"Kata apa yang membekas di ingatanmu, Ra?" "Ra?" "Ra?" "Ra?" Ara terdiam, datar, wajahnya tanpa ekspresi. Ia mendengar, namun pikirannya mencoba menemukan jawaban. Terlalu sulit bagi seorang Tiara Kinanti memilih kata-kata yang membekas di benaknya. Pekerjaannya sebagai Master of Ceremony sebenarnya banyak mendapat kata-kata positif dari orang-orang besar. Namun siapa sangka, melalui Kata-kata pula Ara dihantui bayang-bayang ketakutan kebencian, dan keputusasaan selama bertahun-tahun. Ia pun menjadikan pekerjaan sebagai pelarian. Namun pekerjaan itu tak banyak membantu. Ia justru menjadi penikmat narkoba dan pengunjung setia klub malam. "Bagaimana denganmu? Apa kata yang membekas di ingatamu?", tanya Ara mengalihkan pembicaraan. ----------------------------------------------------------------------------------------------- Sedikit spoiler***** Cerita ini saya ambil dari kejadian-kejadian di sekitar kita yang tak jarang membuat kita lalai dan enggan mengamati. Dari mulai bagaimana kita memandang seseorang yang kurang beruntung seperti pecandu narkoba dan pengunjung klub malam atau kehidupan sempurna seorang profesor dan MC yang jauh dari kata "cacat". Semoga melalui cerita ini, banyak orang yang lebih perduli terhadap kehidupan seseorang dan semoga banyak orang yang survive dan speak up terhadap kesehatan mental. Dari cerita ini pula semoga banyak orang yang memperhatikan kata-kata, karena kata-kata sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita. Semoga suka Happy Reading :))))) Note: Suka komen, gak suka komen juga. Kasih tau alasannya, yaa Sahabat. Biar ceritanya bisa diperbaiki dan pesan yang kalian butukan dapet. Terimakasih, semuanyaaa ^.^