5. Tetangga

31 4 3
                                    

ORIONA POV

"Whattttt..?? Beneran ri? Terus terus lo jawab apa? "
Meta berbatuk-batuk kecil sesaat sebelum dia menanggapi ceritaku.

"Gue gak sempet jawab, bu Linda tiba-tiba masuk kelas dan waktu itu ada ulangan"
Aku menompah daguku sambil menyeruput jus alpukat.

"Terus kenapa lo gak tanya pas udah selesai ulangan?"

"Gini ya met, asal lo tau aja. Ga ada ceritanya seorang Saga ngerjain ulangan sampe 1 jam pelajaran. 30 menit aja udah selesai tu orang"

"Wawww"
Meta bertepuk tangan pelan.

"kaget kan lo"

Meta terlihat sangat kaget setelah tau kelebihan Saga dalam pelajaran. Aku sangat heran pada Saga, bagaimana bisa ulangan fisika yang rumit itu dikerjakan dalam 30 menit tanpa menoleh atau menjeda sebentar untuk mengingat rumus. Saga bisa dibilang nyaris sempurna menurutku. Kalau saja ada pemilihan siswa tertampan di sekolahku, aku yakin Saga akan menang. Dia tidak seperti orang negeriku. Matanya sangat indah dan kulitnya sangat mulus. Sepertinya dia punya ras Korea atau Jepang. Badannya tinggi dan porsi tubuhnya juga sangat pas. Semua siswi disini pasti pernah jatuh hati pada Saga, selain aku tentunya. Andai saja sikap Saga tidak dingin dan menjengkelkan, pasti dia sudah terpilih menjadi laki-laki paling di dambakan oleh mata wanita.

"Jadi ya gue gak sempet nanya kenapa Saga bisa tau Lean tadi"

Aku menyendok bakso kesukaanku dengan semangat. Kalau Meta sekarang sibuk dengan hpnya, aku sudah selesai dengan baksoku.

Ahh kenyang, 3 hal yang aku suka dalam hidup ini. Pertama perangkoku, kedua es krim green tea, dan yang terakhir bakso di kantin sekolah. Aku suka makan, tapi untungnya timbanganku tidak pernah naik. Selalu di bawah 50kg.

Selesai. Sekarang waktunya kembali ke kelas. Sekarang belum bel masuk, tapi rasanya ingin berteleportasi ke kelas. Aku penasaran sekali kenapa Saga bisa tau Lean.

"Udah yuk Met balik! "
Aku menarik tangan Meta tapi Meta menahan tarikanku.

"Lo duluan aja ri, gue masih nunggu si Dimas"

"Dimas adek kelas itu? Emang ada apaan ?"

"Udah udah sana lo balik! Ini misi rahasia gue bareng Dimas"
Tangan Meta mengibas-ngibas sebagai isyarat agar aku segera pergi.

"Terserah lo deh, jangan bilang lo lagi pedekate sama Dimas. Ihhh, kok ngembat brondong sii lo?"
Aku mencoel pipi tembem Meta jahil.

"Bawel banget ni satu! Udah sana husss husss! "

Setelah membayar baksoku, aku percepat langkahku ke kelas berharap Saga duduk mematung di bangkunya jadi aku bisa mengintrogasinya.

Debukkkkkkk....

"Awwwww "
Sial, aku jatuh dengan posisi tiarap ala tentara. Malunya.... Ini sedang waktu istirahat. Banyak siswa lain di sepanjang koridor kelas. Eghhhhh

"Emm hahahaha, tidak apa-apa. Lanjutkan aktivitas kalian guys! Tidak usah pedulikan aku. "
Aku mencoba tersenyum se natural mungkin walaupun rasa nyilu di kakiku menjadi-jadi.

"Apa yang sedang kau lakukan? "

Seperti suara Saga. Aku mengikuti arah suara itu datang. Benar saja itu Saga. Dia tepat berada di belakangku dengan earphone di telinganya. Aku mencoba berdiri sambil memegang dinding di sampingku. Tatapan siswa lain seperti ingin menolong, tapi karena ada Saga mereka seperti enggan memberikan aku pertolongan. Jelas mereka seperti tidak mau ada urusan dengan manusia baku yang satu ini.

Belum aku berdiri dengan benar, Saga sudah melewatiku seperti tidak ada yang terjadi. Aku pikir dia akan membantuku berdiri tapi, ah sudahlah...

Apa sekarang aja ya nanya masalah Lean?

HOARDERWhere stories live. Discover now