Blurb :
Karena pada dasarnya dirinya dibesarkan tanpa figur orangtua, tanpa teman, novel, trauma, imajinasi serta makanan instan. Tanpa pengharapan, menunggu kematian diiringi novel yang ia cintai. Maka, saya menulis apresiasi untuknya. Bagaimana ia akan dicintai, diinginkan dan disakiti. Karena, tanpa elemen tersebut kepahitan akan selalu ada.
Berikan protagonis terbaik, cameo terhebat dan keluarga yang ia impikan. Karena pada dasarnya, Semuanya Untuk Dokja Kim.
Include :
- Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
- Oneshoot/Twoshoot/Threeshoot
- 18-21+
- Yaoi/BL/Shounen-ai, Incest, Parafilia, Necrophilia, Selfcest, And etc.
- Kim Dokja bottom
- Tag will be added if in the future will have another protagonist or cameo
- Slowburn, late update
- 1k - 12k word, pleases if u want to Trakteer me:)
- CRACKPAIR
I warned y'all, if this work is can or can't a mature content. Saya tidak bertanggung jawab dalam pemikiran anda, pergi jika tidak menyukainya. Terimakasih.
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa lelah, tetapi sang kaisar yang dingin hanya memiliki mata untuk satu orang, dan orang itu bukanlah dirinya. Kehangatan di mata kaisar saat memandang orang itu tidak pernah menjadi miliknya, kelembutan suara kaisar saat berbicara dengan orang itu tidak pernah ditujukan padanya, bahkan hingga ajal menjemput.
"Apa salahku sehingga kau membenciku sejauh ini? Apa aku telah melakukan kesalahan sehingga kau memandangku dengan begitu hina? Apakah mencintaimu adalah dosa yang begitu besar?" tanyaku dengan lemah.
"Dosamu adalah mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai," jawabnya dingin.
'Dia benar, aku telah menghabiskan terlalu banyak cinta untuknya hingga aku tidak punya sisa cinta untuk anak-anakku, untuk mereka yang benar-benar peduli padaku. Jika aku diberi satu kesempatan untuk menebus semua itu, aku akan menghabiskan seluruh hidupku melakukannya,' pikirku sembari menutup mata dan menyambut kematian. Atau begitulah pikirku.