampan dan dermawan sejak kecil sangat mirip dengan Rasulullah SAW. Wajahnya yang tampan, senyumnya yang ramah dan menawan ditambahkan pembawaannya yang tenang menjadikan ia sangat mirip dengan baginda"
"Suatu ketika Rasulullah bersabda di hadapan Hasan, "Engkau menyerupai aku baik tentang bentuk rupamu maupun tentang akhlakmu." Tak hanya Rasulullah yang mengatakan bahwa Hasan sangat mirip dengannya, sang ayah yakni Ali bin Abi Thalib juga mengatakan bahwa putranya tersebut sangat mirip dengan baginda Rasul. Sayyidina Ali berkata, "Hasan menyerupai Rasulullah dari dada sampai kepala. Tetapi Hussein menyerupai Rasulullah di bagian-bagian lainnya, dari dada sampai ke bawah" dan seperti apa yang di katakan, bahwa Sayyidina Husein menyerupai Rasulullah dari dada sampai ke bawah"
Pandangan bu Ustadzah Zainab menyapu seluruh Santriwati yang berkumpul di hadapannya dan kembali melanjutkan perkataannya.
"Karena rasa cinta beliau yang amat besar terhadap cucu-cucunya. Rasulullah akan selalu mengecup Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein jika mereka bertemu. Sedangkan orang-orang yang melihatnya pun terasa aneh dengan sikap sang Nabi yang selalu memperlakukan keluarganya dengan manis"
"Perlu di ketahui, pada zaman itu tidak ada seorang pun yang memperlakukan keluarganya dengan manis dan terang-terangan seperti Rasulullah memperlakukan keluarganya. Nabi Muhammad SAW kerap mencium cucunya, Hasan. ketika hal itu disaksikan oleh al-Aqra' bin Haabis at-Tamimy, dia langsung berkomentar, "Aku memiliki sepuluh anak. Tak satupun yang pernah kucium." Rasulullah lantas mengalihkan pandangannya kepada Aqra', lalu berkata, "Orang yang tidak mengasihi tidak dikasihi." (HR Bukhari)."
Bu Zainab pun terdiam sejenak
"Dan pada suatu hari Husain kecil datang menemui ibunya, Sayyidah Fatimah. sambil menangis ia berkata, “Kakek lebih mencintai kakakku Hasan”. Sayyidah Fatimah menjawab, “mengapa engkau berbicara seperti itu wahai anakku”. Husain mengutarakan sebab kecemburuannya, “kakek sering mencium hasan dibibirnya sedangkan aku, kakek hanya mencium di leherku”. Kemudian Sayyidah Fatimah pun membawa Husein kepada Ayahnya dan menceritakan kecemburuan putranya Husein"
Sebelum kembali melanjutkan tausyahnya, bu Zainab bertanya terlebih dahulu.
"Apa kalian tau kenapa Rasulullah tidak mencium Husein di bibirnya?"
"Hmm... Mungkin karna Husein jarang gosok gigi kali bu, makanya Rasulullah cuma cium di lehernya"
Jawab Nisa dengan cepat, karna gadis itu duduk tepat di hadapan bu Zainab, maka dengan lantas bu Zainab langsung melihatnya.
Semua orang menggelengkan kepalanya bingung, dari mana Nisa bisa menjawab seperti itu? Dan bu Ustadzah sendiri tentunya terkejut mendengar jawaban dari seorang gadis yang kini menatapnya seakan tidak terjadi apa-apa.
"Bukan. Jawaban kamu sangat jauh dari perkiraan dan pernyataannya. Tapi, saya senang jika ada yang menjawab pertanyaan saya. Terimaksih" ujar bu Zainab tersenyum manis
"Sama-sama bu" jawab Nisa yang membuat bu Zainab menganggukan kepalanya.
"Iya. Sekarang mari kita lanjutkan kembali. Setelah Sayyidah Fatimah menceritakan semua persoalannya. Rasulullah SAW menatap tajam dan lama, lalu bersabda “Anakku Fatimah, Hasan selalu aku kecup dibibirnya, karena dia akan mati diracuni oleh orang terdekatnya, dan seluruh isi perutnya akan keluar lewat mulutnya. Sedangkan engkau …..” Rasul SAW menatap Husain lama sekali, beliau tidak bisa meneruskan ucapannya, dan langsung tak sadarkan diri beberapa saat."
Ustadzah Zainab pun sedikit menghembuskan nafasnya, dadanya begitu sesak jika menceritakan kehidupan sang Rasul apalagi kisah yang membuat Rasul menangis seperti ini.
