Kaliana hanya ingin bahagia, benarkah? Sepertinya dia menginginkan sesuatu yang lain. Ia harap, dirinya tidak lahir dengan wajah secantik itu. Kaliana sadar, dirinya tak secantik mawar, yang bisa melindungi diri sendiri. Tetapi ia seharum melati, yang mekarnya selalu dinanti, bahkan kuncupnya pun wangi. Bagaimana Kaliana melanjutkan hidupnya sebagai melati, yang meski harum, ia begitu mudah dipetik. Ia rapuh, tetapi siapa sangka, di balik warnanya yang putih, ada sejuta misteri.