Bab 1 - Kunci Hati

3.1K 135 60
                                    


Sekali terjebak, hati wanita kadang sukar sekali berontak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sekali terjebak, hati wanita kadang sukar sekali berontak.

Sesosok wanita berjilbab lebar tampak mondar-mandir di sekitar pelataran parkir Universitas Kriya Bangsa, Jakarta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sesosok wanita berjilbab lebar tampak mondar-mandir di sekitar pelataran parkir Universitas Kriya Bangsa, Jakarta. Iris mata dengan warna sehitam malam itu bergerak-gerak menyusuri setiap jengkal conblock yang dilaluinya. Sesekali terdengar helaan yang diiringi embusan napas panjang penuh rasa putus asa. Air mata mulai menggenang di pelupuk mata.

Bagaimana dia bisa kehilangan kunci mobil? Gantungan kunci bentuk gajah berwarna cokelat keemasan oleh-oleh perjalanannya ke Thailand tahun lalu, membawa penyesalan. Andai saja dirinya memilih gantungan kunci dengan warna mencolok. Kalau jatuh begini, jadinya sulit dicari.

Pelataran parkir kampusnya luar biasa luas. Mobil-mobil berjajar rapi dari ujung ke ujung. Wanita itu sudah mengitarinya sebanyak tiga kali, tanpa membuahkan hasil. Kakinya mulai letih. Para mahasiswa yang lalu-lalang pun tampak tak peduli.

Memang ada beberapa pohon rindang menaungi, tapi tetap tak mampu mengusir panas yang menyergap. Peluh berjatuhan ketika kombinasi rasa panik dan sergapan panas matahari menyerang tanpa ampun.

Berkali-kali wanita itu berusaha menenangkan diri. Namun getar yang semakin menjalar dari ujung jari ke penjuru tangannya membuatnya sadar, hatinya tidak akan pernah bisa santai.

Saat itu, dia merutuki dirinya sendiri. Pada kecerobohannya, juga pada ketidakmampuannya untuk mengendalikan kecemasan. Rasa takut yang sebenarnya tidak perlu sedramatis itu dirasakan. Namun, logika tak bisa bekerja sebagaimana keinginannya.

Memikirkan bahwa ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri membuat wanita itu semakin frustrasi. Meski dia takut jika meminta bantuan orang lain, tapi di saat seperti ini, rasanya satu uluran tangan akan sangat berarti. Namun, bagaimana jika dirinya melakukan kesalahan lagi?

Fathiya hanya bisa kembali meneruskan langkahnya untuk kembali ke ruang dosen sembari meneliti setiap sudut jalan.

"Fathiya?"

Suara rendah seorang pria menyentaknya. Segera ia mengusap sudut mata untuk mengenyahkan sisa tangis yang tertahan.

"Kak Raka?" Fathiya mendongak selintas, memandang sosok tampan di hadapannya. Pria jangkung yang tingginya hampir 190 itu selalu terlihat memesona.

Fathiya x Labuhan Hati Antara Kau dan DiaWhere stories live. Discover now