"Setelah siuman beliau kembali menatap tajam sambil terus menangis dan berguncang dadanya, lantas berkata, “sedangkan engkau, Husain, sering aku cium di lehermu karena engkau akan syahid dengan leher terputus” dan rumah mungil penuh cahaya surgawi itupun pecah oleh tangisan Rasulullah dan keluarganya yang mengguncangkan alam semesta"
Sekarang bu Ustadzah Zainab dan seluruh Santriwati tidak bisa lagi menahan sesak di dadanya, air mata terus terjun hingga membasahi pipi bahkan kerudungnya.
Mereka tidak tau, apa yang akan mereka lakukan jika berada di posisi sang Rasul, kesedihan demi kesedihan terus Rasul alami bahkan kehidupan Rasulullah di penuhi oleh kesedihan. Tapi dari itu semua, surga yang telah Allah janjikan dan kedudukan yang paling tinggi lagi mulia.
Nisa, seakan terbawa alur cerita. Gadis itu ikut menitikan air matanya, meskipun ia nakal tapi semua keluarganya sangat mencintai Rasulullah termasuk dirinya.
Hati Nisa akan lemah jika sudah mengingat Rasulullah. Ia juga amat merindukan beliau.
Allahuma sholi ala Sayyidina Muhammad.
Bu Ustadzah Zainab menyeka air matanya dan kembali melanjutkan tausyahnya.
"Kematian Sayyidina Hasan bermula karna perebutan Khalifah pada masa itu setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib Ayahnya. Sayyidina Hasan di tunjuk sebagai Khalifah oleh Sayyidina Ali sebelum kewafatannya, ketika itu umat muslim berbaiat pada Sayyidina Hasan sebagai Khalifah."
"Namun, kedudukan Sayyidina Hasan mengancam posisi Muawiyah yang selama Sayyidina Ali menjabat kerap berseberangan. Hal ini terkait dengan kasus pembunuhan Sayyidina Ustman bin Affan yang tak kunjung usai"
"Muawiyah memerangi Sayyidina Hasan dengan pasukannya. Tapi dengan kebijaksanaan Sayyidina Hasan, beliau memberikan kedudukan itu karna tidak ingin umat muslim terpecah belah"
Sungguh sifatnya yang sangat mulia seperti Rasulullah.
"Muawiyah pun kemudian menjabat sebagai khalifah. Dia pun berencana mewariskan kekuasaannya kepada anaknya, Yazid bin Muawiyah. Namun, dia menganggap Hasan menjadi halangan terlaksananya rencananya itu.
Secara rahasia, Muawiyah melakukan kontak dengan orang terdekat Sayyidina Hasan untuk membubuhkan racun pada madu yang akan di makan Sayyidina Hasan. Dan na'as, Sayyidina Hasan pun meninggal dengan semua isi perutnya yang keluar melalui mulutnya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"
Bu Zainab menghembus kembali nafasnya dengan pelan dan pandangannya menyapu semua sisi.
"Dan kematian Sayyidina Husein pun sama, yaitu masih memperebutkan kedudukan seorang Khalifah"
Semua orang menunggu kelanjutan dari bu Zainab yang kembali terhenti.
"Pada saat itu, penduduk Kufa yang dijadikan pusat pemerintahan merasa kecewa atas kepemimpinan Yazid dan mengirimkan surat permintaan kepada Sayyidina Husein untuk pergi ke Kufa menggantikan Yazid sebagai khalifah.
Mendengar hal tersebut, Muawiyah geram. Hal inilah terjadinya perang saudara dan pembantaian Sayyidina Husein dan pengikutnya di Karbala.
Pada hari ke-10 bulan Muharram 61 Hijriah saat selesai menunaikan shalat subuh, Sayyidina Husein bergegas keluar tenda dan menaiki kuda kesayangannya. Kemudian, beliau berpidato kepada kaumnya."
“Lihat nasabku. Pandangilah siapa aku ini. Lantas lihatlah siapa diri kalian. Perhatikan apakah halal bagi kalian untuk membunuhku dan menciderai kehormatanku?
“Bukankah aku ini putra dari anak perempuan Nabimu? Bukankah aku ini anak dari washi dan keponakan Nabimu, yang pertama kali beriman kepada ajaran Nabimu?
“Bukankah Hamzah, pemuka para syuhada, adalah Pamanku? Bukankah Ja’far, yang akan terbang dengan dua sayap di surga, itu Pamanku?
