chapter 17

18.1K 616 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.
.

Gadis bermata cokelat dengan balutan hijab senada dengan warna rambutnya itu terlihat seperti kupu-kupu yang menemukan bunganya. begitu bahagia.

" Mbak Xavia kenapa sedari tadi tersenyum terus menerus? " ucap Mira menatap Xavia penasaran.

" Kamu tanya? hanya ingin tahu atau ingin tahu sekali? " usil Xavia dengan menampilkan wajah yang menyebalkan.

" Mbak Xavia sungguh menyebalkan, " ucap Mira dengan berpura-pura merajuk.

" Jangan marah! tidak cocok dengan wajah kamu itu," tutur Xavia menahan suara tawanya agar tidak meledak saat itu juga.

" Mbak Xavia usil sekali. aku ingin tahu, " balas Mira dengan raut wajah yang tertekuk masam.

" Rasa ingin tahu kamu tinggi juga, " sindir Xavia.

" Kenapa jadi bertengkar seperti ini? " sahut Nadin berniat melerai mereka.

" Jadi seperti ini, aku begitu bahagia sekali karena "

" Karena apa? " sahut Mira langsung menyela ucapan Xavia yang bahkan gadis itu belum sama sekali menyelesaikannya.

" Aku belum selesai berbicara. jangan menyela ucapanku! dasar tidak sopan, " tegur Xavia melotot tajam kearah sang pelaku.

" Maaf nona muda Xavia, " cicit Mira sedikit takut melihat tatapan tajam dari gadis itu.

" Lanjutkan mbak, " sahut Nadin.

" Mas Gus melamar aku, " ujar Xavia disertai kehebohan yang tidak karuan.

" APA? LAMAR? SIAPA? BAGAIMANA? " teriak Mira ikut bersorak ramai.

" Astagfirullahaladzhim, suara kamu tolong dikondisikan Mira, " ujar Nadin sedikit memukul lengan kecil Mira.

" Memang teman kamu ini. suara kamu sudah seperti speaker masjid tahu tidak, Mira? " ucap Xavia mendengus kecil.

" Jangan menghina suara aku mbak! " ujar Mira dengan bibir mengerucut lucu.

" Bercanda Mira. aku minta maaf, " balas Xavia begitu tulus.

" Jadi bagaimana mbak? lanjutkan ceritanya, " sahut Nadin sudah mulai bergerak tak nyaman.

" Kalian berdua tahu siapa yang aku maksud dengan sebutan mas Gus? " tanya Xavia kepada dua gadis berbeda umur didepannya.

" Siapa memangnya? " tanya Nadin menuntut jawaban.

" Namanya adalah "

Xavia menjeda ucapannya berniat mengerjai kedua gadis didepannya agar meronta-ronta karena rasa penasaran yang telah membuncah di kepala mereka.

" Kepriye? ojo meneng wae mbak? " ujar Mira dengan bahasa jawanya.

" Kamu bicara apa? aku tidak mengerti, " sahut Xavia mengernyit dahinya.

" Salah kamu sendiri tiba-tiba berhenti bicara. mbak pikir kita tidak semakin penasaran, " protes Mira kepada Xavia.

" Niat aku memang seperti itu, " balas Xavia tanpa menghiraukan tatapan menyebalkan Mira.

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang