Bantal yang selalu menjadi dekapan untuk menahan rintihan, selimut selalu mengusap titik demi titik yang lolos dari mataku, kasur yang menjadi tempat pelampiasan amarah bahkan diriku sendiri yang terkadang menjadi luapan tersebut. Kini sosok tersebut penuh dengan luka, lebam bahkan bengkak. Bahkan tanganya menjadi kanvas untuk menciptakan karya yang hanya penuh warna merah. Pipi yang seharusnya diusap lembut namun menjadi tempat tamparan dirinya sendiri dan rambut yang dulunya ia belai kini sekali tarik puluhan rambut tersebut jatuh ke lantai yang dimana penuh tetesan darah segar. Tubuhnya kini tak sehat seperti dulu dan senyuman yang selalu ia perlihatkan tak seindah dulu. Akankah sosok tersebut akan kembali seperti dulu?All Rights Reserved
1 part