“Tidakkah kalian mendengar kalimat yang viral di antara kalian bahwa Rasulullah berkata tentang saudaraku dan aku: “keduanya adalah pemuka dari pemuda ahli surga”?
“Jika kalian percaya dengan apa yang aku sampaikan, dan sungguh itu benar karena aku tak pernah berdusta. Tapi jika kalian tidak mempercayaiku, maka tanyalah Jabir bin Abdullah al-Anshari, Abu Sa’id al-Khudri, Sahl bin Sa’d, Zaid bin Arqam dan Anas bin Malik, yang akan memberitahu kalian bahwa mereka pun mendengar apa yang Nabi sampaikan mengenai kedudukan saudaraku dan aku.
“Tidakkah ini cukup menghalangi kalian untuk menumpahkan darahku?”
"Mereka yang telah terkunci hatinya memukul kepala Sayyidina Husein dengan pedang hingga berdarah. Lantas Sayyidina Husein membalut luka di kepalanya dengan merobek kain jubahnya. Dan dengan cepat balutan kain terlihat penuh dengan darah beliau. Ada yang kemudian melepaskan panah dan mengenai leher Sayyidina Husein. Namun beliau masih hidup sambil memegangi lehernya menuju ke arah sungai karena kehausan. Shamir bin Dzil Jawsan memerintahkan pasukannya menyerbu Sayyidina Husein. Mereka menyerang dari segala penjuru. Mereka tak memberinya kesempatan untuk minum."
"Ibn Katsir menulis: “Yang membunuh Husein dengan tombak adalah Sinan bin Anas bin Amr Nakhai, dan kemudian dia menggorok leher Husein dan menyerahkan kepala Husein kepada Khawali bin Yazid.” (Al-Bidayah, 8/204).
Anas melaporkan bahwa ketika kepala Sayyidina Husein yang dipenggal itu dibawa ke Ubaidullah bin Ziyad, yang kemudian memainkan ujung tongkatnya dan menyentuh mulut serta hidung Sayyidina Husein, Anas berkata: "Demi Allah! sungguh aku pernah melihat Rasulullah mencium tempat engkau memainkan tongkatmu ke wajah Husein ini"."
Sebagian orang membekap mulutnya dengan telapak tangan dan ada juga yang sudah menangis sesenggukan, kenapa mereka tega sekali melakukan perbuatan keji dan biadab itu? Apalagi itu cucu dari Rasulullah, yang akan menjadi pemimpin pemuda di surga.
"Begitulah dahsyatnya pertarungan kekuasaan di masa khilafah dulu. Mereka tidak segan membunuh cucu Nabi demi kursi khalifah. Apa mereka sangka Rasulullah tidak akan tahu peristiwa ini? Lantas apakah mereka yang telah membunuh Sayidina Husein kelak masih berharap mendapat syafaat dari Rasulullah di padang mahsyar?"
Bu Zainab kembali menitikan air matanya, beliau bertanya dengan lirih.
Dan semua orang tidak sanggup untuk sekedar mengeluarkan suaranya, mereka hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Jangankan memberi syafa'at, melihatnya saja Rasulullah enggan. Mereka telah membunuh orang-orang yang sangat Rasulullah cintai, dan itu hanya karena sifat serakah dari kedudukan di kursi khilafah"
"Astagfirullah hal adzim"
"Bukan kedudukan yang bisa membangun sebuah kebaikan, namun kebijaksanaan lah yang bisa membangunnya. Presiden sekalipun jika tidak mempunyai sifat kebijaksanaan dan tanggung jawab, maka satu negara itu akan hancur"
"Dan janganlah kalian mempunyai sifat serakah yang bisa merugikan semua orang"
"Ingat! Kedudukan bukan inti dari sebuah organisasi. Maka kalian jangan sampai memperebutkannya apalagi mengambil hak dari orang yang tepat!"
"Karna sekarang waktunya sudah hampir selesai" ujar bu Zainab seraya melihat jam tangannya "Mungkin cukup sekian tausyah dari ibu malam ini."
"Semoga bermanfaat dan dapat menambah ilmu serta wawasan pada pribadi masing-masing"
"Wabillahi Taufik Walhidayah. Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Allahuma Sholi ala Sayyidina Muhammad"
"Waalaikumsallam Warahmatullahi Wabarakatuh. Sholi ali"
Bersambung...
Mana yang kangen sama Rasulullah, sini kumpul bareng-bareng
Belum di Follow? Yaudah pundung ah