Diri Kecil

Pendahuluan

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

Kepada para perempuan yang merasa kecil

dan tetap menjalani hidup dengan berani.

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

ㅤ ㅤㅤ ㅤㅤㅤ ㅤㅤ ㅤㅤ

◦ ◦ ◦

Cerita ini didedikasikan secara penuh teruntuk para perempuan. Baik yang merasa percaya diri, lengkap, dan cukup, maupun yang merasa rendah, kurang, dan hina. Baik yang berdiri memunggungi satu dengan yang lain maupun yang berjalan beriringan dan bergandengan tangan.

Kuharap, melalui cerita ini, para perempuan dapat mengambil poin serta pesan baik yang disisipkan, juga dapat merasa rangkulan erat dan sebuah kesadaran bahwa aku, juga perempuan lainnya, paham dan mengerti. Harapan lain, semoga cerita ini memberikan pemahaman dan pengertian baru bagi para pembaca mengenai dunia para perempuan.

Sebelumnya, (halo!) aku Saz. Ini pertama kalinya aku menyapa kembali dunia kepenulisan dengan karyaku setelah bertahun-tahun hiatus. Di sini, aku membawakan kisah Sae Agasa dalam upayanya menghadapi kerasnya dunia(-nya), dengan harapan aku mampu memberikan kacamata baru bagi para pembaca untuk melihat bagaimana perempuan menghadapi hari-harinya.

Omong-omong, sebelum kalian membaca cerita ini, aku mau memperingatkan kalian kalau cerita yang akan kalian temui setelah ini bukan cerita yang bisa ditelan mentah-mentah begitu saja. Cerita ini memuat banyak konten sensitif seperti kekerasan, pelecehan dan kekerasan seksual, kata-kata kasar, tindakan melukai diri, dan lain sebagainya.

Untuk itu, bagi kalian yang merasa keberatan dengan cerita bermuatan sensitif, mungkin akan lebih baik untuk meninggalkan cerita ini karena dikhawatirkan merasa terpelatuk oleh muatan-muatan yang ada.

Kupikir, mungkin sampai sini saja pesanku untuk saat ini. Biar kalian menemukan pesan-pesan lainnya, baik tersirat maupun tersurat, pada bab-bab selanjutnya. Terima kasih.