BESTFRIEND AND ENEMY

43.9K 754 3
                                    

“Cuma orang bego yang bisa kena demam di saat cuaca lagi panas-panasnya gini, Shab….”

            Shabrina Elvariana, gadis manis dengan wajah yang menarik. Perpaduan Barat dari ayahnya yang asli Inggris dan ibunya yang asli Indonesia membuat wajahnya mudah diingat oleh orang lain. Rambutnya panjang sebahu. Hidungnya mancung dan kedua matanya besar. Besar namun memancarkan keramahan pemiliknya dengan manik mata berwarna cokelat terang. Bibirnya tipis dan kemerahan. Tubuhnya proporsional dengan tinggi mencapai 165 cm.

            Nah, kalau yang barusan mencelanya adalah Victor Daniel Pradipta. Laki-laki dengan tinggi 173 cm. Tubuhnya tegap dan atletis, hasil dari olahraga yang selama ini selalu rutin dijalaninya. Rambutnya bergaya spike. Hidungnya juga mancung, sama seperti Shabrina. Sorot matanya tegas dan tajam namun juga memancarkan kelembutan dan keramahan. Matanya merupakan sumber kenakalan Victor. Victor memang terkenal playboy. Semua perempuan pasti tergoda dengan kedua matanya yang selalu mengedip nakal terutama dengan senyuman maut yang terpancar dari bibir tipisnya yang berwarna merah dan menggoda iman.

            “Lo ngatain gue bego, Vic?” tanya Shabrina dengan suara melengking sambil melirik sinis Victor. Gadis itu tengah berbaring di atas kasurnya dengan sebuah handuk kecil tersampir di atas keningnya. Wajah gadis itu sedikit memerah, mungkin karena suhu tubuhnya yang meninggi.

            Victor menahan senyum dan mengangkat bahu. Laki-laki itu kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas sofa yang berada di kamar Shabrina dan mengambil sebuah novel dari rak buku di sampingnya. “Lagian aneh, sih, masa lagi musim kemarau gini lo malah demam? Dimana-mana, orang kalau demam itu pas lagi musim hujan, tau.”

            “Emangnya yang ngasih sakit, gue?” Shabrina kembali mengomel. Hal itu membuat napasnya sedikit sesak karena rasa lemas dan lelah yang dirasakannya akibat demamnya. Melihat itu, Victor melirik dari balik novel yang dibacanya dan mendesah berat.

            “Lo tidur, deh, Shab. Gue jagain disini.”

            Shabrina tidak membantah. Gadis itu terdiam dan menghembuskan napas panjang. Kepalanya semakin terasa pening. Gadis itu juga merasa tubuhnya semakin memanas. Dia juga sebenarnya heran kenapa dia bisa terkena demam seperti sekarang ini. Mungkin ini akibat dari aktivitas renang yang dilakukannya kemarin. Kemarin dia memang pergi berenang bersama kedua sahabat dekatnya, Ravina dan Amalina. Mereka bertiga berenang kurang lebih selama tiga jam! Bayangkan saja, tiga jam! Dari pukul empat sore sampai tujuh malam.

            Kalau saja kemarin Victor tidak datang dan menyeretnya untuk keluar dari kolam renang, mungkin Shabrina masih akan berendam disana selama mungkin. Gadis itu memang senang sekali bermain dengan air. Bahkan gadis itu tidak pandai berenang. Yang dilakukannya hanyalah diam di dalam air, tertawa bersama Ravina dan Amalina, dan sesekali berenang ala kadarnya dia saja. Tahu-tahu, Victor datang dan merusak kesenangannya. Shabrina sebenarnya tidak mau mengikuti perintah Victor, namun laki-laki itu mengancamnya.

            “Ngapain bengong, sih, lo? Gue suruh tidur, juga.”

            Shabrina mendengus ketika mendengar perkataan Victor. Kadang Shabrina heran, kenapa sih, Victor itu tidak bisa berlaku manis padanya? Seperti ketika dia memperlakukan ribuan gadis yang pernah didekatinya dan dipacarinya? Padahal, kan, dia dan laki-laki itu sudah bersahabat sejak keduanya sama-sama duduk di bangku kelas satu SMP!

            Victor memang tidak pernah memperlakukannya dengan manis, tapi Victor selalu baik padanya. Laki-laki itu menjaganya, melindunginya dan selalu ada setiap kali Shabrina membutuhkannya. Victor juga kadang terlalu protective terhadapnya kalau dia dekat dengan laki-laki lain.

BESTFRIEND AND ENEMYWhere stories live. Discover now