chap3: penasaran

1.2K 53 0
                                    

----

“Jay, pelayan itu siapa ya?”
tanyaku dengan gusar, entahlah di ingatanku masih tergmbar jelas wajahnya. Bagaimana tidak? Wajahnya saja sudah persis-amat-sangat-mirip-sekali denganku. Rasanya ini sangat mengganjal, kenapa aku harus mirip dengan pelayan restoran? Jika aku bisa meminta, aku ingin saja wajahku sangat mirip dengan Paris Hilton, Adrianna Lima, mungkin Miranda Kerr? Hahahaha tapi ini hanya imajinasiku saja.

“kau tanya padaku, dia siapa? Hahahaha ” ia tertawa dan meneruskan kegiatannya , duduk di balkon hotel dan memandangi lampu lampu kota yang terlihat indah di sudut pandang hotel ini, serta tidak ketinggalan, deru ombak yang menyatu dengan angin laut malam yang sangat menusuk. memang benar, Los Angeles sangat indah. Aku pun menyusul duduk di sebelah Jammie.

“kau lucu sekali, Cass” lanjutnya masih dengan tertawa terpingkal-pingkal

“aku tidak tahu, bagaimana aku bisa mirip dengan pelayan restoran,” aku melempar sweater ke arah Jammie, mengingat angin malam laut yang tidak baik untuk kesehatan.

“Tuhan sangat adil, Cass. Menciptakan kau yang hidup di atas dan satunya hidup jauh dibawahmu. Ngomong-ngomong, siapa nama pelayan tadi? Aku lupa”

“Camryn”

“Cassie and Camryn. Wait,wait. Nama kalian juga berawalan dengan huruf C!” Jay kembali tertawa setelah ia menemukan kesamaan lagi. Aku hanya bisa mendengus kesal

“Jay, hetikan leluconmu atau aku segera mencekik lehermu”

Jammie tidak menggubrisku, ia terus tertawa dengan tingkahnya. Aku memutuskan untuk menyalakan ponsel yang ku genggam sejak tadi. Aku tidak tahu, apakah Ayah khawatir denganku atau tidak. Aku hanya ingin berteriak senang di telinga Ayahku, bagaimana senangnya aku jauh dari mereka yang tidak mempedulikanku.

Lebih baik hidup sendiri ketimbang mempunyai seorang yang tidak mempedulikanmu. Benar bukan?

Saat ponselku benar-benar menyala, Jammie langsung terdiam dan menatapku aneh.

WOW. Benar – benar hebat! Kau tahu apa? 32missed call, 7 voice note, 28 pesan. Apa Ayah benar-benar mengkhawatirkanku sekarang?

“Jay, aku akan menelpon Ayahku”

“aku bilang, terserah,” Aku menerawang ponsel di tanganku, aku belum melihat semua pesan,missed call, maupun voice note.

“jika aku menjadi dirimu, aku akan membiarkan mereka kebingungan mencarimu. Agar tahu bagaimana sakitnya di abaikan. ” aku menimbang ucapan Jammie. Dia memang benar. Tetapi bagaimana pun, aku anak yang di besarkan oleh Ayahku seorang diri. Ayah pasti tidak ingin terjadi apa-apa pada anaknya ini. benar bukan? bukankah seharusnya begitu?

Aku menekan angka –angka yang ku hafal di luar kepala. Sambungan masih terus tersambung, tanganku sudah mulai basah, memikirkan apa yang akan di katakan Ayah jika mengetahui anaknya sedang bersenang – senang di LA saat ini. sedangkan Jammie, mulai menyalakan putung rokok dari sakunya.

Ya Tuhan, Cassie!” aku menjauhkan ponsel dari telingaku. Sepertinya, Ayah begitu khawatir. Entahlah..

Dimana kau saat ini?!” bentak ayah. Terdengar suara kerumunan orang. Pasti pesta sudah dimulai.

“aku… aku”

cepat jawab!”

“…..”

“Cassie, Jawab Ayah!” rasanya bibirku ingin setia membisu, tetapi dengan sekuat tenanga aku mengeluarkan suara dari mulutku

“aku berlibur di Los Angeles” mungkin, akan terdengar kekalutan di dalam suaraku.

My TwinWhere stories live. Discover now