PENGUSIRAN

965 8 7
                                    

Tante Ida melirik kearah Bu Dewi memberikan kode agar secepatnya berhenti melayani perempuan misterius tersebut. Bu Dewi mengerti maksud dari kerlipan matanya, dan untungnya Tante Ida tidak menggunakan kode morse, sebab Bu Dewi bukan anak pramuka.


"Udah malam ini, nggak bagus perempuan keluar rumah tengah-tengah malam gini, pulanglah kau, ucap Bu Dewi. "Jadi memang nggak boleh nginap sini? Tanya perempuan itu lagi. 

"Nggaklah, nanti pulang yang punya rumah, tegas Bu Dewi.

Perempuan yang digambarkan Bu Dewi mirip artis Inneke K. tersebut diam sejenak. Dipandanginya wajah Bu Dewi lekat-lekat sebelum akhirnya berangsur pergi sambil berjalan mundur hingga kedepan pintu. Ssshhhh.. hanya deru angin yang terdengar menandai kepergiannya yang tanpa pamit. Tak ada sedikitpun langkah kaki yang seharusnya bergesekan dengan batu kerikil di halaman depan. Tante Ida yang dari tadi menunggu kepulangan perempuan itupun menumpahkan kegelisahannya. 


"Dang olo au mandongani ho Wi. (Nggak mau aku lagi ngawanin kau Wi.) "Cukup-cukuplah ini lain kali kau lah yang datang kerumahku ya. "Pulanglah aku dulu, ucap Tante Ida sambil melangkah pergi. Tak sampai sedetik kemudian terdengar teriakan Tante Ida dari luar halaman. "Wiii!! "Mate ma au, Marbalik imana !! (Matilah aku, balek lagi dia!) Seru Tante Ida dengan wajah pucat. Bu Dewi pun keluar pintu menyaksikan perempuan yang barusan bertamu kerumahnya berada ditengah jalan, bukan berjalan, namun seperti setengah melayang melintasi rumahnya menuju persimpangan hendak belok kanan sampai akhirnya hilang. Tante Ida yang sudah merasa aman melihat sosok tadi lenyap, tanpa basa-basi berlari secepat kilat menuju rumahnya yang hanya bersebelahan dengan rumah Bu Dewi. Bu Dewi yang melihatnya hanya maklum dan kembali masuk ke rumah.

Tak lama kemudian terdengar lagi sesuatu dari halaman rumahnya, bukan teriakan, namun derap langkah kaki Tante Ida yang tergesa-gesa. Wajahnya dipenuhi peluh yang terasa dingin dikulitnya. Badannya tidak demam, namun menggigil gemetaran. Dia menatap Bu Dewi setengah melotot, seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tidak bisa.


"Da?? Kenapa kau Da??!! Tanya Bu Dewi. Tante Ida masih bungkam. Namun lehernya agak berusaha dibelokkan kekiri seolah ingin berkata lihat dulu kebelakang. Bu Dewi lalu melongokkan kepalanya melihat keluar jalan.


"Astaghfirullah Ya Allah! "Da ayok masukk ! Seru Bu Dewi sambil menarik tangan Tante Ida kedalam rumah lalu mengunci pintu. Namun tiba-tiba Bu Dewi terbelalak menyaksikan dikursi panjang anaknya yang tadinya tidur sudah tidak ada lagi. Dia teringat akan hal yang dilihatnya barusan, perempuan bergaun putih panjang motif bunga-bunga biru yang sepertinya terbuat dari bahan katun menoleh kearah rumahnya dengan kepala yang hampir setengah patah kearah kiri sedang berjalan setengah melayang dengan kecepatan kira2 20 km/jam. Mondar-mandir dijalanan dengan tangan seperti menggendong sesuatu. Bu Dewi yang refleks mengira anaknya dibawa perempuan tadi pun keluar kehalaman hendak mengejarnya. Tak ada yang dapat menghalanginya termasuk rasa takut. Tangannya sudah menggenggam beberapa batu kerikil.

"Woy! "Babi! "Balekkan anakku! Teriak Bu Dewi sambil melempari batu kearah wanita tadi, walaupun tidak dihiraukan.

"Wi! "Wi! Terdengar teriakan Tante Ida memanggil-manggil dari dalam rumah. "Ini anakmu Wi, dari kamar mandi dapatku!. Bu Dewi yang mendengar itu merasa lega dan cepat-cepat kembali kerumah.


"Oalah bukannya kau bilang dari tadi Da, udah sempat kulempari perempuan tadi, kata Bu Dewi.

"Memang gila kau ya Wi! Sambung Tante Ida. "Begu pun dipakelai ho, (hantu pun kau lawani) ucapnya. "Ini si Raka udah kencing celana tadi sambil main air di kamar mandi, ini udah kubajui, pulanglah aku ya.

"Nggak tidur sini aja kau Da? Tanya Bu Dewi.


"Nggaklah, besok pagi-pagi banyak tamu, jawabnya. Tempat tinggal Tante Ida adalah sebuah Pesanggrahan/penginapan, dia dan keluarganya dipercaya untuk mengurus penginapan itu.Setelah pamit, Bu Dewi pun tertidur dikamar bersama anak laki-lakinya tadi. Namun beberapa saat kemudian terdengar suara ketukan berirama dari luar jendela kayu kamarnya.

Tuk.. Tuk.. Tuk..

Tuk.. Tuk.. Tuk..

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 04, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TAMU TENGAH MALAMWhere stories live. Discover now