Tiga Puluh Delapan

292 11 0
                                    

Udara semakin dingin dengan salju putih yang nampak indah di halaman rumah.

Tungku-tungku perapian menyala sepanjang malam hingga pagi menjelang untuk menghangatkan manusia yang berada disekitarnya.

Jendela kaca yang menampakkan keadaan luar ruangan adalah hal pertama yang Thea lihat ketika membuka mata.

Mengedarkan pandangan pada sekitar yang didominasi dengan warna gelap.
Menatap dalam diam salah satu pigura foto yang sepertinya sudah lama diambil.

Lalu kembali memandang keluar melalui kaca, seolah bisa merasakan dinginnya udara diluar gadis itu mengeratkan selimut yang menutup tubuhnya.

Pukul 8 pagi, ditanggal 26 desember ia berada ruangan yang sama sekali tak pernah terbayangkan olehnya.

Dengan ragu ia turun dari tempat tidur yang 2kali lebih luas dari miliknya dan mendekati tempat pemilik kamar meletakkan banyak foto yang seperti sengaja disusun dengan rapi.

Foto bayi yang lucu, foto anak kecil yang imut, foto keluarga kecil yang bahagia ada seorang ayah, ibu, satu anak kecil dan bayi berada digendongan sang ayah.

Beralih pada pigura lebih besar, tampak seperti keluarga besar yang bahagia, lalu ada foto Sagara sipemilik kamar dengan pakaian musim dingin dan

"tok tok tok nona, anda sudah bangun " suara dari arah pintu membuat thea berbalik badan dan segera membuka pintu.

"ya, aku sudah bangun " kata Thea pada pelayan yang mengetuk pintu tadi

" mari saya siapkan air hangat untuk anda mandi " kata pelayan sembari berjalan kekamar mandi,

Thea hanya mengangguk mengikuti pelayan yang kalau tidak salah namanya Tyas.

"silahkan nona, pakaian dan kebutuhan anda sudah siap di walk in closet. Saya tunggu di depan pintu, anda bisa panggil saya jika perlu sesuatu " kata Tyas setelah mengantar Thea kekamar mandi.

"terimakasih Tyas " kata Thea pelan, sedang Tyas hanya tersenyum ramah.

Thea segera mandi dan berganti pakaian, ada beberapa pilihan stelan dres yang bisa ia gunakan tapi Thea hanya memilih dres sederhana berwarna biru, kaos kaki putih dan sendal kucing biru.

Beralih pada nakas yang berisi alat make up wanita umumnya, gadis itu mendudukkan diri dikursi yang berhadapan dengan cermin rias yang nampak

"ngga mungkin kan ini ada disini hanya karna aku" gumam Thea sembari menyisir rambut sebahunya

Membiarkan rambutnya tergerai dengan bandana yang mengiasi rambutnya, mengoleskan bedak dan lip tin sedikit, lalu menyemprotkan parfum yang aromanya sama seperti miliknya dirumah.

Kenapa sabun muka, skincare, parfum, semuanya seperti yang sering ku kenakan. Bingung Thea sembari mematut dirinya dicermin.

Mengenyahkan pikiran buruk ia pun segera keluar dari sana.

"ah anda sudah selesai nona ?" tanya Tyas setelah ia membuka pintu kamar

"iya, oh iya apa kau tahu dimana ponselku ?" Tanya Thea,

"oh iya, ponsel anda di meja belajar tuan saga nona " jawab Tyas, lalu masuk kedalam kamar diikuti Thea

"ah disini ternyata " gumamnya sembari mengambil ponselnya yang berada di sebelah laptop Saga.

"maaf, saya kira anda sudah tahu. Kemarin tuan Saga yang meletakkannya" kata Tyas

"nggak papa, oh ya dimana Saga ? "

"tuan Saga sudah diruang makan, mari nona "  jawab Tyas lalu berjalan lebih dulu untuk menunjukkan jalan

Ya, Thea ingat ini lorong kamar Saga, Oren dan Yohan. Ia pernah ke kamar Oren saat terakhir kali kemari.

SAGARA - OngoingWhere stories live. Discover now